Mistake 17

1.3K 223 52
                                    

Jungkook melihatnya. Melihat, bagaimana hancurnya sang ayah usai ia mengucapkan hal yang mungkin sudah melampaui batas.

Rasa sesal sedikit muncul dalam benaknya. Mengingat pria yang hatinya telah ia hancurkan, adalah pria yang sama, yang selama ini sudah menjaga juga mendidiknya dengan begitu sabar.

Namun, jika dipikir kembali, mungkin apa yang Jungkook lakukan memang sudah benar. Jungkook ingin menjauh dari Yoongi. Ia ingin, sang ayah berhenti untuk mengganggu dan mencampuri urusannya lagi.

Dan ya, sepertinya hal itu telah Jungkook dapatkan sekarang. Karena setelah hari itu, sang ayah tidak pernah datang ke sekolah ataupun menghubunginya lagi.

Seharusnya Jungkook senang. Inilah yang ia inginkan, bukan? Tetapi tidak. Entah kenapa, semua ini justru membuatnya gusar. Sudah lebih dari seminggu setelah kejadian itu. Namun, hingga kini ayahnya bahkan tidak berusaha untuk menghubunginya.

Hal itu tak pelak membuat Jungkook tak tenang. Membuatnya bertanya-tanya. Apa ayahnya baik-baik saja?

"Argh ... Bunda!"

Lamunan Jungkook buyar begitu saja, tatkala bunyi pecahan diikuti dengan teriakan yang berasal dari kamar Jimin—sang kakak—menarik kembali kesadarannya.

Segera saja Jungkook berlari, menghampiri kamar sang kakak yang berada tepat di sebelahnya.

"Astaga, Kak Jimin!"

Jungkook berteriak, terkejut, mana kala membuka pintu dan mendapati Jimin yang tengah meringkuk kesakitan sembari mencekram erat pinggang belakangnya.

"K-kakak ... Kakak kenapa?"

Bukan hanya suara, tubuh Jungkook yang kini sudah berada tepat di samping Jimin juga ikut gemetar. Sungguh, Jungkook takut sendiri melihat sang kakak yang terlihat begitu kesakitan.

"S-sebentar. Aku ... aku telfon Ibu dulu, ya, Kak?" ujarnya kemudian.

Jimin sendiri sama sekali tak menanggapi. Ia hanya fokus pada rasa sakit yang benar-benar membuatnya terasa ingin mati.

"Bu, Kak Jimin ... Kak Jimin sakit. Jungkook tidak tahu Kak Jimin kenapa, tapi dia kesakitan sekali. Jungkook harus apa, Bu? Jung—"

"Hey, tenang sayang. Kamu lihat obat di meja sebelah ranjang Kakak? Tolong ambil itu dan suruh Kakak meminumnya, ya?" potong Ji Hyun.

Jungkook mengangguk. Mengedarkan pandangannya ke samping meja, dan melihat sebuah botol di sana.

"H-habis. Obatnya sudah habis, bodoh!" Itu Jimin yang bersuara.

Jungkook semakin panik dibuatnya.

"Obatnya habis, Bu. Bagaimana ini?"

Ji Hyun tak kalah khawatir di seberang sana. Bagaimana mungkin? Persediaan obat sudah habis, dan Jimin tidak mengatakan itu pada ia maupun sang suami?

Anak itu mau cari mati atau bagaimana?

"Ibu masih di butik, tidak sempat jika harus menunggu Ibu. Jungkook bisa menyetir, tidak? Tolong antarkan Kakak ke rumah sakit dulu, ya?"

Pertanyaan yang baru saja sang ibu lontarkan membuat Jungkook terdiam sejenak. Jungkook bisa menyetir. Yoongi pernah mengajari, bahkan sudah membuatkannya sim begitu Jungkook cukup usia.

Namun, Jungkook yang memang lebih sering di antar-jemput oleh sang ayah jarang sekali menyetir mobil sendiri. Apa Jungkook bisa, jika harus melakukannya?

"Bisa. Jungkook bisa menyetir mobil, Bu," jawab Jungkook pada akhirnya.

Tidak ada waktu untuk berpikir. Toh Jungkook juga tidak punya pilihan lain. Ia tak setega itu, untuk membiarkan sang kakak terus kesakitan seperti sekarang.

Mistake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang