Pembelajaran di Gusu yang seharusnya memakan waktu 1 tahun kini harus berhenti saat sudah berjalan 8 bulan. Hanya selisih 5 bulan semenjak Wei Wuxian si pembawa onar pergi dari sana. Pihak Gusu terpaksa memberhentikan pembelajaran itu usai menerima surat undangan konferensi memanah dari Wen yang diajukan. Seharusnya konferensi memanah itu diadakan setelah 1 bulan pembelajaran di Gusu selama setahun selesai namun ini malah diajukan.
Qing He Jun mengingat kembali surat ramalan itu. Beberapa hal terjadi cukup sama hanya saja waktunya cukup berbeda. Tapi Qing He Jun ragu untuk mengikuti konferensi ini karena setelahnya pihak Wen akan membakar setengah bangunan Gusu dan membuat dirinya tewas terkena panah beracun demi melindungi putra bungsunya yang kewalahan.
Sementara itu di Yunmeng
Sebuah kapal melaju di aliran sungai menuju dermaga. Seorang pemuda berbaju ungu khas dengan lonceng berukir teratai tengah tertidur mengistirahatkan dirinya selama menempuh perjalanan jauh.
" Jiang Gongzi, bangunlah. Kita sudah sampai. " panggil si pendayung.
Hanya kalimat sederhana dan Jiang Cheng sudah terbangun, tidak seperti Wuxian yang hanya akan bangun jika diancam dengan anjing atau hal-hal kasar lainnya. Dia meregangkan otot tubuhnya dan menguap sebentar. Tak lupa mengucap terimakasih lalu beranjak pergi ke sektenya. Disepanjang perjalanan yang melalui pasar itu dia disapa banyak warga disana. Jiang Cheng cukup heran, dia memaklumi ayah atau ibunya tak akan datang menjemputnya maupun menunggunya di dermaga, hanya saja keberadaan kakaknya yang ia tanyakan juga bocah tengil itu yang biasanya akan antusias mengganggunya saat pulang darimanapun itu.
Jiang Cheng berjalan masuk menuju kediamannya. Semuanya terlihat normal. Ada satu murid yang melihat kedatangan Jiang Cheng dan langsung bersorak.
" Jiang Gongzi sudah pulang ! "
Jiang Cheng tersenyum melihat murid-murid lain bergegas menghampirinya dan bertanya banyak hal soal kehidupan di Gusu." A-cheng " panggilan halus itu membuat Jiang Cheng menoleh, mengabaikan kerumunan murid-murid di sekitarnya.
" A-jie "
Jiang Cheng memeluk kakaknya erat, menyalurkan rasa rindu setelah 8 bulan tak bertemu.
" A-cheng kenapa kau terlihat cukup kurus ? "
Jiang Yanli meraba pipi adiknya, merasakan beberapa lemak mulai menghilang dan terganti dengan rahang cukup tegas.
" A-jie tahu jawabannya. Bocah itu saja tak tahan apalagi aku ? " jawab Jiang Cheng.
" Oh ya dimana dia? " sambungnya.
Jiang Yanli bingung menjawabnya, elusan lembut yang daritadi ia salurkan di pipi dan rambut adiknya terhenti sejenak. Jiang Yanli hanya bisa mengulas senyum lalu menarik adiknya untuk masuk kedalam.
" A-xian sedang jalan-jalan. Ayo makan dulu sebelum kau kehabisan karena a-xian nanti. Kebetulan jiejie memasak sup iga akar teratai." balas Jiang Yanli lalu menarik adiknya pelan dan Jiang Cheng hanya setia mengekor.
Bibirnya sedikit menyeringai, rasanya menarik juga jika Wuxian yang menjadi target kejahilannya. Dia tahu bila Wuxian sangat menyukai makanan itu dan dia hanya akan menyisakan sedikit untuknya. Menyenangkan rasanya melihat wajah kesal Wuxian karena hanya kebagian sedikit.
Usai makan Jiang Cheng pergi menghampiri kedua orangtuanya. Dia lupa belum memberi salam pada mereka setelah pulang.
" A-die, A-niang. Aku pulang " salam Jiang Cheng.
Jiang Cheng memperhatikan raut wajah keduanya. Dia adalah pembaca ekspresi yang cukup baik dan dia tahu ada yang berbeda dari ayah dan ibunya begitupun dengan kakaknya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Into Girl
FanfictionKetika aku bangun tubuhku berubah Jari tangan yang lentik, kulit putih pucat yang halus, dan sesuatu seperti tergantung di dadaku. Apa ini ? Kemana hilangnya otot yang sudah kubentuk dengan susah payah ? lalu pedang dan 2 bola milikku juga hilang...