°
°
°
°
Gue melirik ke arah ponsel gue yang terlihat berkedip. Nama Bang Danu yang tertera di sana. Buru-buru gue langsung meraihnya dan menggeser tombol hijau sebelum akhirnya menempelkannya pada telinga kanan gue.
"Ya, halo, Bang. Kenapa?"
"Hari ini bisa kan kumpul di studio buat bahas album baru kalian?"
Tok Tok Tok
"Bentar, Bang," ucap gue pada Bang Danu, sambil menjauhkan ponsel dari telinga gue, "ya, masuk," seru gue pada orang yang tengah mengetuk pintu ruangan gue.
Tak lama setelahnya Risma masuk, dia adalah salah satu staff kantor di pabrik.
"Kenapa, Ris?"
Perempuan berjilbab biru navy itu tersenyum canggung sambil menyerahkan map. "Ngasih data laporan yang Bang Satya minta tadi."
Gue menerima map itu sambil mengucapkan terima kasih. Terbiasa dipanggil Bang, gue ogah dipanggil Pak meski beberapa orang kantor maupun pabrik awalnya mau manggil gue begitu. Enak aja, gue masih muda begini masa dipanggil Pak. Ya, mana sudi gue.
Setelah selesai urusannya, Risma langsung bergegas keluar ruangan. Meski hitungannya gue udah ngantor di sini beberapa bulan, beberapa dari mereka masih sering kali merasa canggung kalau bertemu langsung dengan gue. Kebanyakan dari mereka perempuan, yang cowok sih sudah mulai pada terbiasa.
Gue pun kembali menempelkan ponsel gue pada telinga. "Ya, Bang, gimana tadi?"
"Lo lagi sibuk?"
"Enggak, biasa aja kok, ya kerjaan ada cuma nggak sibuk-sibuk banget. Kenapa, Bang?"
"Jadi kumpul buat bahas lagu nggak ntar? Ini Mas Hasan nanyain kelanjutannya."
Gue berpikir sejenak. Kalau bahas lagu bareng mereka pasti nggak mungkin kalau sampai malem aja. Pasti udah nyerempet ke pagi nih, apalagi biasanya kita bakal coba untuk latihan juga. Terus gimana sama Jovita? Masa dia sendirian di rumah, kalau aja ada pembantu di rumah gue nggak terlalu khawatir, tapi ini masalahnya dia sendirian.
"Sat?"
"Ya, Bang."
"Kenapa? Lo nggak bisa? Ada kerjaan yang nggak bisa lo tinggal?"
"Jovita, Bang."
"Eh, kenapa sama istri lo? Dia lagi sakit?"
"Enggak, dia baik-baik aja kok. Cuma masalahnya gue nggak tega kalau ninggal dia sendirian di rumah, Bang. Kalau bahas lagu baru di rumah gue aja gimana?"
"Oalah, gue kirain kenapa, Sat." Terdengar suara Bang Danu menertawakan gue, "penganten baru gini ya, nggak bisa jauh-jauh sama bini. Ya udah, gue sih nggak masalah mau di mana, toh, di rumah lo juga udah lengkap dengan studio, gue jelas nggak masalah. Ngikut aja gue, coba lo tanya anak-anak yang lain, kalau mereka setuju gue sih nggak masalah. Ntar langsung kabarin gue, ya."
"Oke, Bang. Gue coba hubungi mereka dulu deh."
"Ya udah, gitu aja. Gue matiin."
"Iya, Bang."
Tut Tut Tut
Begitu sambungan terputus, gue langsung mengirim chat ke grup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Express
Fiksi PenggemarPublish : 10 Maret 2021 End : 17 Januari 2022 Mulai Revisi : 14 Februari 2022 End Revisi : 10 Maret 2022 Jovita Auristella tidak terima dilangkahi sang adik yang baru lulus SMA. Ia bertekad menemukan calon suami yang siap menikahinya sesegera mungki...