Epilog #4

2.8K 66 20
                                    

Gw juga tertawa. Betapa hari ini adalah hari yg menakjubkan! Gw bisa tertawa lepas, setelah tadi berkubang dalam tangisan bersama masa lalu. Gw dan Meva ngobrol cukup banyak sore ini. Kami sama-sama mengungkapkan yg selama ini hanya bisa terpendam dalam hati. Dan sekarang, kami dengan lantangnya bertukar cerita tentang keluarga kami masing-masing. Meva menikah dengan seorang lelaki keturunan Belanda yg dikenalnya di gereja. Mereka sama-sama aktif dalam acara yg diadakan organisasi kerohanian di sana. Dari sanalah kemudian mereka memutuskan mengikat hubungan dalam status yg resmi pada Februari 2006 yg lalu. Sementara gw, gw menceritakan wanita yg kini selalu menemani hari-hari gw. Tentang rumah kecil kami di pinggiran Jakarta yg kumuh. Tentang dua buah hati gw yg lucu dan imut, yg kelak akan jadi kebanggaan ayah dan ibunya. Juga tentang impian-impian yg belum sempat tercapai, dan sedang kami tapaki hari-hari ini..

“Coba liat deh,” Meva menunjukkan foto anaknya di handphone nya. “Cakep banget yaaaaa.............. Aku kasih nama Prince Mevally. Bagus nggak namanya?”

“Keren banget tuh,” komentar gw.

“Kalo kamu, nama anak kamu siapa? Eh, kamu beneran keliatan tua banget deh, anak aja udah dua coba!! Hahaha...” Meva ngejek gw.

“Baru juga dua ah! Masih pantes disebut bujangan. Hehehe..” timpal gw. “Anak pertama aku kasih nama Aisyah, dan yg bungsu udah di booking sama ibunya bahkan sebelum dia sendiri hamil, dengan nama Ratu Lanny Fauzaty.”

“Waah...sesuai sama muka mereka yg cantik-cantik yah?” kata Meva sambil melihat foto dua buah hati gw yg gw perlihatkan di handphone.

Ah, dunia ini memang unik. Dulu rasanya tabu untuk membicarakan yg namanya pernikahan dan sekarang, kami malah sudah membicarakan soal anak-anak kami. Benar-benar aneh rasanya! Meskipun sedikit berat, gw sadar semua memang harus berubah seiring waktu yg selalu berlalu…

Kami asyik berbincang dan tanpa sadar matahari sudah terbenam begitu handphone gw bergetar berkali-kali menerima panggilan dari dua rekan kerja gw yg pasti sudah sangat kesal karena ditinggal di parkiran. Meva berdiri, gw juga berdiri. Rasanya ini sudah terlalu malam buat kami terus duduk mengobrol di sini.

“Nomer HP kamu berapa?” tanya Meva sambil menyiapkan handphone nya. “Biar nanti kita bisa ngobrol panjang lebar lagi. Dan siapa tau kita bisa saling berkunjung ke rumah? Iya kan?” dia tersenyum lebar.

Gw menggeleng.

“Kenapa? Kamu nggak mau ngasih nomer kamu ke aku?” tanya Meva.

Sejenak gw diam.

“Aku cuma takut,” kata gw menjelaskan. “Aku takut aku akan meminta lebih dari ini, kalo kita tetap berhubungan dengan leluasa. Aku nggak mau ada yg tersakiti. Aku sangat menghormati kamu dan suami kamu. Aku juga nggak mau ngecewain istri aku. Mungkin akan lebih baik kalo kita biarkan semua berjalan apa adanya...”

Meva tampak kecewa. Dia menutup handphone nya lalu memasukkannya lagi ke kantong celananya.

“Oke, kalo menurut kamu itu lebih baik,” katanya penuh pengertian. “Padahal aku cuma pengen bernostalgia aja sama kamu.” Dia tersenyum lebar.

“Maaf, aku cuma takut...”

Meva mengangguk.

“Enggak papa, aku ngerti kok.” Katanya jujur.

“Kamu tau kenapa tiap kenangan itu terasa indah dan manis?”

Meva kernyitkan dahi lalu menggelengkan kepala.

“Karena dia nggak akan terulang lagi,” jawab gw. “Itu yg bikin kenangan jadi berarti...”

Meva tersenyum dan dia memeluk gw lagi. Saat itulah jauh dalam hati gw sadar, mungkin ini adalah kali terakhir gw memeluk Meva. Maka gw biarkan diri gw menikmati tiap detik yg berlalu, sangat perlahan. Bahkan gw bisa merasakan getaran jantungnya di dada gw. Sampai saatnya kami lepaskan pelukan kami, saat itulah gw sadar bahwa hidup kami sekarang sudah sempurna. Dan kesempurnaan itu jauh lebih sempurna dari sekedar cerita masa lalu. Kami sama-sama sadar bahwa sekarang kami punya tanggungjawab kepada keluarga kami masing-masing. Dan kami harus bisa menjaga kepercayaan yg sudah diemban kepada kami.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepasang Kaos Kaki Hitam.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang