43. Salam Perpisahan Nantya

38 2 0
                                    

Lucca ditemani Ayzhan memberikan kesaksian tambahan pada kasus Baskara akhirnya, walau Ayzhan sedikit melarang pada awalnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lucca ditemani Ayzhan memberikan kesaksian tambahan pada kasus Baskara akhirnya, walau Ayzhan sedikit melarang pada awalnya. Namun Lucca harus datang, sebab surat yang dikirimkan ke rumah sudah merupakan surat ke tiga. Ia takut kewarganegaraan Indonesianya akan dicabut, jika melanggar hal tersebut.

"Terima kasih atas tambahan keterangannya, Pak." Polisi menjabat tangan Lucca.

Lucca menerima jabatan itu, "Sama-sama, Pak Polisi. Maaf saya baru datang setelah tiga kali mendapat surat pemanggilan polisi untuk memberikan keterangan."

"Tidak apa-apa, Pak Lucca. Pak Lucca merupakan orang yang sibuk." Polisi tersebut mengerti dengan posisi Lucca.

Tak lama Lucca keluar dari ruang pelaporan, melihat Ayzhan yang duduk gelisah di ruang tunggu. Sesekali wanitanya itu menggigit bibirnya sendiri, membuat Lucca gemas dan akhirnya berjalan mendekat. Menyadari suaminya sudah berada di sana, seketika kegelisahan yang ada dibenak Ayzhan pun hilang. Senyum gadis itu melebar, "Udah selesai, Mas?"

Lucca mengusap halus rambut istrinya, "Sudah, maaf ya kalau aku lama."

Ayzhan mengangguk mengerti, "Nggak papa, kamu nggak ngebebasin Baskarakan?"

"Memangnya kenapa, jika aku membebaskannya?"

"Mas, jangan gila."

"Oke, cukup. Kita sudah bertengkar dan menghabiskan tenaga karena masalah ini seharian. Sebaiknya kita pulang sekarang, Elua dan Yangti menunggu kita di rumah."

Ayzhan menurut, Lucca segera menggenggam tangan istrinya. Menghelanya sampai memasuki mobil sport miliknya.

***

Ketika mereka memasuki area gerbang utama rumah, mereka sadar jika sudah ada banyak mobil yang parkir di halaman rumah mereka. Sadar jika saat ini rumah mereka sedang kedatangan tamu. Buru-buru Lucca mengonfirmasi pada satpam, "Ada tamu ya, Pak?"

"Tamunya Nyonya Besar. Tadi siapa namanya ya? Oh, nama tamunya Bapak Brata, Ibu Windya, Bapak Galih serta Bapak Putra dan Ibu Desi." Pak Satpam menyebutkan nama-nama para tamu.

Ayzhan dengan tajam bertanya, "Kenapa diizinkan masuk? Kenapa tidak ada inisiatif untuk menelepon saya atau Mas Lucca dahulu? Nyonya Besar yang kalian maksud adalah nenek saya, tapi rumah ini dan segala aturannya itu ada di saya dan Mas Lucca sebagai majikan kalian sebenarnya. Jangan lancang kalian!"

"Ayzhan." Lucca mencoba menenangkan sang istri.

Sedangkan Ayzhan mulai meraih tangan Lucca, "Mas aku nggak mau mereka di sini."

"Mereka juga keluargamu, Sayang."

"Mereka bukan keluargaku, Mas. Aku mau kalian usir mereka sekarang!" Ayzhan bertindak gegabah.

ISTRI KETUJUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang