11. Surat Petaka

1.8K 202 61
                                        

Holla Epribadeh !
Welcome Back akhirnya buat nih cerita 😭
Sudah satu tahun kita tidak berjumpa
Eh ngga deng

Selamat membaca !

🌼

Mentari cerah dengan sinar yang hangat menyebar setelah kemarin diguyur hujan deras. Seperti biasa, Jiang Yanli bangun pagi dengan wajah cerah ikut memasak bersama juru masak di dapur. Dia memasak bubur untuk adiknya dengan tambahan bumbu gurih agar bocah itu tak menolak makan dengan alasan buburnya hambar.

 Dia memasak bubur untuk adiknya dengan tambahan bumbu gurih agar bocah itu tak menolak makan dengan alasan buburnya hambar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jiang Yanli membawa semangkuk bubur itu dengan segelas air ke kamar Wuxian. Mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum membukanya sendiri karena dia tahu sang pemilik kamar adalah orang yang sangat nyenyak dan sulit dibangunkan ketika tidur. Jiang Yanli meletakkannya dengan hati-hati di atas nakas lalu menghampiri kasur tempat adiknya tidur.

" A-xian, xian-xian bangunlah " ucap Jiang Yanli dengan lembut.

Tak ada sahutan. Jiang Yanli mengerutkan keningnya saat melihat ada sesuatu yang janggal. Dia membuka selimut yang membungkus di atas kasur dan hanya berisi dua buah bantal dibaliknya. Jiang Yanli terkejut, dia segera menyelusuri seisi kamar Wuxian dan tidak menemukan apapun kecuali beberapa surat yang terlipat rapi di atas meja.

Dengan gemetar Jiang Yanli mengambilnya. Di surat itu tertulis setiap nama diujung lipatannya. Ada namanya sendiri, lalu untuk ayah dan ibunya serta Jiang Cheng. Di bawah tumpukan surat itu ada kertas kecil yang bertuliskan 'Jika ada yang mengambil surat ini maka aku sudah pergi, Maafkan aku. Tertanda Wei Wuxian'

" A-xian " air mata Jiang Yanli mengalir begitu saja. Dia membekap mulutnya dengan satu tangan, menangisi kepergian adiknya entah kemana.

Sedangkan itu, Wuxian saat ini berada didalam keramaian pasar. Suasana yang masih pagi dengan orang yang berlalu lalang begitu banyak disana.

Caiyi, pusat kota di Gusu adalah tempat dimana Wuxian berada saat ini. Memandang sebuah kedai arak dengan aroma menggoda membuat air liurnya menetes tanpa sadar. Arak itu adalah kesukaannya tapi tidak boleh diminum dulu karena dirinya hamil. Memegang perutnya yang keroncongan membuat Wuxian mampir ke rumah makan untuk mengisi tenaga lalu membeli beberapa camilan juga air dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya.

Gusu Lan adalah tujuannya, dia ingin menemui beberapa orang disana. Wuxian sempat berhenti beberapa kali saat menaiki tangga yang jumlahnya berkisar 1000 anak tangga. Gila memang, kakinya terasa sakit belum lagi perutnya yang terasa kram.

Wuxian mengelusnya pelan, " Sabar ya, tolong kuatkan ibu. Kita akan bertemu ayah dan yang lain sebentar lagi "

Sesampainya di gerbang Gusu dia mengeluarkan kantong pemberian Lan Xichen dan mengeluarkan giok sebagai akses masuk ke Gusu. Tak ada yang menjaga di gerbang Gusu mengingat hari masih pagi dan gerbang ini juga telah dilengkapi mantra agar hanya seseorang yang memiliki giok khusus dan ijin saja yang bisa masuk.

Boy Into GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang