34. Senayan (bag 2)

120 3 0
                                    

"Brend, lihat apa?" Deanice menyadarkan Brenda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Brend, lihat apa?" Deanice menyadarkan Brenda.

Brenda menggeleng, saat Deanice ingin memastikan apa yang Brenda lihat. Brenda langsung menutupinya, "Bukan apa-apa, Dean. Lanjut makan deh, jangan telat."

Karena Brenda mengingatkannya soal waktu, Deanice akhirnya tidak lagi memperdulikan apa yang Brenda lihat tadi. Berbeda dengan Baskara yang sedari tadi gelisah, sebab teleponnya tidak Ayzhan angkat. Kegelisahannya itu sampai menutupi matanya, jika orang yang ia cemaskan ada di dekatnya.

"Kamu lagi sakit?" Rebecca bertanya.

Baskara langsung menoleh dan menjawab sekenanya, "Eh iya. Kenapa, sakit? Tidak, hanya kurang berselera untuk makan."

"Jangan, tetap harus makan. Jika tidak, kamu bisa sakit." Tumben sekali Rebecca perhatian pada Baskara, seingat Baskara mereka masih merupakan dua orang yang berbeda sudut pandang.

Baskara mengangguk, "Ya, aku akan makan. Tapi mungkin nanti."

Setelah Ayzhan mengangkat teleponku. Baskara menyahut dalam hati.

"Jangan nanti, sekarang. Kamu akan bersama kakakku lebih dari dua pekan. Kamu tahu karakter kakakku, jika masih sempat makan. Maka makanlah." Rebecca kali ini menjadi orang yang tidak menyebalkan.

Maaf, Becca. Mungkin setelah ini karir model kakakmu akan hancur, dia akan di deportasi atas perilakunya menghancurkan dirinya sendiri. Tapi kenapa Ayzhan dari tadi tidak mengangkat teleponku? Ayolah Ay, angkat. Jangan datang jika ada undangan pagelaran busana ini.

Baskara terlihat gusar, ia bahkan sampai melihat pada langit-langit pusat perbelanjaan itu. Beberapa tim kepolisian, tim kedutaan dan interpol bahkan telah menyamar, Baskara tahu, tetapi ia tetap mencemaskan Ayzhan. Terlihat sekali raut tidak tenangnya.

***

Kembali pada waktu setelah Brenda keluar dari rumah besar di Pondok Indah malam itu. Saat Brenda marah pada Rebecca sebagai adiknya yang mau ikut campur atas rencana yang sudah ia susun rapi.

Suasana hening, namun Baskara tetap mengamati gerak-gerik Brenda. Hingga Brenda berucap, "Indonesia negara yang indah ya, tidak seperti bayanganku."

"Memangnya dalam bayanganmu, Indonesia seperti apa?" Baskara gatal ingin bertanya.

Brenda tertawa, "Bayangan awalku, orang Indonesia adalah orang yang berisik dengan negara yang tidak peduli pada sampah. Ya begitulah."

"Jangan melihat sesuatu dari sampulnya saja Kak. Tidak semua sampul yang pertama kali Kakak lihat adalah sampul yang sama yang nanti akan keluar berikutnya. Jangan menganggap negara kita paling indah satu dunia, karena semua turis yang datang selalu memuji keelokan negara kita." Rebecca memotong.

ISTRI KETUJUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang