Alasan terbesar dari kepergian Yoongi adalah supaya sang putra dapat bahagia. Yoongi merasa, adanya ia hanya akan membuat Jungkook terus teringat pada kejadian dua belas tahun silam.
Yoongi meninggalkan Jungkook dengan pikiran anak itu telah aman bersama keluarga barunya. Tidak ada lagi yang perlu Yoongi cemaskan. Sebab sekarang Jungkook mempunyai Ji Hyun--sang ibu kandung--yang sudah tentu akan menjamin masa depannya.
Pada awalnya, Yoongi memang sempat meragukan wanita itu. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu ia sadar; seburuk apa-pun Ji Hyun di masa lalu, ia tetaplah seorang ibu yang telah mengandung dan melahirkan sang putra ke dunia.
Tidak menjadi sebuah masalah apabila Yoongi memberikannya kesempatan kedua. Mungkin, Ji Hyun sudah benar-benar menyesali kesalahannya. Oleh karena itu, ia kembali untuk menebus dosa-dosanya dengan memberikan Jungkook kasih sayang yang sejak dulu pantas anak itu dapatkan.
Namun, tidak. Agaknya Yoongi telah melakukan kesalahan lagi. Di luar dugaannya, Ji Hyun justru melakukan hal yang tidak pernah terlintas dalam pikirannya.
Yoongi bersyukur, karena pada akhirnya ia memutuskan untuk menerima panggilan dari nomor tak dikenal, setelah beberapa kali ia mengabaikan nomor itu pada detik-detik keberangkatannya ke luar negri. Jika tidak, mungkin hal ini akan menjadi penyesalan selanjutnya dalam hidupnya.
"Asan Medical Center. Antarkan Saya ke sana. Sekarang," ujar Yoongi, pada sang sopir yang sudah berada di kursi pengemudi.
Alih-alih menyetir sendiri, pria itu memutuskan meminta tolong pada sang sopir kantor untuk mengantarnya ke rumah sakit tempat Jimin dirawat. Yoongi sedang tidak bisa berpikir tenang, ia takut melakukan kesalahan jika memaksa mengemudi dalam keadaannya sekarang.
"Baik, Tuan," jawab sang sopir, sebelum akhirnya melajukan mobilnya. Meninggalkan bandara.
***
Jimin sudah beristirahat. Pemuda itu benar-benar tertidur lelap usai menikmati makanan yang Jungkook belikan di kantin rumah sakit.Jungkook pikir, ia bisa pulang setelah menemani sang kakak seharian. Tidur dan beristirahat dengan tenang, karena seluruh tubuhnya benar-benar terasa pegal.
Namun, itu hanya akan terjadi jika sang ibu dan ayah tirinya membiarkannya pergi. Kedua orang tua itu benar-benar keras kepala, mereka memaksa Jungkook memberikan keputusan perihal ia yang bersedia mendonorkan ginjalnya atau tidak malam ini juga.
"Kamu sudah memikirkannya, 'kan? Bagaimana, apa keputusan yang kamu ambil, Sayang?"
Tidak ada pemaksaan sama sekali dalam nada bicara wanita itu. Akan tetapi, cengkraman cukup erat yang Jungkook rasakan di kedua bahunya, serta tatapan sang ibu yang tidak lepas sedikitpun darinya, sudah cukup untuk membuat Jungkook merasa terintimidasi.
"Saya yakin kamu bukanlah anak tidak tahu diri. Dengan senang hati Saya mengijinkanmu tinggal di rumah kami, anggap saja satu ginjalmu adalah bayaran untuk seluruh biaya yang akan Saya tanggung untuk hidupmu nanti."
Ji Hyun menatap tak suka sang suami usai mendengar ucapannya. Sebelumnya, mereka sudah setuju jika ialah yang bertanggung jawab untuk membujuk Jungkook. Tindakan yang baru saja Seoho lakukan justru akan membuat anak itu kembali meragukan kasih sayangnya.
Ji Hyun menghela napas. Memberi isyarat sang suami agar tetap diam, lantas kembali mengalihkan tatapannya pada sang putra.
"Ibu tidak memaksa, tapi tolong pikirkan Kak Jimin sebelum kamu memutuskannya, Nak. Kak Jimin sudah sangat menderita, hanya kamu satu-satunya harapan Ibu agar bisa melihat Kakak kembali sehat seperti sedia kala."
Jungkook memang mengatakan pada Jimin jika ia akan menerima permintaan sang ibu. Akan tetapi, entah kenapa mulutnya seolah terkunci saat ia kembali di hadapkan dengan keadaan ini.
Tidak bisa dipungkiri, ada rasa takut yang membuat Jungkook ingin sekali menolak permintaan Ji Hyun serta sang ayah tiri. Namun, bayangan hidup sendiri lagi-lagi berhasil membuatnya merasa tak bisa berbuat apa-apa.
Kepalanya yang sedari tadi menunduk kini mulai terangkat. Anak itu balik menatap netra sang ibu, hendak berbicara sebelum suara deritan--atau mungkin nyaris seperti sebuah dobrakan--dari arah pintu, disusul dengan suara yang cukup familiar berhasil membuat Jungkook mengurungkan niatnya.
"Putraku tidak akan pernah mendonorkan ginjalnya!"
Bukan hanya Jungkook, Ji Hyun serta Seoho sama-sama terkejut dan bangkit dari duduknya.
Atensi mereka tertuju penuh pada seorang pria, yang kini sudah berada tepat di hadapannya.
"Ayah ...."
Ya, itu Yoongi. Pria itu menatap nyalang Ji Hyun serta Seoho, lantas menarik paksa sang putra yang berada di samping ibunya.
Jungkook sendiri tak sempat melawan. Anak itu masih terkejut dengan kehadiran sang ayah yang tiba-tiba, hingga tak sadar ketika beliau menarik tangannya dan membuatnya berdiri di balik punggung kokohnya.
"Saya membiarkan Jungkook tinggal bersama Anda bukan untuk melihat hal ini, Nyonya!"
Yoongi berteriak, emosi. Jika tidak ingat ia tengah berhadapan dengan seorang wanita, mungkin Yoongi tidak akan menahan diri untuk memberikan pukulannya.
Yoongi memang bukan ayah kandung Jungkook. Akan tetapi, selama ini ia telah berusaha sebaik mungkin untuk menjaganya. Pria itu benar-benar tidak terima, Ji Hyun yang jelas-jelas berstatus sebagai ibu kandungnya justru memperlakukan putranya dengan semena-mena.
"Jadi ini alasan Anda begitu menginginkan Jungkook? Untuk mendapatkan satu ginjalnya dan memberikannya pada Jimin?"
Tidak ada sahutan apa-pun dari Ji Hyun. Wanita itu hanya terdiam, seolah membenarkan apa yang baru saja Yoongi katakan.
"Jika Anda memang sangat menyayangi putra Anda. Kenapa tidak Anda berikan saja ginjal Anda sendiri, Nyonya?"
"Anda keterlaluan, Tuan!"
"Jangan ikut campur! Saya tidak sedang berbicara dengan Anda ... Tuan Park Seoho."
Suasana semakin tidak terkendali. Yoongi yang sudah tersulut emosi benar-benar tidak memberikan Ji Hyun maupun Seoho kesempatan untuk membela diri.
"Saya pikir Anda sudah menyesal. Karena itu, Saya bisa dengan tenang membiarkan Jungkook tinggal dengan Anda. Tapi ternyata tidak. Ibu macam apa Anda sebenarnya, ha? Apa Anda benar-benar pernah menyayangi Jungkook sekali saja?"
Mengesampingkan emosi yang Yoongi rasakan atas tindakan Ji Hyun, di sisi lain ia lebih sakit hati memikirkan seperti apa perasaan Jungkook saat ini.
Hati putranya pasti hancur, saat tahu bahwa sang ibu mencarinya semata-mata hanya karena menginginkan sesuatu darinya.
"Anda mungkin lupa, tapi secara hukum Saya adalah Ayahnya. Hak asuh Jungkook masih berada di tangan Saya, Nyonya. Lupakan soal ginjal. Mulai detik ini, Saya tidak akan membiarkan Jungkook tinggal bersama dengan kalian lagi!"
Sejak awal, Yoongi memang sudah mengurus segalanya saat ia memutuskan untuk bertanggung jawab atas Jungkook. Bukan hanya mengakuinya sebagai putra, ia juga telah mengadopsi Jungkook secara hukum negara.
Ji Hyun tentu tidak terima, wanita itu menahan mati-matian Yoongi yang sudah hendak membawa putranya pergi dari sana.
"Dia pembunuh Ayahmu, Jungkook!"
Jungkook yang baru saja hendak keluar dari ruang rawat sang kakak, sontak menghentikan langkahnya begitu mendengar seruan dari sang ibu. Anak itu terdiam, melepaskan cengkraman sang ayah dari tangannya.
"Ikut Ayah, Jungkook."
Yoongi menoleh, menatap sang putra yang masih terdiam di tempatnya. "Jungkook."
Jungkook masih tak bergeming.
"Ikut Ayah jika kamu benar-benar pernah menganggap pria ini sebagai Ayahmu, Jeon Jungkook!"
Tbc.
____________
Kalian teh gercep pisan kalau udah urusan menuhin target, ya :)
_____________________

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake✔️
FanficSemua baik-baik saja antara Min Yoongi dan Jungkook-sang putra. Hingga satu kebenaran terungkap, dan membuat segalanya mulai terasa runyam. Cover by : Pinterest.