13. Kota Dēnglóng

1.7K 197 36
                                        

Terlihat seorang gadis sedang membersihkan pekarangan rumah yang berantakan. Wajar saja karena itu adalah rumah kecil di pelosok kota yang letaknya cukup dekat dengan hutan. Beberapa kali gadis itu beristirahat dan memegang punggungnya yang sakit karena menyingkirkan banyak sampah seperti kayu dan daun yang berserakan. Lalu setelahnya dia akan mengelus perutnya sendiri dan melanjutkan acara bersih-bersih itu. Setidaknya butuh waktu 3 jam sejak pertama kali dia membersihkannya, saat dirasa sudah benar-benar bersih dan terlihat nyaman barulah dia berhenti.

Seekor burung merpati datang menghampiri gadis itu, ia tak merasa asing dengan burung merpati ini. Gadis itu mengelusnya dan mengambil surat yang terselip di kaki burung itu.

'Rupanya dibalas' batin gadis itu.

Gadis itu masuk ke dalam rumahnya dan mengambil beberapa biji-bijian sebagai camilan burung itu, hitung-hitung sebagai bayaran lebih tepatnya.

' A-xian, ini paman. A-xian, jika ini benar-benar kamu, maukah a-xian memberi tahu dimana gerangan a-xian ini pergi ? Paman dan jie-jie mu serta yang lainnya benar-benar khawatir disini, begitu pula dengan nenekmu a-xian. Ingatkah kamu bila paman sudah memberi tahu nenekmu akan datang berkunjung ? Lantas mengapa kamu pergi a-xian ? Paman juga ingin bertanya tentang surat yang kamu berikan itu, tentang titik itu, apakah itu mantra ciptaan terbaru milikmu atau semacam mantra kuno ? Karena paman tak tahu bagaimana cara menggunakannya. '

" Paman... Kenapa pertanyaanmu beruntun ? Hahh kurasa aku harus menjelaskannya. " monolog gadis bernama Wuxian itu.

Wuxian menulis jawabannya cukup lama, bahkan surat itu harus dilipat beberapa kali agar terlihat kecil. Wuxian memasangkan kembali balasan suratnya pada burung yang masih setia makan biji-bijian tadi, beruntung burung itu belum pergi.

" Maaf burung, aku merepotkan mu lagi "

Setelah burung itu terbang pergi, Wuxian juga memutuskan untuk pergi ke pasar membeli persediaan makanan. Dia mengunci pintu rumah yang dibelinya 3 hari yang lalu saat dia baru sampai di kota ini.

Kota 灯笼 (dēnglóng) adalah tempatnya berlabuh saat ini. Sesuai namanya, Dēnglóng yang berarti lentera, kota ini memang dikenal sebagai kota pengrajin lentera. Kota ini terletak di arah Utara Gusu, perjalanan dari Gusu kemari memakan waktu setengah hari dengan perahu dan akan lebih lama jika menggunakan jalur darat.

Kota Dēnglóng memang terkenal sebagai kota pengrajin lentera terbaik tapi tak ada satupun kultivator yang terlahir di tempat itu. Memang ada beberapa kultivator yang berkunjung tapi hanya berkepentingan untuk membeli lentera saja dan menghadiri festival lentera yang diadakan di kota itu setiap satu tahun sekali.

Walaupun tak memiliki kultivator tapi kota ini cukup damai karena warga dan pemimpinnya yang baik, karena itulah tempat ini menjadi pilihan yang tepat bagi Wuxian. Saat datang dia langsung mengurus kepindahannya dengan menemui kepala desa disana, lalu kepala desa itu menyampaikannya pada pemimpin disana dan Wuxian diterima dengan baik sebagai penduduk baru. Sebelumnya dia ditawari oleh warga desa disana untuk menginap di salah satu rumah warga dulu sebelum memutuskan untuk tinggal dimana tapi Wuxian menolaknya dengan halus dan bertanya apakah ada rumah yang dijual di sekitar sana.

" Sayangnya hanya ada satu rumah yang akan dijual tapi letaknya cukup jauh dari kota dan berada di dekat hutan. Bagaimana ? " jawab kepala desa itu.

" Boleh saya melihatnya dulu ? Saya akan memutuskannya nanti setelah melihatnya " ucap Wuxian.

Kepala desa itu mengangguk dan meminta salah satu pelayannya mengantar Wuxian ke rumah yang dimaksud.

Pelayan itu bernama, Ye Jiyu, seorang perempuan muda yang terlihat sebaya dengan Wuxian tapi sifatnya agak malu-malu juga ceroboh. Awalnya Jiyu memang malu dan diam tapi mulutnya gatal untuk mengajak Wuxian berkenalan karena Jiyu terpesona dengan rupa Wuxian yang begitu indah dan hanya dalam beberapa menit mereka langsung akrab.

Boy Into GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang