Dahi Jungkook mengernyit mana kala tak menemukan presensi sang ayah di ruang makan. Meski beberapa hari belakangan ia kerap kali menolak ajakan beliau untuk sarapan bersama, akan tetapi ayahnya tidak pernah absen membujuknya kendati berakhir dengan ia yang memilih pergi.
Ingatannya kembali pada kejadian semalam. Di mana amarah sang ayah meledak hingga melontarkan kata-kata yang membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak.
"Den Jungkook?"
Suara dari seorang wanita paruh baya yang beberapa minggu ini sudah bekerja di rumahnya sontak membuat Jungkook kembali sadar akan sekitar.
Bibi Shin, begitu Jungkook memanggilnya. Wanita itu hanya datang untuk membersihkan rumah, memasak makanan, lalu kembali pulang usai menyelesaikan semua tugasnya.
Sebelumnya, Yoongi memang tidak mempekerjakan asisten rumah tangga. Rumah yang terdiri dari dua lantai itu hanya memiliki tukang kebun serta seorang satpam yang bertugas untuk menjaga keamanan.
Yoongi mulai mempekerjakan bibi Shin sebab hampir seluruh waktunya ia habiskan di kantor sekarang. Dengan adanya bibi Shin, setidaknya anak itu tidak akan kerepotan dan hanya perlu memanaskan makanan apabila sewaktu-waktu merasa lapar.
"Mari sarapan, Den. Semuanya sudah Bibi siapkan di meja."
Bibi Shin kembali bersuara seraya menatap Jungkook yang masih berdiri di ujung tangga. Anak itu sudah siap dengan seragam serta tas ransel di punggungnya, berniat langsung pergi jika saja pertanyaan seperti di mana sang ayah tak mengganggunya.
"Apa Ayah belum turun, Bi?"
"Sepertinya belum, Den. Bibi tidak melihat Tuan Besar sejak tadi."
"Kalau begitu, Bibi simpan saja dulu makanannya, ya? Barangkali Ayah kesiangan, aku akan mengecek kamarnya untuk memastikan."
Jungkook kemudian berbalik, kembali menaiki anak tangga usai menyelesaikan ucapannya. Hatinya mendadak gelisah, mengingat sang ayah tidak pernah melakukan hal semacam ini sebelumnya.
***
Kamar ayahnya masih gelap ketika Jungkook membuka pintu yang kebetulan tidak terkunci itu. Menghela napas sejenak, Jungkook lantas beranjak dan mulai menyingkab gorden polos berwarna abu-abu. Membiarkan cahaya matahari memasuki ruangan itu.Kernyitan heran kembali tercetak di dahinya tatkala netra bulatnya menangkap sang ayah nampak tak tenang dalam tidurnya. Dengan langkah pelan, Jungkook mulai mendekat. Sebelah tangannya yang sudah hendak jatuh di kening ayahnya dengan segera kembali ia tarik, sebab kedua netra sayu ayahnya sudah lebih dulu terbuka.
"A-ayah, Ayah baik-baik saja?"
Adalah hal pertama yang Jungkook tanyakan sebab ayahnya memang tidak terlihat demikian. Wajahnya sedikit pucat, tubuhnya juga nampak menggigil apabila Jungkook tak salah lihat.
"Kenapa belum berangkat sekolah?"
Namun, alih-alih menjawab, ayah justru balik bertanya dengan intonasi yang terkesan datar. Rasa-rasanya, ini pertamakalinya ia mendengar sang ayah berbicara dengan nada seperti ini padanya.
"Bibi Shin sudah selesai memasak. Aku datang karena Ayah tidak kunjung turun ke bawah," jawab Jungkook seadanya.
"Tujuan Koo sudah terpenuhi, 'kan? Bisa Koo pergi sekarang?"
"Tapi, Ayah. Kondisi Ayah tidak terlihat baik, aku—"
"Ayah bisa mengurus diri Ayah sendiri, Koo," potong Yoongi.
Pria itu memutus tatapannya, berpaling dari sang putra sebelum kembali melanjutkan;
"Pergilah, Koo akan terlambat jika terlalu lama berada di sini."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mistake✔️
FanfictionSemua baik-baik saja antara Min Yoongi dan Jungkook-sang putra. Hingga satu kebenaran terungkap, dan membuat segalanya mulai terasa runyam. Cover by : Pinterest.