CHAPTER XXXIII

137 8 0
                                    

--(Di sebuah rumah)—

Saat itu terdapat Schmidt bersama dengan mobil jamnya sedang melakukan aktivitas di kamarnya. Kemudian mereka mendengar sebuah suara bel pintu berbunyi. Seketika Young yaitu seseorang pria berumur sekitar 40 tahun yang tinggal bersama Schmidt itu pun membuka pintu tersebut. Dan melihat ada seorang laki-laki berusia 22 tahun sedang berdiri didepan pintu untuk menunggu seseorang membukakan pintu. Kemudian laki-laki tersebut bertanya “apakah Schmidt ada?”. “Schmidt? Dia ada dia sedang berada dikamarnya akan ku panggilkan” jawab Young.  Saat Young ingin memanggil Schmidt, tiba-tiba Schmidt datang dan bertanya kepada Young “paman Young siapa yang datang kemari?”. Young menjawab “entahlah aku belum pernah melihatnya bahkan sepertinya dia baru pertama kali datang ke kota ini”.  Ketika Schmidt melihat anak tersebut ia tercengang sambil berkata “kakak, kau?”. Lalu anak itu berkata “hai, bagaimana kabarmu adikku. Lama kita tidak bertemu, kau sekarang sudah besar padahal kita berpisah kalau tidak salah 9 tahun yang lalu”. Kemudian Schmidt berkata “kabar ku baik, kalau begitu silahkan masuk”
Saat di ruang tamu, Schmidt datang dari arah dapur sambil membawa beberapa minuman dan juga beberapa makanan ringan, ia meletakkan makanan dan minuman tersebut ke meja ruang tamu dan duduk disebelah Young. Kemudian Young bertanya kepada Schmidt “Schmidt siapa dia? Apakah dia kakakmu?”. Schmidt menjawab “ya, dia adalah kakakku secara teknis bukan kakak kandungku”. “jadi begitu” kata Young.

“Schmidt jadi kau tinggal disini?” tanya laki-laki tersebut. “ya, aku tinggal disini” jawab Schmidt. “Sangat nyaman sekali. Ngomong-ngomong siapa pria yang ada disampingmu?” kata laki-laki itu. “dia adalah Paman Young. Dia yang menjagaku selama aku berada disini”. “nak, siapa dia?” tanya paman Young. “oh, aku lupa memperkenalkan kepadamu. Dia adalah Alex kakak angkatku” jawab Schmidt. “Jadi kau kakaknya Schmidt?” tanya Paman Young kepada Alex. Kemudian Alex menjawab “ya, aku adalah kakaknya Schmidt. Kebetulan saja aku bekerja disini jadi aku meluangkan sedikit waktu untuk mengunjungi Schmidt. Aku khawatir dengan keadaan Schmidt, jadi aku berkunjung”. Paman Young berkata “jadi seperti itu, kau adalah kakak yang baik”. “terimakasih” kata Alex.

    “Ngomong-ngomong, Schmidt ini pukul berapa?” tanya paman Young. “ini pukul sepuluh” jawab Schmidt. “sebaiknya aku harus cepat-cepat pergi agar tidak terlambat” kata paman Young. “anda mau kemana?” tanya Alex. “aku harus pergi ke sebuah kedai makanan tempatnya cukup jauh” jawab paman Young. “paman Young bekerja sebagai karyawan dikedai makanan tersebut dan kedai itu buka pada saat jam makan siang dan tutup pada saat 4 jam setelah jam makan malam selesai” kata Schmidt. “Jadi begitu, kalau begitu hati-hati diperjalanan” kata Alex. “baiklah aku pergi dahulu” kata paman Young. Kemudian paman Young pergi.

“sekarang kau sendirian?” tanya Alex. “tidak juga, terkadang aku pergi bersama temah-temanku untuk menghabiskan waktu” jawab Schmidt. “Jadi seperti itu” kata Alex. “apakah kakak ingin jalan-jalan ke taman?” tanya Schmidt. “tentu saja” jawab Alex.

Saat berada di taman kota, mereka berdua sedang berjalan-jalan sambil melanjutkan perbincangan. Saat itu Alex sedang melihat kebawah dan melihat sebuah mobil jam berbentuk tank,  lalu ia bertanya kepada Schmidt  “Schmidt, apakah mobil jam berbentuk tank itu milikmu?”. “ya, dia milikku, namanya adalah Tiger” jawab Schmidt. “wow, itu nama yang keren. Aku juga punya namanaya adalah Helios” kata Alex. Lalu Schmidt melihat kebawah dan bertanya “diamana dia, aku tidak melihatnya?”. “dia berada di sini” kata Alex sambil menunjuk kebawah bagian kanannya. Saat menoleh ke arah bawah ia terkejut bahwa Helios tidak ada disampingnya. Saat ia menoleh kebelakang ia melihat Helios berada di belakangnya sambil mengagumi sesuatu. Kemudian Alex memanggilnya dan ia menghampiri Alex.

“wow, Mobil jam kakak sangatlah keren” puji Schmidt. “terimakasih adiku, mobil jam mu juga keren” balas Alex. Kemudian datanglah Jino, Maru, Roy, Kai dan Braking.  “hai, Schmidt!” sapa Jino. “hai, apakah kalian temanya Schmidt?” sapa kembali Alex sambil bertanya kepada Jino. Jino menjawab “ya, kami temanya Schmidt”. “ngomong-ngomong, siapa laki-laki yang bersamamu?” tanya Braking. Schmidt menjawab “oh, dia. Dia adalah kakak ku, namanya adalah Alex”. Kemudian Braking berkata “kakakmu? Sejak kapan kau memiliki kakak?”. Dan Maru berkata “kalian berdua tidak mirip sama sekali”.  Kemudian Schmidt berkata “kami memang tidak mirip karena dia sebenarnya adalah bukan kakak kandungku”. “kami satu ayah tetapi berbeda ibu” kata Alex. “satu ayah berbeda ibu? Bagaimana itu, atau jangan-jangan?” kata Jino. “Maksudnya ibunya kakak ku tiada saat dia melahirkan kakakku kemudian beberapa tahun sekitar kakakku berumur 4 tahun ayahku menikah dengan ibuku dan 1 tahun kemudian melahirkanku. Jadi bukan seperti apa yang kau pikirkan, Jino” kata Schmidt. “hahaha, kupikir…” kata Jino. “jadi jarak umur kalian 5 tahun?” tanya Kai. “itu benar sekali. A… kau… adalah… aku lupa siapa kau?” kata Alex. “aku adalah Kai”  jawab Kai. “ya, kau adalah Kai. Si gemuk berambut merah muda ini pasti Braking, benar bukan?” tanya Alex. Braking menjawab “a… ya… benar sekali”. “ha!, hm… berambut biru langit, memiliki kacamata yang pernah digunakan oleh pilot pesawat tempur zaman dahulu, kauu pasti Jino. Dan si rambut kuning berbentuk mohawk, berbadan besar dan memakai kacamata bulat, kau pasti Maru. Dan kau, berambut merah, kau adalah Roy. Apakah aku benar?” kata Alex. “ya, benar. Dari mana kau tau?” tanya Jino. Alex menjawab “aku dan Schmidt sering berbagi cerita sehari-hari”. “ternyata seperti itu” kata Jino.  “bukankah kalian ada empat orang, dimana gadis kucir kuda yang berambut merah muda itu?” tanya Alex. “dia sedang pergi” jawab Roy.  “oh… jadi begitu” kata Alex.  “kalau begitu kakak bagaimana kalau kita melanjutkan berkeliling kita?” tanya Schmidt. “tentu saja, adiku. Baiklah aku dan adikku harus pergi dahulu” kata Alex. Braking bertanya “kalian mau kemana?”. Alex menjawab “apakah kalian ingin ikut?”.  “tentu saja” jawab Jino.

POWER BATTLE WATCH CAR : BATTLE OF FRIENDSHIPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang