Mistake 04

2.1K 326 47
                                    

Merayu anak kecil agaknya tidak semudah yang Yoongi kira. Apa lagi ini Jungkook—bocah lugu yang sebelumnya ia kira penurut—tetapi nyatanya tidak jauh beda dengan anak kecil pada umumnya.

Sudah berkali-kali Yoongi menjelaskan, bahwa alasannya mengembalikan Coko tidak lain karena ia tak ingin Jungkook sakit seperti kemarin. Namun, tetap saja; anak itu terus merengek, meminta Coko untuk kembali dibawa pulang.

Tentu saja Yoongi menolak, kesehatan sang putra adalah nomor satu baginya.

"Ayah mengembalikan Coko juga demi kebaikan Koo, lho. Ayah hanya tidak ingin melihat Koo sakit lagi, masa malah Koo diami."

Ya, lelah dengan rengekannya yang tak kunjung sang ayah tanggapi. Jungkook beralih mendiami Yoongi seperti sekarang ini.

"Koo, buka selimutnya. Kalau sesak lagi, bagaimana?"

Yoongi mulai khawatir, pasalnya sudah lebih dari sepuluh menit putranya terus mendiaminya sembari mengurung dirinya sendiri dalam balutan selimut.

Yoongi sampai heran sendiri; sejak kapan putranya menjadi pintar sekali merajuk begini?

"Ah ... padahal Ayah ingin mengajak Koo jalan-jalan. Tapi sepertinya, Koo tidak mau, ya?"

Mendengar kata jalan-jalan, agaknya berhasil membuat pertahanan anak itu goyang. Lihat saja, Jungkook yang sedari tadi hanya terdiam, kini mulai menurunkan selimutnya secara perlahan. Sedikit mengintip sang ayah, yang hingga kini masih berdiri di samping ranjangnya.

"Baiklah, tidak apa. Koo tidur saja. Ayah bisa jalan-jalan sendiri, kok."

Yoongi semakin menggoda sang putra. Ia bahkan sudah berancang-ancang untuk pergi, melangkah sedikit demi sedikit seraya menghentakan kakinya.

Hanya tinggal satu langkah lagi, maka Yoongi akan benar-benar keluar dari kamar putranya ini.

"Ayah, jangan pelgi! Koo mau ikut!"

Maka selanjutnya, Min Yoongi hanya bisa terkikik geli saat melihat Jungkook yang langsung berteriak sembari membuka selimutnya dengan secepat kilat.

***
Bersepeda di pagi hari menjadi salah satu hal yang sebagian orang gemari, tidak terkecuali Min Yoongi. Pria dengan satu orang putra ini memilih untuk bersepeda dalam rangka membujuk kesayangannya.

Jungkook sendiri tidak menolak. Kendati jalan-jalan yang sebelumnya ia bayangkan adalah kembali mengunjungi kebun binatang, akan tetapi berkeliling lapangan sembari bersepeda juga tak kalah menyenangkan.

"Kayuh sepedanya juga, dong, Koo. Ayah lelah," protes Yoongi.

Sedari tadi putranya itu hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Memerhatikan orang-orang di sekitar lapangan, juga sesekali terkikik geli ketika melihat kejadian yang menurutnya lucu.

Seperti saat seorang pria yang seumuran dengan ayahnya digigit oleh anak kecil, setelah tidak sengaja memutuskan benang layangan miliknya, contohnya.

"Koo mau esklim, Ayah!"

Teriakan itu keluar dari mulut Jungkook tatkala netra bulatnya menangkap seorang pedagang eskrim. Yoongi hanya menurut, menghentikan laju sepedanya untuk kemudian turun dari sana.

Lelah juga bersepeda, sementara mahkluk kecil di belakangnya hanya diam—duduk manis dan membiarkannya bersusah payah mengayuh pedalnya sendiri.

"Mau rasa apa?" tanyanya, pada Jungkook yang sebelumnya sudah ia dudukkan di bangku lapangan.

"Koo mau lasa tobelly, Ayah!" jawab Jungkook, antusias.

"Satu eskrim strawberry dan satu eskrim coklat, ya, Pak."

Bapak penjual eskrim tersebut mengangguk, lantas memberikan dua eskrim cokat-strawberry sesuai dengan pesanan Yoongi.

"Terima kasih."

Yoongi kembali menghampiri Jungkook setelah memberikan satu lembar uang pada sang penjual. Duduk di sampingnya, lalu memberikan satu eskrim di tangannya pada sang putra.

"Makan yang benar, hm?"

"Baik, Ayah. Telima kasih untuk esklimnya," jawab Jungkook.
Bocah itu tersenyum manis seraya menunjukan gigi kelincinya.

Matahari perlahan mulai naik, membuat suasana yang tadinya sejuk kian memanas.

Sepasang anak serta ayah itu masih berada di lapangan, sibuk bermain sepak bola selepas menghabiskan eskrim milik masing-masing.

"Ayah culang, ih! Masa tangkap-tangkap bolanya telus. Koo 'kan, jadi tidak gol!"

Jungkook berteriak, kesal. Cukup lama mereka bermain, tetapi sampai sekarang ia masih belum bisa mencetak gol lantaran sang ayah terus menangkap bolanya.

"Loh, kok marah? Kan memang seperti itu permainannya, Koo."

Yoongi hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku sang putra. Salahnya sendiri, nendang bola kok gak pakai tenaga.

"Mau gantian? Koo yang jaga, terus Ayah nendang bola, ya?" tawar Yoongi. Namun, anak itu justru kembali berteriak dan membuatnya bingung sendiri.

"Tidak mau, Ayah! Kalau Koo kena bolanya gimana?"

Duh, apa si maunya anak ini?

"Koo jangan buat Ayah bingung, ya. Ini gak mau, itu juga gak mau. Terus, Ayah harus apa?"

"Telbang!"

"Hah?"

Butuh beberapa saat untuk Yoongi mencerna kata-kata Jungkook. Pria itu mengernyitkan dahinya, mengikuti arah pandang sang putra, lantas menggeleng begitu paham apa maksud ucapannya.

"No, Baby! Ayah tidak mau, oke?"

Terbang yang dimaksud Jungkook adalah dirinya yang naik di atas pundak sang ayah. Persis seperti anak lain, yang juga tengah melakukan itu dengan ayahnya.

"Iiih! Koo mau telbang, Ayah!"

Jika bisa, Yoongi ingin sekali memaki pria yang membuat Jungkook memikirkan ide gila. Yoongi itu jarang berolahraga, tulangnya pasti akan patah jika dinaiki oleh sang putra.

Anak itu meski terlihat kecil, tapi beratnya juga tak main-main.

"Baiklah. Sebentar saja, ya?"

Akan tetapi, pada akhirnya Yoongi tetap saja menyanggupi. Bagaimana lagi? Jungkook serta permintaannya, sepertinya sudah menjadi hal yang tidak bisa ditolak oleh Min Yoongi.

"Yey! Koo telbang, Koo telbang!"

Jungkook berteriak, kencang sekali. Anak itu begitu bahagia saat sang ayah mendudukannya di atas pundak, membawanya terbang layaknya pesawat yang seringkali ia lihat di televisi.

Yoongi?

Pria itu bahkan tidak peduli pada tulangnya yang katanya akan patah. Melihat Jungkook bahagia, sudah cukup membuatnya lupa pada semua kelelahannya.

Tbc.









__________

Butuh 70 vote+25 komen buat next partnya, ya~
______________________

Mistake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang