9. Pulang

1.7K 196 33
                                    

Wei Wuxian menunggu paman Jiang selesai, cukup lama dia menunggu dalam diam di kamarnya sendirian. Bosan melanda, Wuxian beralih pergi menelusuri hutan bambu di sekitar kamarnya. Melihat adanya bambu kecil Wuxian terpikat untuk memotongnya. Dengan telaten dia membuat sebuah seruling sederhana, mengetes nada yang keluar sampai dirasa pas olehnya.

Wuxian tersenyum kecil, dengan tangan terangkat dia memegang seruling itu secara horizontal. Wuxian memainkan nada-nada yang terlintas di benaknya, suara lembut yang indah mengalun ditempat, jari-jari lentiknya menari dengan indah mengikuti alunan nada.

" WEI WUXIANNN ! " teriakan melengking itu menghentikan nyanyian serulingnya, paham betul siapa pemilik suara itu Wuxian hanya mendesah kasar.

" Woy Jiang Cheng ! Kau menganggu kesenanganku sialan " jawabnya cetus.

Jiang Cheng menghampiri lalu bertanya, " Sejak kapan kau bisa memainkan itu ? "

" Baru tadi, serulingnya baru ku buat jadi suaranya kurang jernih. Kenapa ? " ucap Wuxian sembari memutarkan serulingnya sembarangan.

" Pantas suaranya mengerikan " jawab Jiang Cheng spontan dengan wajah datar menyebalkan yang menghiasi.

" Sialan kau " gerutu Wuxian kesal.

" Aku penasaran kenapa A-die kesini " ucap Jiang Cheng yang duduk disamping Wuxian.

" Tenanglah, paman hanya-

" A-xian, A-cheng " panggil seseorang dengan baju unggu dan lambang teratai kebesarannya.

Keduanya menoleh, melihat siapa yang memanggil. Jiang Cheng melihat senyum ayahnya tak biasa, keringat dingin mengucur pelan dengan degupan kencang didadanya.

" Paman / A-die " ucap Wuxian dan Jiang Cheng bersama.

" A-cheng, belajarlah dengan baik disini. A-xian, mari kita pulang " ucap Jiang Fengmian lembut.

" Pulang ? Hei Wei Wuxian, apa maksudnya ini ? " tanya Jiang Cheng, Wuxian hanya menyengir mendengarnya.

" Oh aku lupa memberitahumu, aku bosan disini jadi aku meminta paman menjemputku pulang. " sahut Wuxian riang.

Wajah tanpa dosa yang terpampang membuat Jiang Cheng kesal. Memang Wuxian kini terlihat begitu cantik tapi jika dilihat kelakuannya mungkin akan berpikir dua kali untuk menyebutnya bagaikan dewi.

" Dadah Shidiku sayang~ Berpuaslah dengan 3000 aturan itu " Wuxian melambaikan tangannya, lalu mengejek Jiang Cheng dan pergi dengan tawa membahana. Dia bebas tertawa tanpa adanya aturan yang mengikatnya lagi.

🌼

Lan Zuiren atau yang lebih dikenal Qing He Jun beserta adiknya Lan Qiren dan putra sulungnya Lan Xichen kini terdiam, larut dalam pemikirannya masing-masing. Dimeja kecil yang berada dihadapan Lan Zuiren terdapat gulungan beserta sebuah surat.

Gulungan itu berisi silsilah keluarga Lan sedangkan suratnya berasal dari Jiang Fengmian yang berisi.

Suamiku bernama Lan Zihao lalu putri kami adalah Cangse.

Sebenarnya kami juga memberinya nama Lan, tapi karena kami tinggal di luar Lan maka nama Cangse Sanren lah yang kerap dipakai, nama belakangnya terselip namaku atas ide Zihao.

Setelah Cangse bersama suaminya tiada, aku mencari peninggalan satu-satunya dari mereka.

Aku ingin membawanya, melindunginya agar tak terluka dan pergi begitu saja seperti Cangse.

Boy Into GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang