tiba saat mengerti
jerit suara hati
yg letih meski mencoba melabuhkan
rasa yg ada
mohon tinggal sejenak,
lupakanlah waktu..
temani airmataku..
teteskan lara..
merajut asa..
menjalin mimpi..
endapkan sepi-sepi.....
Gw pulang sangat larut dari mengantar Lisa ke Jakarta ketika sayup-sayup terdengar lagu dari kamar Raja di lantai dua. Sejenak terpikir buat mampir ke kamarnya, tapi gw urungkan niat gw. Raja pasti baru balik kerja dan gw terlalu lelah buat ngobrol-ngobrol. Gw pengen buru-buru tidur. Besok hari Sabtu, jadi gw bisa 'balas dendam' sepuasnya.
Gw naiki tangga tanpa suara sedikitpun. Semua penghuni kosan pasti sudah terlelap jam segini. Maka gw cukup terkejut saat menemukan Meva sedang duduk memeluk lutut di atas tembok beranda, asyik menatap langit sambil mendengarkan lagu dari headphone di discman nya.
Gw hampiri dia yg rupanya nggak menyadari kedatangan gw.
"Hay Va," gw menyapanya. "Kok belum tidur?"
"......."
Meva terlalu asyik dengan lagu di telinganya. Mulutnya bergerak pelan tanpa suara mengikuti lagu yg didengarnya.
"Woyy," gw tarik lepas headphone dari telinganya.
"Eh gw kirain siapa!" Meva terkejut melihat gw. Dia turun dan berdiri di sebelah gw. Tersenyum dengan manisnya sambil melipat tangan di depan dada. Gw liat arloji gw menunjukkan pukul setengah satu pagi.
"Lo belum tidur jam segini?" tanya gw.
"Menurut lo, gw tidur belum?" dia menaikkan kedua alisnya.
"Maksud gw, kenapa jam segini lo belum tidur?" pandangan gw menyapu seluruh kamar di hadapan gw. Semua penghuni benar-benar sudah tidur, yg terdengar cuma suara jangkrik dan sayup-sayup musik dari kamar Raja.
"Gw belum ngantuk," jawab Meva sambil menggeliatkan badan dan menguap lebar.
"......."
"Lagian gw juga mau sedikit bernostalgia di sini," dia balikkan badan memandang sawah di belakangnya. "Udah lamaaa banget kayaknya gw nggak nongkrong di sini lagi. Gw kangen sama bau embun pagi yg menyegarkan kayak gini. Gw kangen liat padi-padi melambai ditiup angin. Ah, gw kangen masa-masa gw belum sesibuk ini!"
"Oh..." gw tarik kursi dari depan kamar dan duduk di samping menghadap Meva. "Tadi lo balik kuliah jam berapa?"
"Baru dua jam yg lalu," jawabnya tanpa mengalihkan pandangan.
"Wah sibuk banget ya dirimu, lebih sibuk dari wanita karir malah," canda gw.
Meva tertawa pelan.
"Capek tau. Kalo bisa nggak sibuk mah gw juga nggak mau sibuk kayak gini," lanjutnya.
"Yah ini kan demi masa depan lo sendiri.."
Meva tersenyum. Kali ini dia menatap gw dengan manis.
"Semoga yg gw lakukan sekarang ini ada artinya yaa..." ujar Meva.
"Pasti dong," gw mengamini.
"Huuh nggak kerasa tinggal dua bulan lagi gw di sini. Kayaknya baru kemaren deh gw dateng ke kosan ini, minta kamer yg di bawah, malah dikasih yg di atas sini," sejenak Meva menatap pintu kamarnya lalu kembali menatap langit. "Makanya dulu gw sampe ngekos di dua tempat. Awalnya gw nggak begitu suka tempat ini. Sebelum ketemu loe..." dia melirik gw dan mengedipkan mata kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Kaos Kaki Hitam.
Romancehanya ada satu pintu yg terbuka, pintu kamar seberang gue. di depan pintu seorang wanita sebaya gue sedang duduk memeluk lutut dan memandang kosong ke lantai di bawahnya. rambutnya panjang dibiarkan tergerai sedikit menutupi wajah. hidung mancung da...