33. Diabetes

4.2K 207 1
                                    

"Mau apa hah?" Tanya Kenzie yang dengan kuat memegang tangan Zahra. Sedangkan Zahra ia berusaha melepaskan diri dari Kenzie.

"Aku nggak rela kalau kamu cinta sama dia." Jawab Zahra sambil melihat kearah Clara yang berdiri didepan halte.

"Nggak!!" Kemudian Kenzie membawa Zahra pergi ke mobil Zahra. Setelah itu Kenzie memasukkan Zahra secara paksa ke dalam mobilnya, dengan sangat cepat melajukan mobil Zahra membelah jalanan menuju kembali ke rumah Zahra.

"Kenzie turunin aku!!" Teriak Zahra yang sangat keras. "Zahra diem!!" Bentak Kenzie membuat Zahra langsung terdiam.

"Aku mohon sama kamu jangan pernah ganggu Clara lagi, kasihan dia. Dia udah sakit hati karena ulah kamu." Sambung Kenzie. Zahra yang mendengarnya hanya tersenyum tipis.

"Oh jadi cuma salah aku?" Tanya Zahra yang menunjuk dirinya sendiri. "Iya lah." Jawab Kenzie dengan ketus.

"Kan kamu yang udah nyuruh aku buat nembak Clara." Sambung Kenzie dengan tersenyum sinis. "Kalau seandainya kamu nggak mau waktu itu mungkin semua ini nggak akan terjadi." Jawab Zahra berusaha membela dirinya sendiri.

"Tetap aja kamu yang salah, kamu yang udah ngasih ide bodoh kayak gitu!" Kemudian Zahra memegang kemudi yang dikendalikan Kenzie.

"Zahra jangan!!" Kata Kenzie yang berusaha melepaskan tangan Zahra dari kemudi. Namun Zahra seakan tuli dengan ucapan yang terlontar dari mulut Kenzie.

Zahra terus memutar kemudi itu sampai akhirnya mobil yang dikendarai oleh Kenzie kehilangan keseimbangan dan menabrak pohon di pinggir jalan.

"Akkh!" Pekik Kenzie yang merasakan darah keluar dari dahinya. Kenzie sempat melirik kesamping di mana Zahra yang sudah pingsan sebelum akhirnya Kenzie juga ikut pingsan.

Setelah kecelakaan itu banyak orang yang berdatangan untuk menolong Kenzie dan juga Zahra, mereka berdua langsung dibawa ke rumah sakit menggunakan mobil seseorang yang berada di sekitar situ.

.
.
.

"Taksi mana sih? Mana Tara sama Sarah udah pulang lagi." Gumam Clara yang berdiri di depan halte. Sejak tadi gadis itu menunggu taksi yang lewat karena ia tidak berhasil menemukan taksi online di ponselnya.

"Masak jalan kaki." Clara menghembuskan nafasnya kasar kemudian duduk di kursi halte tersebut sampai sebuah mobil berwarna hitam yang sangat ia kenali berhenti dihadapannya.

Tanpa menunggu perintah Clara segera berdiri dari duduknya kemudian segera masuk ke dalam mobil itu, "Numpang ya pak." Kata Clara yang menatap Erland di sampingnya.

Erland tidak menjawab ucapan sang istri kemudian ia segera melajukan mobilnya, "Saya mau kekantor sebentar ada pekerjaan disana. Saya akan antarkan kamu pulang dulu." Kata Erland yang fokus pada kemudinya.

"Tidak usah pulang Pak, nanti takutnya Bapak jadi bolak-balik mending saya ikut ke kantor bapak aja kalau nggak nanti turun di depan situ biar saya naik ojek." Tolak Clara dengan cepat.

Erland hanya menganggukan kepalanya kemudian tatapannya fokus kembali ke jalanan. "Ah itu dia tukang ojeknya." Kata Clara yang melihat tukang ojek di depan.

Namun Clara dibuat bingung dengan Erland yang tidak berhenti di depan tukang ojek itu, "Loh pak tukang ojeknya kelewatan!!" Kata Clara yang memandang kebelakang melihat tukang ojek.

"Lebih baik kamu ikut saya ke kantor saja, saya tidak tenang jika kamu pulang sendirian naik ojek." Jawaban Erland mampu membuat hati Clara menghangat.

Juga ada debaran aneh dari diri Clara saat melihat Erland di sampingnya, Clara menatap kagum pada gedung di hadapannya. Gedung besar yang menjulang tinggi ke atas dengan banyak pepohonan di halaman gedung tersebut.

"Wah ini kantor bapak?" Kata Clara yang sangat kagum melihat kantor suaminya. Kemudian Clara turun dari mobil bersama dengan Erland.

Semua pasang mata melihat kedatangan Erland dan Clara dengan pertanyaan-pertanyaan besar di dalam benak para karyawan. "Itu siapa kok sama pak Erland."

"Apa itu pacarnya pak Erland?"

"Kayaknya itu sepupunya deh." Clara dapat mendengar jelas semua ucapan-ucapan yang terlontar dari bibir karyawan suaminya itu

Namun Erland laki-laki itu hanya acuh tanpa menanggapi karyawannya yang sedang membicarakan dirinya. Clara dengan sedikit berlari mengikuti langkah kaki Erland yang sangat besar.

"Aduh pelan dong pak jalannya, kaki saya itu kecil!" Kata Clara dengan sedikit keras membuat Erland langsung menghentikan langkah kakinya dan berbalik kebelakang.

"Astaghfirullah halladim bapak!!" Pekik Clara saat tubuhnya menabrak tubuh Erland, gadis itu langsung mendongok dan mendapati dada sang suami dihadapannya.

"Kenapa lagi?" Tanya Erland yang bingung dengan sang istri. "Kenapa berhenti mendadak sih Pak." Jawab Clara mengusap dahinya yang terbentur dada Erland.

"Hem." Jawab Erland pelan. Kemudian Erland berjalan di samping sang istri dengan menggandeng tangannya, hal itu sontak saja membuat Clara langsung melirik tangannya yang sedang digenggam oleh sang suami.

"Biar nggak ketinggalan." Kata Erland yang mengerti arti tatapan sang istri pada tangannya. Kemudian keduanya berjalan secara bersamaan menuju ke ruangan Erland di lantai paling atas.

Namun sebelum Erland membuka pintu ruangannya ia sudah dikejutkan dengan suara seseorang yang sangat dikenal yaitu Iqbal.

"Wah sekarang datangnya berdua ya bos." Erland maupun Clara langsung saja menoleh kebelakang dan mendapati Iqbal yang tengah tersenyum kearah mereka sambil menaikkan satu alisnya.

"Lakukan pekerjaan mu bal." Jawab Erland dengan acuh. Kemudian Erland membuka pintu ruangannya dan menarik sang istri masuk ke dalamnya.

"Siap bos!" Jawab Iqbal dengan sangat keras saat Erland dan juga Clara udah masuk ke dalam ruangan. Mendengar itu Erland hanya memutar bola matanya malas kemudian melepaskan genggamannya dari tangan sang istri.

Setelah itu ia segera berjalan menuju kursi kebanggaannya. Sedangkan Clara ia menatap kearah suaminya yang sedang duduk menghadap laptop.

Akhirnya Clara memilih untuk duduk di sofa di depan sang suami, sesekali Clara memperhatikan wajah serius suaminya yang sedang mengerjakan pekerjaan kantor nya.

"Dilihat-lihat pak Erland ganteng juga ya." Gumam Clara yang terus menatap wajah Erland yang tengah fokus pada pekerjaannya.

"Kenapa kamu bodoh sekali Clara, suamimu itu memang tampan sejak dulu kenapa kamu baru menyadarinya sekarang." Clara meringis pelan setelah merutuki kebodohannya di dalam hati.

"Pantas saja kalo Bu Naila sama anak-anak lainnya suka sama Pak Erland. Orang Pak Erland ganteng gini, lagi fokus aja ganteng banget apalagi kalau senyum bisa diabetes nih." Kata Clara dengan suara yang sangat pelan.

"Hah? Siapa yang diabetes?" Tanya Erland yang tiba-tiba membuat Clara langsung mendongakkan kepalanya.

"Apa pak Erland tahu kalau aku ngomongin dia?" Tanya Clara di dalam hatinya. "Ah semoga saja tidak dengar." Sambung Clara kembali.

Setelah itu Clara menatap Erland yang juga menatapnya dengan senyum tipis di bibirnya, "Ah nggak pak, saya pengen minum yang manis-manis tapi takut diabetes." Jawab Clara dengan sangat gugup.

"Owh, kalau mau sesuatu telfon aja pake ini." Kata Erland yang menunjuk pada telepon di sampingnya. "Sepertinya memang pak Erland tidak mendengar ucapanku." Senyum mengembang di bibir Clara saat mengetahui jika Erland suaminya tidak mendengar pujian yang terlontar dari bibirnya.

"Kok malah senyum?" Tanya Erland yang melihat Clara tersenyum menatap kearah lain. Hal itu membuat Erland sangat bingung ada apa dengan istrinya ini.

ISTRIKU MAHASISWAKU (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang