Sudah hampir seminggu ini sikap Wuxian menjadi labil. Kadang begitu semangat seperti biasa, kadang juga hanya tiduran karena sakit perutnya, kadang juga menjadi patuh selama pembelajaran yang membuat teman sekelas bahkan Lan Qiren heran dan juga lainnya. Jiang Cheng yang melihat itu merasa aneh dengan Wuxian. Sepertinya semenjak sakit perut yang berkelanjutan itu, obat yang diminum Wuxian mulai merubah sikapnya. Atau mungkin yang lain ?
Pagi ini seperti biasa, Jiang Cheng yang bangun lebih dulu dari Wuxian memilih untuk mandi sebelum membangunkan putri tidur yang begitu pulas. Tanpa diduga Wuxian bangun dari tidurnya dan ini masih pagi. Nyawanya yang belum terkumpul, mengerjapkan matanya sebentar sebelum beralih menyingkirkan selimut yang membalutnya.
" ARGHHHHH " teriakan Wuxian membuat Jiang Cheng terburu-buru lari dari kamar mandi dan hanya membalut separuh tubuhnya menggunakan kain.
" ADA APA ?! " panik Jiang Cheng.
" A-cheng, a-apakah aku akan mati ? Pantatku berdarah, lihat ini ! " Wuxian panik sendiri melihatnya, Jiang Cheng berusaha mencerna ucapan Wuxian dan melihat darah yang membahasahi celana Wuxian meski yang paling banyak berada di celana bagian belakang.
" Tenanglah, tenang akan ku-
Tok tok tok
" Jiang Xiong, Wei Xiong ! Ada apa ! Kenapa Wei Xiong berteriak ! " suara Huaisang memecah konsentrasi Jiang Cheng. Wuxian sudah menangis, dan dia bingung antara membuka pintu atau menenangkan Wuxian dulu.
" Hei diamlah, aku kupanggil tabib. " Jiang Cheng buru-buru memakai pakaiannya dan membuka pintu pelan. Dia mendapati Huaisang yang tengah berdiri disana dengan gelisah.
" Ah Jiang Xiong ! Sebenarnya ada apa ? " Jiang Cheng yang keluar langsung menutup pintu kamar, menghalangi Huaisang yang berusaha masuk menemui Wuxian.
" Bisa kau panggilkan tabib ? Sekalian ijinkan aku dan wuxian pada guru yang mengajar hari ini ? "
tanya Jiang Cheng, dia akhirnya meminta pertolongan Huaisang mengingat Wuxian yang belum selesai menangis. Suaranya bahkan terdengar sampai luar kamar walaupun samar-samar." Tentu, tolong tunggu sebentar "
Huaisang yang khawatir dengan Wuxian langsung berlari begitu saja, masa bodoh dengan peraturan yang ada. Temannya membutuhkan pertolongan darurat sekarang. Dia masih bingung mengapa Wuxian sampai membutuhkan tabib, sakitnya bahkan sudah berjalan seminggu meski Wuxian selalu memaksakan diri untuk ikut pembelajaran. Sepertinya sakit Wuxian bertambah parah sampai tak bisa keluar kamar dan menangis tadi.
" Heh bodoh diamlah. " Jiang Cheng memeluk Wuxian yang masih menangis sesenggukan. Dia memberi Wuxian selimut untuk menutupi bekas darah yang ada di celananya dulu. Setidaknya Wuxian tak melihatnya.
" Apa yang kau rasakan sekarang ? " tanya Jiang Cheng pelan
" Sakit, hiks seluruh- hiks tubuhku remuk. Bahkan pantatku hiks seperti ada yang mengalir. " jawab Wuxian disela-sela tangisnya.
Jiang Cheng hanya diam tak menanggapi, dia sibuk menepuk-nepuk ringan kepala Wuxian selagi dia memeluknya. Tapi pikirannya berkecamuk, dia seperti pernah mendengar gejala ini, tapi apa ?
" Hei, apa Jie-jie tak memberitahu tentang sesuatu sebelum kau kesini ? "
" Ada, aku belajar etika dan memasak sedikit. Lalu emmm sepertinya sudah ? "
" Tak ada yang lain ? "
" Tidak "
" Kau ingat ini ? Ibu pernah memberi kita ajaran untuk selalu menghormati wanita dalam hal apapun. Saat kita bertanya apa alasannya, ibu menjawab salah satunya bahwa wanita selalu terluka setiap bulannya dan akan berlangsung selama kurang lebih 2 minggu. Kalau tidak salah eumm namanya datang bulan. " jelas Jiang Cheng yang membuat Wuxian cengo mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Into Girl
FanfictionKetika aku bangun tubuhku berubah Jari tangan yang lentik, kulit putih pucat yang halus, dan sesuatu seperti tergantung di dadaku. Apa ini ? Kemana hilangnya otot yang sudah kubentuk dengan susah payah ? lalu pedang dan 2 bola milikku juga hilang...