Y/n Lost memories
Aku lari dari rumah sakit jiwa itu dengan payung hitam dan bertelanjang kaki, siap menjelajahi dunia di luar kota kecil.Aku tidak tahu ke mana akan pergi atau apa yang akan dilakukan,tetapi aku harus melarikan diri dari tembok yang menyesakkan yang pernah menjadi tempat perlindungan.Saat aku menyusuri jalan utama,aku melihat sebuah kafe dengan cahaya hangat yang berasal dari dalam.Aroma kopi yang baru diseduh dan kue-kue hangat memenuhi udara, dan di sinilah perjalananku akan dimulai.Kafe dengan tembok putih mengingatkanku tentang sesuatu.
Sebelumnya aku adalah pasien gangguan jiwa,aku pernah terjebak di ruangan sempit, dan itu membuatku tertekan. Untuk menghabiskan waktu, aku mondar-mandir,merasa seperti tidak ke mana-mana, baik secara fisik maupun emosional.Dinding ruangan yang putih dan hambar itu seakan menutup diriku,mengingatkanku bahwa aku bukan lagi diriku yang dulu.
Payungku terlentang menatap kafe yang sunyi dan nyaman itu.Aku tidak peduli hujan mengguyur seluruh badanku.Fakta bahwa manusia cenderung membenci hujan selalu membuatku bingung.Bagaimanapun, hujan adalah sumber kehidupan, memberi kita air yang kita butuhkan untuk bertahan hidup dan memelihara tanaman dan hewan yang menjaga ekosistem kita tetap subur.
Namun meski penting, hujan sering mendapat pandangan yang buruk. Beberapa orang mengasosiasikannya dengan kesedihan dan kesuraman, atau dengan ketidaknyamanan dan kekacauan. Meskipun aku sendiri tidak membenci hujan,kupikir tidak adil seberapa sering hujan dilukis dengan cahaya negatif.
Aku tidak peduli dengan pendapat orang lain dan, sejujurnya,pendapat orang lain seringkali didasarkan pada pengalaman mereka sendiri,dan belum tentu mencerminkan kebenarannya.Penting untuk mengikuti jalan sendiri dan membuat keputusan berdasarkan keyakinan dan nilai sendiri.
Di kafe itu, Itoshi Sae, saat ini tengah duduk sambil menikmati kopi americano dan membaca buku. Dia tidak sadar bahwa ada kehadiranku yang berdiri di seberang jalan,memakai baju pasien berwarna putih yang basah kuyup karena air hujan. Terpukau dengan pemandangan itu, aku menatap ke langit dan merasa bahwa aku pernah berada di situ sebelumnya, mungkin di suatu kehidupan yang berbeda.
Itoshi Sae membuat gangguan mentalku makin parah dengan sikapnya yang dingin dan tidak peduli.Dia tampak tidak tertarik dengan apa pun yang aku katakan, dan dengan keras kepala meneruskan percakapan dengan hanya fokus kepada dirinya sendiri. Ini membuat aku merasa seperti tidak ada yang peduli lagi dengan perasaan dan menyebabkanku merasa lebih terisolasi dan sendirian daripada sebelumnya.
Semenjak dia menamparku di stasiun, dia menyebabkan gangguan mentalku menjadi lebih parah.Dia mungkin menduga memiliki hubungan dengan orang lain, meskipun sebenarnya bukan,yang dia lihat adalah kakakku bukan diriku. Hal ini dapat menyebabkan salah paham dan kesalahpahaman yang dapat menyebabkan situasi yang sulit untuk ditangani.
Itoshi sae melototkan mata menyadari kehadiranku di ujung jalan sambil memejamkan mata menatap langit.Dia mungkin juga mulai khawatir dengan ketidakpastian dan rasa malu yang mungkin dia rasakan karena dihadapi dengan situasi yang tidak ia inginkan.
"Persetan",katanya sambil membanting buku di meja itu.Seluruh pandangan orang menuju kepadanya.
Itoshi Sae meragukan apakah yang di ujung jalan itu adalah mantan kekasihnya, dan mengapa dia mengenakan pakaian pasien rawat jalan. Dia mencoba untuk memahami apa yang terjadi dengan y/n dan situasi yang dialaminya saat ini.Dalam hati dia bertanya mengapa y/n bisa mengenakan pakaian pasien rawat jalan saat dia melototinya,seolah-olah tahu tentang keadaannya.
"Apa y/n sakit?",pikirnya.
Dia mencoba berjalan melewati jalan yang becek dan jarang lalu kendaraan itu menghampiriku namun bereaksi lain.Saat dia mendekatiku,aku merasa sangat takut dan cemas seperti berinteraksi dengan orang asing. Hal ini mungkin disebabkan karena trauma atau pengalaman negatif di masa lalu yang membuatku tidak bisa percaya dan menghindari interaksi dengan orang lain.
Interaksi dengan orang asing mungkin membuatmu panik dan menimbulkan rasa takut dan kegugupan yang mendalam. Ini benar-benar normal dan tidak akan salah untuk menarik batas antara diriku dan orang lain.
"Hei!!!!!",teriaknya sambil mengejarku.
Saat aku berlari,aku tidak sadar bahwa kakiku tersandung dan terjatuh dalam lumpur.Saat aku terjatuh, seorang laki-laki berpayung hitam yang menggunakan setelan itu datang menghampiriku.Hal ini menyebabkan aku waspada dan khawatir,meskipun dia mungkin hanya ingin membantu.
Namun, mata Itoshi Sae menajam saat dia mengetahui bahwa laki-laki yang menggunakan setelan hitam itu adalah adiknya sendiri, Itoshi Rin.Kebetulan ini mungkin juga menciptakan situasi yang aneh dan sulit untuk dihadapi. Apalagi aku tidak tahu sebelumnya bahwa keduanya adalah kakak beradik.
"Sae??",panggil Rin saat mengetahui kakaknya itu.
Keempat netra itu bertatapan dengan sinis satu sama lain.Sae hanya menatap kosong adiknya itu yang mencoba memanggil namanya.
Sae pergi menjauhi Rin dan y/n yang terduduk mencoba berjalan menuju kafe tempat dia me time tadi.Namun Rin mencoba mengejar Sae dan menepuk pundaknya.
"Pergi!",ucapnya tatkala tangan Rin menyentuh punggung Sae.
Y/n hanya menatap pertengkaran kecil itu dengan bengong dan bingung,otaknya cukup bingung untuk melihat situasi tersebut.Dia mencoba berdiri meninggalkan Itoshi bersaudara yang saling menatap dengan tatapan membunuh itu.
Dan itulah yang terjadi pada hari itu,dimana hujan untuk pertama kalinya turun dalam musim panas yang cukup terik sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(失) 𝐆𝐈𝐑𝐋 𝐅𝐑𝐎𝐌 𝐓𝐎𝐊𝐘𝐎
FanfictionY/n sedang berjuang melawan masa lalunya yang kelam dengan berbagai macam cara akan tetapi dia sulit untuk menghadapinya sendirian walau terkadang kakak angkatnya mencoba memberinya semangat dan dorongan untuk itu Highest rank 17 in Tokyo Revengers...