"HUUAA.....JAM SETENGAH SEMBILAAN!!" setengah berteriak gue bangun dan menatap jam dinding.
"berisik. gue juga tau," kata Indra dengan santai sambil kucek-kucek mata.
"lo kok nggak bangunin gue dul?"
"nih, lo liat gue juga masih ileran noh.." dia menunjuk mulutnya. "gue juga baru bangun."
gue pandangi lagi jam dinding. berharap dengan begitu jarum-jarumnya akan berputar mundur. tapi gue tau itu nggak mungkin. hari ini pertama kalinya gue bangun kesiangan di hari kerja.
"santai aja lah nggak usah dibikin panik," kata Indra lagi. dia rebahkan diri di kasur.
"busett..kesiangan gini malah nyantai?!"
"terus mau ngapain? maksain berangkat? kebayang nggak gimana bos lo bakal ngomelin plus maki-maki lo gara-gara dateng terlambat dua jam?"
gue diam. sepertinya gue mendapat pembenaran dari statement Indra.
"so?" tanya gue pelan.
"tidur lagi."
gue diam lagi. masih memikirkan mana yg lebih baik..memaksakan berangkat dan mendapat 'kopi anget' dari bos yg galak atau melanjutkan tidur seperti kata Indra. menganggap hari ini adalah hari kemerdekaan sehingga sekolah diliburkan.
"ngapain puyeng-puyeng? tinggal bilang aja kalo kita sakit. beres kan?"
"sakit kan mesti ada surat keterangan dari dokternya?"
"halaaah...gampang itu mah. bayar sepuluh rebu juga dapet kertas gituan mah."
gue masih berpikir.
"kelamaan mikir lo," kata Indra. "udah lo tau beres aja. entar sore gue bikinin surat sakit buat elo."
"serius lo dul?"
"dua rius, empat, lima, serebu rius gue jamin deh!" dia tertawa lebar.
"asli nggak nih? gue kan nggak pernah bolos gawe. gue nggak pengalaman kayak gituan."
Indra mengacungkan jempol tangannya.
"tenang aja," katanya.
dan terbujuk kata-kata Indra akhirnya gue rebahan lagi di kasur. terlanjur kesiangan Ri, ngapain berangkat? kira-kira kalimat itu yg menghibur gue dari kegalauan. maklum aja, selama enam bulan ini absen gue di kantor sangat baik. baru kali ini gue nggak masuk.
"eh, gimana sama si cewek itu?" mendadak gue ingat Mevally.
"mana gue tau? kan tadi gue udah bilang gue baru bangun. lo coba cek deh ke kamer gue, jangan-jangan dia kabur."
"kenapa sih kalo bagian yg kayak gitu pasti gue yg kena?"
"yaelaah.....timbang ngecek doang jual mahal amat lo? kagak ada pahalanya pisan."
"lo deh yg liat."
"ya udah anggep aja tuh cewek masih ada di kamer gue. beres kan?"
"ah, elo mah suka ngegampangin masalah."
"lha, daripada gue bikin susah? pilih yg mana hayoo??"
gue mendengus kasar.
"iya..iya...gue yg ngecek."
gue lalu beranjak keluar menuju kamar sebelah. pintunya masih tertutup. dengan pelan gue buka pintu dan mendapati wanita itu sedang duduk bersandar ke dinding kamar. sebagian rambutnya menutupi wajahnya dengan mata terpejam.
"hey, met pagii..." gue coba menyapanya.
hening. nggak ada jawaban. padahal gue yakin dia mendengar suara gue.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Kaos Kaki Hitam.
Romancehanya ada satu pintu yg terbuka, pintu kamar seberang gue. di depan pintu seorang wanita sebaya gue sedang duduk memeluk lutut dan memandang kosong ke lantai di bawahnya. rambutnya panjang dibiarkan tergerai sedikit menutupi wajah. hidung mancung da...