-Menyangkal dan menghindar tidak akan membuat permasalahan selesai-
Itulah yang Ayzhan sering ungkapkan pada Lucca ketika Lucca dengan caranya sendiri mencoba meninggalkan Ayzhan untuk tidak membuat perempuan dua puluh tahun itu menderita lebih jauh.
Namun sekarang ia terjebak dengan ucapannya sendiri, ia tidak hentinya hanya menatap bangunan megah dihadapannya penuh keraguan. Bangunan Kekeratonan Yogyakarta, yang menjadi saksi bisu pertumbuhan ibunya sejak kecil.
"Ayo." Lucca menggenggam tangan istrinya, berusaha menguatkan.
"Mas, aku takut." Ayzhan menggeleng.
Dengan usapan lembut, Lucca menggeser-geserkan ibu jarinya pada punggung tangan Ayzhan. "Kita harus meminta restu, Ay. Yangti sudah menunggu kita sejak lama, kamu nggak kangen sama Yangti?"
Memang sejak kematian Julliette yang mendadak, Ayzhan dan Lucca memutuskan untuk menenangkan diri dulu di Paris. Ditambah lagi mereka melakukan inseminasi bayi kembar, membuat mereka harus bertahan lebih lama lagi di Berlin untuk melihat perkembangan inseminasi itu.
Tuhan baik, Tuhan memiliki rencana indah setelah mereka berkali-kali merasa kehilangan. Inseminasi itu berhasil, sesuai harapan Ayzhan dan Lucca. Bayi yang kini masih berada di rahim Ayzhan, tumbuh dengan baik. Tidak hanya dua, tetapi empat bayi sekaligus. Membuat perut Ayzhan kini tampak membukit jelas, walau usia kandungannya baru menginjak empat bulan.
Selama di luar negeri, seringkali Nantya menghubungi mereka dalam kondisi menangis. Nantya merindukan Lucca dan Ayzhan. Sehingga ketika mereka akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia, Lucca mengusulkan agar mereka terlebih dahulu ke Yogyakarta. Menemui Nantya.
Tapi sekarang yang Ayzhan rasakan adalah bentuk keraguan, ia tidak siap jika harus bertengkar dengan Brata sekarang. Walau begitu hebatnya sosok Lucca adalah dia masih setia menggenggam tangan Ayzhan meyakinkannya, padahal jelas Ayzhan tahu kakeknya itu akan lebih menghina Lucca.
"Ayo, jangan buat jagoan-jagoan kecil kita menunggu juga." Lucca menyentuh perut Ayzhan.
Ayzhan menggeleng, "Mas, kita pulang aja ya?"
"Ay, kamu lagi hamil. Kamu butuh restu para sesepuhmu." Lucca mengingatkan.
Sampai seorang abdi dalam keluar, mungkin akan membeli sarapan atau apapun. Abdi dalam tersebut bernama Parjo, ia melihat ke arah Ayzhan. Matanya membelalak, "Ndoro, Ndoro Ajeng."
Rasanya sudah lama sekali Ayzhan tidak mendengar panggilan itu, lama sekali. Mungkin terakhir kali saat ia belum mendapatkan vonis kelebihan prolaktin. Selain karena hubungan sang ibu dan keluarganya yang kurang baik, saat itu juga kondisi Ayzhan tidak memungkinkan untuk menginap di sana ketika masa liburan tiba.
Merasa sudah terlanjur nyemplung, Ayzhan tersenyum. "Sugeng enjang, Pak Parjo."
Parjo tersenyum, "Masuk Ndoro ajeng. Ndoro ajeng sedang mengandung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI KETUJUH
RomanceTuhan memiliki tujuannya masing-masing dalam menciptakan setiap umatnya dengan kekurangan dan kelebihan mereka. Termasuk ketika Tuhan menciptakan keistimewaan pada beberapa ciptaan pilihannya. Senona Ayzhan Gemantara Pertemuan kita layaknya takdir...