Mistake 22

1.4K 226 49
                                    

"Koo. Mau temani Ayah jalan-jalan, tidak?" tanya Yoongi, kontan membuat Jungkook yang sebelumnya tengah fokus membaca lantas menolehkan kepala.

"Akhir-akhir ini jadwal Ayah padat sekali. Ayah rasa, suasana baru bisa membuat pikiran Ayah jernih kembali. Koo juga sedang persiapan untuk ujian, 'kan? Kenapa tidak ikut jalan-jalan sama Ayah? Anggap saja refreshing, supaya otak Koo semakin lancar saat ujian nanti." 

Tidak jauh berbeda dengan Yoongi. Jungkook, anak itu juga merasa sedikit stres memikirkan UAS—Ujian Akhir Semester—yang akan ia hadapi minggu depan. Meskipun ia sudah mempersiapkan diri, tetap saja rasa takut akan selalu ada mengingat ini adalah penentuan dari kerja kerasnya selama tiga tahun belakangan.

"Tapi kalau Koo tidak mau juga tidak apa-apa. Ayah bisa, kok, pergi sendiri." Merasa tidak mendapat respon apa-pun dari sang putra, Yoongi kembali berujar seraya menarik sudut bibirnya.

Tersenyum maklum, andai kata anak itu menolak mengingat hubungan mereka yang sampai sekarang belum bisa dikatakan baik-baik saja.

Yoongi sudah hendak melajukan mobilnya, bersiap untuk pergi ketika tiba-tiba saja pintu mobil di sebelah kanannya terbuka. Menunjukan Jungkook, yang langsung mendudukkan diri di kursi samping kemudi.

"Di luar dingin. Aku mengambil jaket dulu, tadi." Begitu katanya.

Yoongi? Pria berkepala empat itu hanya mengangguk. Diam-diam tersenyum, melihat tingkah laku sang putra yang cukup menggemaskan baginya.

***
Mungkin sudah lebih dari satu jam, ayah serta anak itu hanya berkeliling tanpa tujuan. Mereka hanya menyisiri jalanan kota Seoul, sampai akhirnya Yoongi memberhentikan mobilnya di pusat kota, di mana ada sungai kecil yang bernama Cheonggyecheon di sana.

Keduanya mulai turun, keluar dari mobil lantas mendudukkan dirinya pada tepian sungai.

"Sepertinya kita memilih waktu yang tepat, Koo. Lihat, tidak terlalu banyak orang di sini."

Ya, selain mereka berdua, hanya ada beberapa orang di sana. Tentu saja, sebagian dari mereka pasti memilih diam di rumah. Menonton tv atau meminum teh untuk menghangatkan diri, alih-alih keluar dalam cuaca dingin begini.

"Kalau Koo bosan bilang saja, ya? Ayah ingin di sini dulu, sebentar."

Sampai sekarang, Jungkook masih tidak mengerti kenapa sang ayah begitu menggilai sungai seperti ini. Ayahnya bahkan bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk duduk, sembari menatap hamparan sungai juga menikmati angin segar yang bertiup kencang.

Untuk orang seperti Jungkook, kegiatan sang ayah benar-benar terasa membosankan. Akan tetapi, setiap manusia memiliki self healingnya sendiri, bukan? Apa yang menurut Jungkook membosankan, mungkin bagi sang ayah hal itu justru dapat memberikannya ketenangan.

"Koo ...."

Yoongi kembali membuka suara tanpa mengalihkan pandangannya. Menatap air sungai yang tampak tenang, di mana ada pantulan diri mereka di sana.

Pria itu menghela napas, sebelum kembali melanjutkan, "Semuanya terasa aneh sekali sekarang, ya, Koo? Kita duduk berdua, tapi lihat, hanya Ayah yang sibuk berbicara."

Yoongi menyadarinya, ia hanya berpura-pura seolah semua baik-baik saja. Jungkook yang sekarang selalu menolak di antar-jemput ke sekolah. Jungkook, yang selalu mencari alasan untuk melewatkan sarapan atau makan malam bersama. Juga Jungkook, sang putra, yang perlahan-lahan semakin menjauhkan diri darinya.

Yoongi menyadari semuanya. Namun, ia tetap diam dengan pikiran bahwa sang putra akan kembali normal dengan sendirinya.

Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. Semakin Yoongi diam, semakin besar juga sekat antara dirinya dan sang putra. Mereka memang tinggal bersama, akan tetapi, sikap mereka tak ubahnya orang asing tak saling mengenal saja. Jungkook yang sebelumnya selalu mencari alasan untuk berbicara dengannya, sekarang bahkan tidak akan bersuara jika Yoongi tak memulainya.

Mistake✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang