Rabu malam yg gelap di bulan Mei..
Butiran-butiran air hujan mendadak turun dengan derasnya mengguyur sebagian Karawang. Beberapa pengendara sepeda motor terpaksa menepikan kendaraannya menghindari hujan, termasuk gw. Karena tanggung ada di depan mall Ramaya*a maka gw memutuskan berbelok ke tempat parkir mall dan berteduh di depan kaca-kaca besar mall yg menampilkan banyak model busana wanita di baliknya.
Balik gawe tadi gw mampir ke kosan temen di dekat stasiun Klari dan pulangnya gw pinjam motornya karena gw memang nggak punya motor sendiri. Rencananya motor akan dikembalikan besok pagi saat bertemu di kantor.
"Hufft....kenapa mesti ujan sih?" gw mendesah.
Hp gw mendadak bergetar. Sms dari Indra.
'Lu dimana? Jam segini belom balik. Tuh pacar lu nanyain mulu. Bosen gw dengernya.'
Gw tersenyum simpul. Lalu jari gw menari di atas keypad mengetikkan pesan balasan yg menjelaskan posisi gw sekarang.
Gw menatap sekeliling. Banyak juga yg berteduh di sini. Ah, daripada bored di sini gw putuskan masuk ke mall sekedar duduk di salahsatu kafe ditemani secangkir kopi hangat sambil menunggu hujannya reda. Tapi nampaknya ini bukan mall seperti kebanyakan yg lain seperti di kota gw, ini lebih tepat disebut swalayan khusus pakaian atau apalah itu namanya. Yg ada di sini kebanyakan butik dan distro. Gw nggak menemukan kafe di sini. Di lantai dua pun sama. Maka gw turun lagi dan bergegas hendak berdiri di luar seperti tadi.
Mendadak pandangan gw terpaku pada sebuah patung peraga busana yg dipajang di dalam sebuah butik khusus pakaian wanita. Ada beberapa patung di dalam, tapi satu patung berhasil membuat gw berhenti dan berdiri di depan kaca butik itu. Sebuah patung yg dipasangi busana untuk wanita kelas atas di Jepang. Gw agak lupa nama butik itu, yg jelas itu butik berlatar Jepang (namanya juga menggunakan kata di bahasa Jepang). Segala busana yg ada di dalamnya juga nampaknya khas dan berasal dari negeri sakura.
"Maaf Pak, ada yg bisa saya bantu?" seorang SPG menyapa gw ramah dan membungkukkan badan tanda penghormatan.
"Ouwh, ngg....boleh saya liat-liat ke dalem?" tanya gw.
"Silakan Pak," dia membungkukkan badan lagi.
Gw berjalan masuk melewati wanita itu dan menuju patung yg menarik perhatian gw. Gw nggak tau model pakaian yg dipakainya, yg sangat menarik minat gw adalah yg dipakai di kakinya : stoking belang hitam putih. Gw tersenyum sendiri membayangkan, pasti cocok banget kalau stoking itu dipakai Meva.
SPG yg tadi menemui gw menghampiri.
"Udah ada yg dipilih?" tanyanya masih ramah.
"Emh..apa tiap busana di sini dijual satu set? Maksudnya, nggak boleh dibeli terpisah?"
Wanita tadi melirik patung di depan gw.
"Kalo baju, harus dibeli satu set sama rok. Kecuali topi, tas, atau sepatu, boleh kok dibeli terpisah."
Gw tersenyum senang.
"Termasuk stoking ini?" gw menunjuk kedua kaki patung yg jenjang.
"Iya, boleh. Mau yg ini Pak?"
"Yupp," gw mengangguk senang.
"Mau ambil berapa?"
"Satu aja deh."
"Wah, nggak bisa kalo cuma satu. Minimal sepasang, kanan sama kiri."
"Lho, iya maksud saya satu pasang Mbak," ni SPG ngajak ribut kali ya.
"Oke, segera saya siapkan. Silakan menunggu di kasir, saya akan bawa notanya ke sana."
Dan sepuluh menit kemudian gw sudah kembali di luar, menatap rintikan hujan yg mulai mereda. Tas kecil di tangan kanan gw genggam erat. Rasanya lama sekali hujan reda. Setengah jam kemudian gw baru bisa balik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Kaos Kaki Hitam.
Romancehanya ada satu pintu yg terbuka, pintu kamar seberang gue. di depan pintu seorang wanita sebaya gue sedang duduk memeluk lutut dan memandang kosong ke lantai di bawahnya. rambutnya panjang dibiarkan tergerai sedikit menutupi wajah. hidung mancung da...