Epilogue

2.3K 236 75
                                    

"Sebentar. Apa ada yang spesial hari ini? Kenapa Paman kelihatan bahagia sekali?"

Taehyung bertanya heran ketika mendapati wajah pamannya nampak begitu berseri-seri. Pemandangan seperti ini jarang sekali terjadi. Rasa-rasanya, ini kali pertama ia melihat pamannya tersenyum lebar—benar-benar tanpa beban—usai hari di mana pamannya berhasil selamat dari kematian.

"Dan lihat, pakaian Paman juga sangat rapi! Wah, jujur padaku, Paman; wanita mana yang mau Paman temui?"

Kendati tak yakin dengan ucapannya sendiri, mengingat sang paman yang sampai sekarang masih betah melajang, Taehyung tetap saja melanjutkan aksinya; menggoda sang paman dan membuat sang empu terlihat cukup kesal.

"Berhenti bicara ngawur dan habiskan saja sarapan kamu, Taehyung," balas lelaki itu—Min Yoongi, menginstrupsi.

Sejujurnya, tidak ada yang salah dari ucapan Taehyung. Keponakannya benar, hari ini memang spesial bagi Yoongi. Terhitung sudah tiga tahun, 1095 hari, tujuh jam empat puluh lima menit, dan lima belas detik, lamanya, Yoongi menanti hari ini. Lalu setelah penantian yang panjang, bagaimana mungkin Yoongi tidak bahagia saat akhirnya semesta mengembalikan lagi apa yang sampai saat ini masih menjadi poros hidupnya?

"Kalau sudah selesai, tolong antarkan Paman ke toko kue yang ada di seberang jalan Itaewon sebentar, ya, Tae?"

"Bakery Seoul, Paman?"

Yoongi mengangguk.

Dengan senyum yang masih terpatri di wajahnya yang tak lagi muda, Yoongi membalas ucapan sang keponakan seraya menyodorkan segelas air putih pada Taehyung yang sudah menghabiskan satu piring nasi goreng buatan Bibi Shin. "Iya. Koo suka sekali bolu pisang di sana."

Lalu segalanya menjadi jelas bagi Taehyung. Alasan dari lengkungan senyum di wajah paman Yoongi bukan karena wanita maupun sebagainya. Melainkan Jungkook, sang sepupu yang sepertinya masih memiliki takhta tertinggi di hati sang paman meskipun setelah kejadian tiga tahun silam.

Taehyung lupa; hari ini Jungkook akan keluar dari sana, bukan?

"Cepat siap-siap. Paman tidak ingin kita sampai terlambat."

Usai berucap demikian, Yoongi mulai beranjak dari meja makan untuk kemudian menuju kamarnya yang sekarang terletak di lantai bawah. Meninggalkan Taehyung, yang hanya diam menatap punggung sang paman dengan taut wajah sulit diartikan.

Bukan tidak senang pada fakta jika Jungkook akan kembali hari ini. Akan tetapi, rasanya Taehyung masih tidak bisa memaafkan apa yang telah Jungkook lakukan pada paman Yoongi.

Kejadian saat itu tak hanya menyisakan luka di hati pamannya. Namun juga membuat fisik maupun hidupnya tak lagi bisa dikatakan sempurna.

***
Sejujurnya, Yoongi sudah rela andai saat itu memang akhir dari hidupnya. Bagi Yoongi, apa yang sang putra lakukan adalah bagian dari hukuman yang Tuhan berikan atas dosanya yang sampai sekarang masih belum bisa Yoongi pertanggung jawabkan.

Akan tetapi, barangkali kematian masih belum cukup untuk menebus semua dosa-dosanya. Itu sebabnya, sekali lagi, Tuhan memberikan Yoongi kehidupan di mana Yoongi sendiri sempat merasa mungkin akan lebih baik jika saat itu dirinya mati daripada harus menjalani hidup seperti ini.

Segalanya tidak pernah terasa mudah bagi Yoongi setelah ia bangun dari koma karena kecelakaan yang nyaris saja merenggut nyawanya.

Yoongi ingat, semua ada di sana ketika ia membuka mata. Ada ibunya dan Sena—sang kakak—yang menangis haru saat itu. Kakak iparnya—Seokjin—juga sang keponakan; Kim Taehyung, yang tak henti-hentinya mengucap syukur atas kesadarannya. Semua keluarganya ada di sana. Semua, kecuali Jungkook—sang putra yang sama sekali tidak terlihat dalam pandangan Yoongi.

Mistake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang