Part 53

1.1K 26 0
                                    

"Selamat paaagiiiii!" nada tinggi ceria khas Meva melengking di penjuru kamar berukuran 4 x 3 meter.

Gw cuma tersenyum. Dalam hati gw bersyukur pagi ini masih bisa mendengar suaranya. Meva berdiri di sisi ranjang gw. Dia tersenyum, mengecup punggung tangan gw lalu mengusap rambut gw pelan.

"Apa kabar kebo ku yg makin jelek aja??" katanya lalu tertawa senang. "Maaf yah semalem gw mau ke sini malah ketiduran. Kecapean kayaknya nih gw."

"Enggak papa kok," gw menggeleng pelan.

"Eh Indra mana? Udah balik?" Meva celingukan nyari Indra.

"Iya udah balik tadi subuh. Dia shif pagi minggu ini."

"Oiya gw lupa. Gw ingetnya jadwal kuliah gw hari ini siang. Hehehe."

Meva tertawa kecil. Ekspresinya ceria banget. Seolah semua beban yg selama ini ditakutinya, menguap begitu saja. Gw maklum dia bersikap seperti ini juga supaya gw ikut terbawa ceria. Gw masih sering inget almarhum nyokap gw soalnya.

"Lo udah sarapan?" tanya Meva.

"Belum jam tujuh Va. Dolly makanan belum muter kayaknya."

"Gw bawa roti. Lo mau?" Meva meraih tas nya.

"Boleh."

"Tapi roti basi. Nggak papa?" tanyanya polos.

Gw kernyitkan dahi heran.

"Hahaha! Gw becanda kali! Enggak kok ini roti beneran. Nih, tadi gw beli pas di jalan mau ke sini." Meva mengeluarkan sebungkus roti dari dalam tas nya.

"......."

"Gw beli di toko makanan basi."

"Meva!"

"Hahaha. Boongan kok. Serius, itu roti baru. Makan aja. Kalo nggak percaya cek tanggal kadaluwarsanya deh."

Gw mencibir. Meva mengambilkan selembar roti tawar, menuangkan susu cokelat sachet di atasnya dan terakhir merangkapnya dengan selembar roti lagi. Dia menyerahkannya ke gw.

"Abis ini minum obat yaah," kata Meva lagi.

Gw anggukkan kepala. Meva cuma duduk berpangku dagu sambil menonton gw makan. Beberapa kali dia nyengir seolah dia ada di sebuah panggung pertunjukan ludruk tengah nonton pelawak favoritnya. Dan yeah, tatapan matanya cukup membuat gw risih.

Begitu roti habis terlahap, dengan cekatan Meva menuangkan segelas air dari botol mineral yg dibawanya kemudian mengeluarkan beberapa butir obat dari laci meja di samping ranjang.

"Thanks Va..." kata gw menerima obat darinya.

Meva tersenyum lebar.

"Eh Ri, sumpah deh lo jelek banget yak kalo belum mandi kayak gini! Udah berapa hari sih lo puasa mandi??" dan Meva pun tertawa.

"Sialan lo," omel gw. "Kemana aja selama ini baru nyadar kalo gw jelek."

"Haha. Gw becanda kok, bo. Gitu aja diambil ati ah. Eh tadi rotinya pasti kelewat manis yak?" tanya Meva.

"Enggak ah. Kenapa?"

"Masa sih biasa aja? Kan lo makannya di deket gw? Harusnya manisnya nambah donk!" tambahnya dengan penuh percaya diri.

Gw mendengus pelan. Ni anak belum sembuh juga over pede nya! Meva nyengir lebar dan menampakkan deretan giginya yg rapi dan putih.

"Pede lo."

"Biarin!" Meva menjulurkan lidahnya.

Gw taroh gelas di atas laci.

"Gimana udah mendingan kan sekarang?" tanya Meva.

Sepasang Kaos Kaki Hitam.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang