" A-ying, tolong bersembunyilah disana. Ibu dan ayah akan datang secepat mungkin nanti. " ucap Cangse Sanren, membelai putra semata wayangnya dengan pandangan rumit.
A-ying kecil mengangguk, memberi ciuman kecil pada sang ibu sebelum dia bersembunyi di balik rumah warga.
Sebelumnya, ayah dan ibunya dimintai pertolongan oleh warga Yiling dalam membasmi serangan mayat ganas. Sang ayah, Wei Changze, meminta istri dan anaknya bersembunyi sementara ia menyelesaikannya. Namun sayangnya, mayat ganas itu semakin bertambah dan membuatnya kewalahan. Cangse Sanren yang melihatnya sontak meminta sang anak untuk bersembunyi karena ia merasa ada yang aneh dalam serangan ini. Ia sudah menanamkan mantra yang mengaburkan jejak sang anak saat membelainya tadi, jaga-jaga jika ada sesuatu yang terjadi.
Tapi sayangnya itu adalah pertemuan terakhir dengan a-ying kecil. Dia sempat melihat a-ying nya menangis sembari memegang mulutnya sendiri untuk menahan teriakan yang keluar.
A-ying kecil menjadi sosok gelandangan di Yiling. Beruntung dia tak bertemu penjual budak. Dia dikenal oleh warga Yiling sebagai gelandangan kecil tersopan yang pernah ada. Itu karena dia tak pernah mencuri, hanya mengandalkan pencariannya di tempat sampah atau pemberian suka rela warga disana untuk makan. Selain itu dia juga berterimakasih atas apa yang diberikan padanya. Dari sanalah a-ying belajar untuk memendam kesedihannya.
Sampai pada akhirnya dia bertemu paman Jiang. Sosok yang mengaku sebagai kenalan ayahnya.
Dia dibawa ke Yunmeng Jiang. Dibesarkan disana bersama dengan keluarga Jiang. Tumbuh dan berkembang menjadi Da-shixiong kebanggan Yunmeng. Membuktikan potensinya meski ada berita buruk yang selalu menyertai.
Sampai hari itu tiba. Hari dimana Yunmeng mendapatkan malapetaka usai Gusu Lan yang merasakannya terlebih dahulu.
Yunmeng hancur, direbut oleh para bajingan Wen. Pemimpin sekte beserta istrinya tiada demi mempertahankan sekte. Shidi dan teman-teman satu sektenya meninggal. Beruntung putri tunggal Jiang, Jiang Yanli sedang dalam perjalanan ke Meishan hingga ia tak perlu melihat adegan yang mengerikan.
Yang menyedihkan adalah Jiang Cheng. Sosok shidi yang kerapkali ia panggil shimei, hancur melihat mayat kedua orangtuanya. Untuk kedua kalinya, Wei Wuxian, a-ying kecil yang telah tumbuh itu menangis sejak kematian orangtuanya. Apalagi Jiang Cheng yang hancur dan dalam keadaan emosi menyalahkan semua yang terjadi kepadanya. Bahkan tak lama setelah itu, Jiang Cheng kehilangan jindan karena dilelehkan oleh Wen Zhuliu.
Dengan keputusan bulat usai meyakinkan dua bersaudara tabib Wen, Wei Wuxian menyerahkan jindannya. Sayang sekali dia bertemu dengan Wen usai menyerahkan jindan.
Pemindahan jindan bukanlah proses yang mudah, itu hampir membuatnya memilih kematian lebih baik daripada ini. Lemas usai pemindahan jindan, dia tak punya tenaga untuk melawan para Wen secara fisik, jadi dia hanya mengandalkan ucapannya yang beracun.
Dia pada akhirnya dilempar dari tebing bukit Luanzang. Tubuhnya seolah remuk bahkan sebelum sempat meratapi nasibnya, dia disambut oleh energi gelap yang memaksa masuk ke tubuhnya. Membisikkan segala macam suara, menyulut kebencian serta dendam. Dia yang tak bisa melawan pada akhirnya membiarkan energi itu masuk. Beruntung otak encernya memanfaatkan energi itu untuk diolah layaknya energi spiritual.
Wei Wuxian sebenarnya ingin tertawa. Candaan yang pernah dilontarkannya dalam kelas Lan Qiren ternyata benar-benar terwujud. Dia berlatih selama 3 bulan sebelum kembali untuk membalas dendam. Menyerang dengan diam markas-markas Wen. Dia memang kembali, menjadi kekuatan utama kampanye sunshot meski kekuatan barunya dipandang sebelah mata.
Namun sayang, dia dikhianati. Dia dituduh melakukan berbagai kejahatan yang terjadi.
Itu bukan ulahnya. Ingin Wei Wuxian mengutarakan hal itu. Pada akhirnya semua yang dilakukan Wei Wuxian percuma. Dia mati setelah penyergapan kedua yang dilakukan oleh empat sekte besar yang tersisa. Bahkan shidinya sendiri yang menikamnya. Tikaman shidinya bukanlah hal yang membunuhnya. Sungguh, sebenarnya dia mati karena tak bisa mengendalikan energi gelapnya sendiri. Pengendalian energi itu membutuhkan emosi yang stabil, tapi setelah kematian shijie yang berusaha melindunginya, saat itulah emosinya berkecamuk dan energi itu menggerogotinya dari dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Boy Into Girl
FanfictionKetika aku bangun tubuhku berubah Jari tangan yang lentik, kulit putih pucat yang halus, dan sesuatu seperti tergantung di dadaku. Apa ini ? Kemana hilangnya otot yang sudah kubentuk dengan susah payah ? lalu pedang dan 2 bola milikku juga hilang...