Part 52

1K 26 0
                                    

Gw buka mata gw perlahan.....

Di hadapan gw nampak dinding tinggi bercat biru muda dengan aroma yg aneh. Bukan cuma wanginya, tapi desain kamar ini juga aneh. Gw nggak pernah merombak kamar gw jadi sedemikian rupa.

Gorden putih besar menutupi yg nampaknya adalah jendela yg besar. Untuk beberapa lama pandangan mata gw buram. Dan setelah gw kembali normal, ruangan tempat gw berada ini nampak semakin aneh dan asing buat gw. Gw telentang di atas sebuah tempat tidur. Di samping tempat tidur gw ada lemari kecil yg rupanya merangkap meja karena di atasnya ada sepiring bubur dan semangkuk kecil sayur di sebelahnya.

Ada di mana gw sebenarnya?

Gw coba buka selimut yg menutupi tubuh gw, tapi mendadak punggung tangan gw terasa nyeri. Ada sesuatu yg menusuk.

Jarum...

Selang bening berdiameter kecil...

Infus.....

Lagi, pertanyaan yg sama muncul, ada di mana gw sekarang??

"Va..." gw coba memanggil Meva yg entah ada di mana. Lama tanpa jawaban.

"Mevaaa..." kali ini suara gw lebih keras dari sebelumnya.

Tetap sunyi.

"Mevaaa" gw memanggilnya lagi.

Dari arah kiri terdengar suara pintu dibuka yg kemudian disusul derap langkah yg mendekat ke gw.

"Ari?" panggilnya.

"Meva?" mendadak gw rasa itu pertanyaan bodoh karena suara yg memanggil gw tadi jelas suara laki-laki.

"Ri, lo udah bangun! Syukurlah.." katanya lagi.

"Indra?" gw coba mengenali suaranya.

"Iya ini gw Ri," dan dia muncul di sisi ranjang gw. "Lo mau apa? Mau minum? Bentar ya tadi gw udah panggil dokternya."

"Dokter?" kernyit gw heran.

Indra tersenyum menenangkan sementara kepala gw terasa sakit mencerna keadaan yg sedang gw hadapi.

"Dokter?" kata gw lagi memastikan.

"Iya, tadi udah gw panggil dokternya begitu gw denger suara lo."

"Gw...ada di mana sih gw sekarang Dul?" punggung tangan gw nyeri.

"Lo di Rumah Sakit, Ri."

"Rumah Sakit? Emang gw kenapa? Gw baik aja kok!"

"Kemaren malem lo pingsan di depan kamer lo. Ya udah gw bawa ke sini aja," Indra menjelaskan.

"Pingsan?" gw heran.

Indra mengangguk.

"Lo kurang asupan gizi karena jarang makan. Terus lo malah mabok, yaudah deh pantes aja lo pingsan."

"Kok bisa?? Kapan gw mabok? Kapan gw nggak makan??" gw setengah protes dan menganggap Indra becanda.

"Sst...jangan kenceng-kenceng ngomongnya, sayang tenaga lo baru sadar juga."

"Iya tapi gw nggak kenapa-kenapa kok! Ngapain gw dibawa ke sini?"

"Coba lo inget lagi deh, terakhir kali di kosan, lo ngapain?"

Gw diam berpikir. Otak gw bekerja keras menemukan jawaban pertanyaan Indra.

"Meva? Gw, gw lagi sama Meva di beranda! Gw nggak minum Ndra. Sekarang mana Meva nya?"

"Dia udah gw suruh pulang. Kasian dia dari semalem jagain lo terus. Dia juga butuh istirahat. Gw suruh gantian sama gw. Ntar malem juga kayaknya dia ke sini lagi."

Gw diam. Mendadak ingatan gw seperti berputar cepat. Gw coba mengingat lagi kejadian semalam. Ah, yg gw inget cuma Meva!

"Gw nggak minum Ndra..." gw setengah mengiba.

Indra senyum lalu bicara.

"Gw ngerti kok. Lo lagi berduka atas kehilangan nyokap lo, dan salahsatu cara lo ngadepinnya dengan 'minum'. Gw paham banget kok, dalam keadaan tertentu kadang kita butuh pelarian. Tapi yg penting sekarang, kita nggak usah bahas soal semalem. Yg penting lo beneran sadar aja dulu yah.."

Gw diam lagi. Apa bener yg dibilang Indra? Sebentar, gw cek mundur kronologinya.

Gw duduk di kursi beranda. Ada Meva, dia peluk gw...

Setelah itu gw lupa.

Tapi sebelum Meva datang, gw kayak lagi minum sesuatu.

Ah, sial! Bener kata Indra, gw inget sekarang! Gw emang lagi 'minum' buat mengusir kesedihan gw! Ada dua botol kecil kalo nggak salah...

Dan hasilnya?

"Halo Mas Ari," sebuah suara membuyarkan lamunan gw. Seorang lelaki berjas putih.

"Eh, halo Pak Dokter," jawab gw.

"Gimana udah ngerasa baikan belum?" tanyanya lagi.

"Nggak tau nih Dok. Saya juga nggak begitu sadar semalem. Pas bangun tau-tau ada di sini."

"Ya iya lah mana ada orang mabok yg sadar?" Dokter itu tertawa pelan. "Sebentar ya Mas Ari, saya cek tensi sama darahnya dulu yah.."

"......."

Gw dan Indra saling pandang sesaat, lalu Indra mengangguk.

Dan Dokter pun melakukan tugasnya.

"Tekanan darahnya rendah banget. Laen kali jangan diulangi lagi ya Mas," katanya begitu selesai. "Nggak makan berhari-hari, terus 'minum'. Ya iy aja pingsan mah."

Gw nyengir malu.

"Lo mau gw hubungin keluarga lo di rumah?" tanya Indra begitu Dokter pergi.

Gw menggeleng.

"Gw nggak mau bikin mereka cemas," gw beralasan.

"Oke. Kalo gitu sekarang lo makan dulu, abis itu minum obat."

Gw setuju aja.

"Oiya Ndra, kok elo bisa tau gw pingsan?"

"Meva. Dia yg nelpon gw. Yaudah langsung gw bawa lo ke sini."

Gw mengangguk mengerti.

Gw sandarkan kepala gw ke bantal. Gw pejamkan mata gw. Meva...

Mendadak gw nggak bisa mengingat dengan jelas kejadian semalam. Tapi rasanya ada sesuatu yg mengganjal dalam hati gw. Tapi apa?

Gw pejamkan mata gw lebih dalam lagi. Tubuh gw terasa lemas dan semakin nggak mampu menemukan jawabannya. Lama gw diam. Sampai akhirnya gw malah terlelap kembali.....

Sepasang Kaos Kaki Hitam.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang