"Ayah. Pulang sekolah nanti; Ayah tidak usah jemput Koo, ya?"
Yoongi mengernyit, bingung, mendengar perkataan sang putra. Meski sudah SMA—-dan hanya menunggu beberapa bulan lagi untuk Jungkook lulus kemudian duduk di bangku kuliah—Yoongi memang tidak membiarkan anak itu pulang-pergi sendiri.
Selain karena sekolah Jungkook yang se arah dengan kantornya, sebenarnya Yoongi memang suka mengantar-jemput putranya. Kecuali dalam keadaan mendesak, baru dia akan meminta tolong Taehyung atau kakak iparnya—Seokjin—untuk menggantikan kegiatan rutinnya.
"Ibu mau jemput, katanya. Sekalian, Koo juga ingin ngobrol sebentar sama Ibu. Boleh 'kan, Yah?"
Seakan paham apa yang dipikirkan oleh sang ayah, Jungkook kembali bersuara dan membuat Yoongi mengangguk mengerti.
"Baiklah, masuk sana," balasnya.
Jungkook mengangguk, lantas keluar dari mobil sang ayah.
"Belajar yang rajin, ya?" ujar Yoongi seraya menurunkan kaca mobilnya.
"Baik, Ayah!" jawab Jungkook.
"Ayah juga semangat kerjanya, ya? Kalau lelah, istirahat. Ayah baru saja sembuh, Koo tidak mau Ayah sakit lagi. Ayah mengerti?"
Jika sudah begini, Yoongi merasa bahwa Jungkook-lah ayahnya. Namun, tidak apa. Toh dia sendiri juga suka akan perhatian kecil yang diberikan oleh sang putra. Karenanya, Yoongi hanya tersenyum, lantas mengangguk sebelum akhirnya melajukan mobilnya usai mendengar petuah dari si kecil kesayangannya.
***
Jungkook sudah sering bertemu dengan ibunya. Akan tetapi, rasa canggung setiap kali berada di samping beliau tetaplah ada.Jungkook tidak mengerti, kenapa dia merasa seperti ini. Jungkook bahagia. Namun, di sisi lain, seakan ada sekat yang tidak bisa dia hilangkan antara dirinya dan sang ibu. Membuatnya terkadang bertanya; apa dia sudah benar-benar memafkan ibunya?
"Jungkook, ingin pesan apa lagi?"
Lamunan Jungkook buyar begitu saja mendengar pertanyaan dari Ji Hyun—sang ibu. Seperti perkataannya tadi, saat ini dia dan sang ibu tengah berada di sebuah restaurant usai pulang sekolah.
"Itu saja, Bu," balasnya kemudian.
Ji Hyun tersenyum, mengiyakan ucapan Jungkook lantas kembali mengalihkan atensinya padanya.
"Terima kasih, Jungkookie. Ibu senang sekali, bisa menghabiskan waktu dengan kamu seperti ini."
Jauh sebelum Ji Hyun memutuskan untuk menemui Jungkook. Dia sempat berpikir, bahwa anak itu akan menolaknya, atau paling tidak mengusirnya mengingat kesalahan yang telah dia lakukan dengan meninggalkannya begitu saja.
Akan tetapi, nyatanya semua ketakutannya tidaklah terbukti. Anak itu memang kecewa, tapi dia bisa mengatasi semuanya dengan cara dewasa. Putranya bahkan tidak memaki, seperti apa yang dia pikirkan selama ini.
Ji Hyun akui, Wonwoo telah berhasil mendidik putra mereka dengan begitu baik.
"Jungkook mau Ibu ajak ke mana setelah ini? Jalan-jalan, atau belanja baju seperti tempo hari?"
Jalan-jalan, belanja, itu saja yang selalu ibunya bicarakan setiap kali beliau mengajaknya keluar. Jungkook bukan tidak menghargai, dia juga tidak berbohong tentang apa yang dia katakan perihal sang ibu pada Yoongi.
Jungkook bahagia. Tentu dia bahagia bisa menghabiskan waktu bersama ibunya. Namun, jujur saja. Bukan ini yang Jungkook inginkan. Jungkook tahu, mungkin inilah cara sang ibu untuk mengakrabkan diri. Akan tetapi, rasanya hanya dengan jalan-jalan atau belanja tidak bisa menebus semua waktu yang telah dia lewati tanpa sang ibu selama ini.
Beberapakali mereka bertemu, ibunya bahkan tidak pernah menanyakan apa-apa tentang dirinya. Seperti; bagaimana masa kecilnya, apa yang Jungkook suka dan tidak, pendidikannya, atau hal-hal kecil yang seharusnya seorang ibu ketahui tentang putranya.
Ji Hyun tidak melakukannya. Wanita itu hanya fokus pada satu pertanyaan saja; apa Jungkook bersedia ikut dengannya atau tidak.
"Maaf sebelumnya, Bu. Bukannya Jungkook menolak, tapi Jungkook di sini untuk membicarakan hal yang penting dengan Ibu."
Ji Hyun tampak kecewa. Akan tetapi, hanya sebentar sebelum akhirnya dia tersenyum begitu paham apa maksud dari perkataan putranya.
"Jungkook sudah memutuskannya?"
Anggukan Jungkook berikan sebagai jawaban. Jungkook sudah menimbang segalanya. Tentang sang ayah, ibu, juga dirinya sendiri sebelum memutuskan pilihannya.
Jungkook tidak bisa terus menggantungkan harapan ibunya. Dia juga tidak bisa terus membuat ayahnya cemas dengan memikirkan masalahnya. Maka dari itu, setelah berpikir panjang, pada akhirnya dia memutuskan hal yang menurutnya baik untuk mereka semua.
"Sebelum mengatakannya. Jungkook ingin Ibu tahu, jika Jungkook bahagia sekali bisa bertemu dengan Ibu."
Jungkook menatap lamat paras cantik sang ibu. Anak itu tersenyum, lantas menarik sebelah tangan ibunya untuk kemudian dia genggam.
"Punya seseorang yang bisa Jungkook sebut sebagai Ibu adalah impian Jungkook sejak kecil. Pasti menyenangkan, jika Ibu memarahi Jungkook. Menjewer Jungkook saat Jungkook nakal, kemudian merayu Jungkook dengan memasakkan makanan seperti yang biasa Ibu teman Jungkook lakukan."
Ji Hyun tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Wanita hanya diam, membiarkan putranya bercerita.
"Ibu tahu, Jungkook seringkali merengek pada Ayah. Bertanya di mana Ibu, dan kapan Ayah akan membawa Jungkook bertemu dengan-mu. Namun, seiring berjalannya waktu, Jungkook sadar jika keinginan Jungkook tidak akan pernah bisa menjadi kenyataan. Ayah bilang, Ibu sudah meninggal. Sejak saat itu, Jungkook mulai mengubur semua impian Jungkook dan terbiasa hidup tanpa Ibu, yang dari awal memang tidak pernah ada dalam kehidupan Jungkook."
Bukan maksudnya untuk membuat sang ibu merasa bersalah dengan menceritakan semua itu. Jungkook hanya ingin ibunya tahu, bahwa kehadirannya begitu dia tunggu.
"Jungkook bahagia, bahagia sekali saat Ibu datang dan tahu kalau ternyata Ibu belum meninggal. Tapi, Bu. Ibu datang, saat semuanya sudah berubah sekarang."
"Ibu sudah punya keluarga baru. Begitupun dengan Jungkook, Jungkook punya Ayah Yoongi yang sudah menganggap Jungkook seperti putranya sendiri."
Jungkook semakin mempererat genggaman tangannya. Sebisa mungkin meyakinkan sang ibu, bahwa keputusan yang nantinya akan dia ambil adalah yang terbaik untuk mereka semua.
Anak itu menatap lamat mata sang ibu yang kini sudah mulai berkaca-kaca. Lantas mengatakan hal, yang membuat pertahanan Ji Hyun runtuh saat itu juga.
"Maafkan Jungkook, Bu. Jungkook tidak bisa ... ikut dengan Ibu."
Jungkook memang ingin bertemu dengan ibunya. Dia ingin merasakan kasih sayangnya. Namun, untuk ikut dengannya dan meninggalkan sang ayah, rasanya Jungkook tidak bisa melakukannya.
Jungkook sudah terbiasa dengan Yoongi. Saat membuka mata di pagi hari, sang ayahlah yang pertama akan dia cari. Hari Jungkook di mulai dengan sang ayah, dan selalu berakhir dengannya juga.
Jungkook tidak bisa, jika harus meninggalkan ayahnya.
"Kenapa, Jungkook? Dia hanya Ayah sambungmu, dia bahkan tidak ada hubungan darah denganmu. Kenapa kamu menolak Ibu untuk orang yang bukan siapa-siapamu?"
Jungkook tidak ingin berdebat dengan ibunya. Akan tetapi, rasanya dia tidak terima atas ucapan sang ibu terhadap ayahnya. Karenanya, Jungkook memilih pergi. Dia bahkan tidak berminat sama sekali untuk mencicipi makanan yang sudah tersaji secara rapi. Anak itu pergi, usai mengatakan hal yang membuat ibunya terdiam di tempatnya.
"Ayah Yoongi mungkin tidak ada hubungan darah apa pun dengan Jungkook. Tapi, Bu, tidak semua hal bisa diukur dengan itu. Terkadang, hubungan darah juga tidak bisa menjamin apa-apa, kan?"
Tbc.
________
Mau tanya, dong. Menurut pendapat kalian; Ibu Ji Hyun tuh gimana, sih?
_________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake✔️
FanfictionSemua baik-baik saja antara Min Yoongi dan Jungkook-sang putra. Hingga satu kebenaran terungkap, dan membuat segalanya mulai terasa runyam. Cover by : Pinterest.