#18

132 12 0
                                    

Ingatan Wakasa Flashback terlintas di kepala.Ditambah lagi hujan yang mengguyur diluar kamar membuat semakin memperkuat ingatannya perihal Hikari.

Hujan mengguyur Tokyo lagi,itu adalah hal yang paling dibenci oleh Hikari.Dia keluar dari apartemen murahnya yang tampak sempit itu.

Matahari pagi tidak menampakkan dirinya karena murung, syal warna pinknya basah terkena air hujan rintik rintik yang tiba tiba turun.

"Astaga aku tidak tahu jika akan turun hujan pagi ini",kesal perempuan berambut silver itu.

Dengan setelan seragam yang sudah lengkap itu,dia bergegas masuk lagi kerumah untuk mengambil payung berwarna transparan itu.Kilat sesekali lantas Hikari menutup telinganya karena dia mengira itu petir.

Namun dibawah lobi apartemen sudah ada Wakasa yang menunggunya dengan tatapan kosong.

Hikari berkacak pinggang melihat pria bermata malas itu.

"Jadi apa ayahku yang telah menyuruhmu lagi?",tanya nya berusaha memastikan.

"Kalau bukan beliau siapa lagi",Wakasa mengangkat bahunya.

Hikari menghela napas pendek.

Dia meringis kesakitan tatkala air hujan itu mengenai salah satu luka lebam di pipinya.Wakasa mengusap perban berwarna putih itu.

"Shinichiro mencarimu",katanya lagi.

Hikari membuka matanya malas.

"Sepertinya dia mencari y/n",lirihnya pada Wakasa.

Hikari memejamkan matanya,

"Y/n tidak boleh terlibat jauh dengannya",ucap Hikari.

"Tidak Shinichiro benar benar mencarimu bukan y/n",ketus Wakasa barusan.

Wajah Hikari tak menoleh sedikit pun ketika Wakasa berkata seperti itu.

"Anak itu aneh Imaushi-kun aku membencinya"

Wakasa tersentak dengan perkataan Hikari barusan.Didalam hatinya dia tertawa terbahak bahak jika membayangkan reaksi wajah Shin jika mendengarnya akan seperti bagaimana.

"Bilang saja padanya aku tidak peduli",ucap Hikari sekali lagi.

"Baiklah terserah kau saja",kekeh Wakasa.

Kedua punggung itu melesat jauh,melewati jalanan yang cukup ramai.

"Semoga saja hujan ini reda,kalau tidak sepatuku akan basah nanti",gumamnya pelan.

Y/n berjalan menuju trotoar yang penuh air itu dengan pelan pelan karena hal yang dia benci adalah ketika seragam dan sepatunya kotor nanti.

Jalanan trotoar kota memang nampak sepi padahal sudah pukul tujuh pagi,mungkin karena hujan namun tak sedikit dari mereka yang berjalan melewati lampu merah itu.

Butuh hingga 10 menit untuk dapat sampai di sekolah itu,sudah rutinitas y/n melewati jalanan kota Tokyo yang penuh dengan lalu lalang orang di perempatan lampu merah.

Setelah sampai di sekolah dia menutup payungnya karena hujan sudah reda,jalanan tetap masih becek karena halaman sekolah yang masih tanah belum dicor semen.

"Untungnya sudah reda",dia sungguh bersyukur untuk itu.

Hikari berjalan di koridor yang penuh dengan murid lalu lalang dan berbicara satu sama lain dan masuk di salah satu kelas.

"Apa kau masih mengawasi adikku ?",tanya Hikari memecah keheningan.

"Kabar buruknya setiap hari dia dibully"

(失) 𝐆𝐈𝐑𝐋 𝐅𝐑𝐎𝐌 𝐓𝐎𝐊𝐘𝐎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang