39. Demam

6.2K 226 0
                                    

Ceklek.

"Mas." Panggil Clara setelah membuka pintu kamarnya. Clara dapat melihat suaminya yang berbaring di atas ranjang dengan baju yang masih sama saat ia berangkat ke kampus tadi pagi.

"Apa!" Jawab Erland dengan mata yang masih terpejam. Clara berjalan mendekati Erland yang sedang berbaring, kemudian gadis itu duduk di sebelah Erland dan memperhatikan wajah Erland yang sedang terpejam.

"Mas kenapa?" Tanya Clara. Tangannya dengan sendiri bergerak menyentuh kening Erland yang terasa panas.

"Mas demam." Sambung Clara yang sudah mengangkat tangannya dari dahi Erland, "Mas ganti baju dulu ya." Erland perlahan membuka matanya dan menatap Clara yang juga menatapnya.

"Tidak, kepala saya terasa pusing." Tolak Erland yang sudah kembali memejamkan matanya. Clara segera berjalan ke walk-in closet untuk mengambil pakaian untuk suaminya.

Clara hanya mengambil kaos berwarna merah serta celana pendek diatas lutut yang biasa Erland gunakan, setelah itu ia segera kembali ke ranjang untuk membantu sang suami mengganti pakaiannya.

"Sini mas, biar aku bantu." Kata Clara yang sudah membuka kancing kemeja paling atas milik Erland. Sontak saja Erland langsung membuka matanya dan sedikit terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Clara.

Jantung Clara berdetak sangat kencang seiring dengan pergerakan tangannya yang mulai turun ke bawah, "Sini bangun dulu, biar aku copot." Kata Clara yang membantu Erland untuk bangun terlebih dahulu.

Erland hanya menuruti perkataan sang istri, setelah kemeja yang dipakai Erland berhasil terlepas kemudian Clara segera memakaikan kaos yang ia ambil tadi di tubuh Erland.

"Mas ini." Kata Clara yang menunjukkan celana pendek yang berada ditangannya. "Biar saya pake sendiri saja." Jawab Erland dengan gugup.

Kemudian Clara segera keluar dari kamarnya untuk mengambil kompresan. Setelah itu ia segera naik kembali ke lantai 2 untuk mengompres sang suami.

Erland yang merasakan ada sesuatu yang menempel di dahinya segera membuka matanya secara perlahan dan mendapati Clara yang sedang membenarkan handuk di dahinya.

"Jangan dilepas ya mas, aku mau ke dapur dulu mau buat makan siang." Kata Clara dengan suara yang lembut. Setelah itu Clara segera berjalan menuju dapur untuk membuat makanan untuk suaminya.

Akhirnya Clara memutuskan untuk membuat sup jagung yang menurutnya sangat mudah dan juga pas dimakan untuk orang yang sedang sakit. Sekitar 45 menit berkutat dengan bahan bahan makanan dan juga peralatan masak akhirnya sup jagung buatannya sudah tersaji didalam mangkok.

Clara datang ke kamarnya dengan satu mangkuk sup jagung dan juga 1 gelas air putih, "Mas bangun, makan siang dulu." Kata Clara yang memegang lengan sang suami.

Setelah Erland bangun Clara segera membantu suaminya itu untuk bersandar di kepala ranjang, "Aku cuma masak ini aja kalau kelamaan nanti mas nunggunya lama." Sambung Clara yang menunjukkan sup jagung di tangannya.

"Biar aku suapin aja ya mas." Akhirnya Erland menerima suapan dari Clara. Ada debaran aneh didada Clara saat menyuapi suaminya.

Belum lagi wajah Clara yang dekat dengan Erland membuat Clara semakin gugup dibuatnya, "Mas jangan cepek-capek kerjanya, nanti sakit kayak gini." Kata Clara dengan suara yang sedikit mengomel.

Sedangkan Erland di dalam hatinya ia tersenyum bahagia merasakan bagaimana diperhatikan oleh sang istri. "Erland jangan baper, jangan sampai kamu tidak rela saat akan melepasnya." Kata Erland di dalam hatinya.

"Tinggal sedikit." Sambung Clara yang tersenyum menatap sup jagung buatannya yang tinggal sedikit. "Ini minum dulu." Erland hanya menganggukan kepalanya kemudian segera menerima gelas dari sang istri.

"Mas istirahat lagi aja, aku mau kebawah dulu." Sambung Clara dengan senyum hangat dibibirnya.

Clara segera turun ke bawah dan mencuci mangkok serta gelas yang tadi ia bawa, setelah itu ia pergi ke taman belakang untuk mengambil jemurannya yang sudah kering.

Setelah itu ia menyetrika semua baju-bajunya dan juga baju-baju suaminya, "Capek juga ternyata." Gumam Clara pelan.

Setelah selesai dengan urusan menyetrikanya Clara kembali masuk kedalam kamar sang suami kemudian mengganti kembali kompresan yang berada di dahi suaminya.

"Cepet sembuh mas." Gumam Clara mengelus rambut milik suaminya yang berwarna hitam.

"Jangan sakit sakit lagi ya." Sambung Clara. Clara memberanikan dirinya untuk mencium kening sang suami dengan lembut. Seulas senyum terbit di wajah Clara setelah berhasil mencium suaminya itu.

Karena merasakan tubuhnya yang lelah akibat seharian penuh mengerjakan pekerjaan rumah, berbelanja dan lain sebagainya Clara memutuskan untuk ikut tidur di samping sang suami.

Clara langsung membaringkan tubuhnya di samping suaminya kemudian mulai memejamkan matanya, tidak lama setelah Clara tertidur Erland langsung membuka matanya kemudian menatap Clara dengan senyum tipis di bibirnya.

"Sikap dan perilakumu seakan-akan kamu punya rasa kepada saya." Kata Erland menatap dalam wajah Clara.

"Tapi saya rasa itu tidak mungkin, saya yakin jika sikap dan perilakumu yang seperti itu karena tanggung jawabmu sebagai seorang istri." Sambung Erland pelan.

Erland memang mendengar semua yang diucapkan oleh istrinya sebelum sang istri terlelap, karena sejatinya Erland yang sudah tidur masih bisa mendengar orang yang berbicara di sekitarnya.

Begitulah Erland dia tidak akan bisa tidur dengan nyenyak saat tubuhnya sakit, apalagi kondisi tubuhnya yang demam. Kemudian Erland mencium kening sang istri dan kembali merebahkan tubuhnya di samping Clara.

.
.
.

Sedangkan di depan pintu rumah mereka ada seorang wanita yang berdiri tepat di hadapan pintu. "Aduh ini kemana sih mereka, masa iya di ketuk-ketuk dari tadi nggak ada yang dengar." Gumam wanita paruh baya itu degan kesal.

"Erland kamu jahat, kamu udah bikin Mama nunggu di sini." Gerutu wanita paruh baya itu yang tak lain adalah Indah.

Indah mencoba membuka pintu di hadapannya, "Kok nggak dikunci?" Gumam Indah saat melihat pintu yang tadi ia dorong terbuka dengan sempurna.

Kemudian ia bergegas masuk ke dalam rumah dan mendapati tidak ada orang sama sekali di lantai 1. Langkah kakinya berjalan terus menuju dapur dan ia menemukan sebuah durian yang sudah dimakan oleh Clara tadi siang.

"Siapa yang beli durian, tumben banget. Erland kan enggak suka sama durian." Gumam Indah, ia sengaja datang ke sini karena ingin mengantarkan makanan yang tadi siang ia buat.

"Kemana mereka sih, Erland mobilnya kan di depan pasti orangnya udah pulang kan." Kata Indah lagi. Akhirnya Indah memutuskan untuk pergi ke lantai dua untuk mencari anak dan menantunya.

Tok.

Tok.

Tok.

Indah beberapa kali mengetuk pintu kamar Erland, namun sama sekali tidak ada jawaban dari dalam membuat Indah semakin bingung dibuatnya.

"Pada kemana sih?" Tanya Indah yang mulai kesal sendiri. "Erland Mama izin ya buka pintu kamarnya buat ngecek kamu ada di dalam apa enggak." Sambung Indah dengan suaranya yang pelan.

Kemudian wanita paruh baya itu membuka pintu kamar Erland dengan sangat pelan dan juga hati-hati, setelah pintu berhasil dibuka Indah membulatkan matanya dengan sempurna.

Setelah itu ia kembali menutup pintu kamar dengan pelan dan hati-hati, "Ternyata dari tadi diketok-ketok, dipanggil-panggil nggak nyaut lagi tidur berdua enak banget." Kata Indah yang mengerucutkan bibirnya.

ISTRIKU MAHASISWAKU (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang