16. Luka dikaki

5K 216 4
                                    

Tok.

Tok.

Tok.

"Clara." Panggil Erland dari luar kamar yang ditempati oleh istrinya. Lagi-lagi Erland menghela nafasnya berat, tidak ada jawaban ataupun sahutan sedikitpun dari dalam.

Dengan pelan dia membuka pintu kamar sang istri, dan mendapati sang istri yang masih sama duduk di ranjang sambil menyandarkan kepalanya di kepala ranjang.

"Kenapa?" Tanya Clara tanpa menoleh sedikitpun ke arah Erland yang mendekatinya. "Kamu belum makan dari siang kan, jadi sekarang makan terus minum obat." Jawab Erland dengan suaranya yang begitu lembut.

Suara lembut milik Erland tidak mampu meluluhkan hati yang keras milik Clara. "Kalau kamu nggak mau keluar biar saya ambilkan saja makanan nya." Sambung Erland kembali. Laki-laki itu segera pergi dari kamar sang istri untuk mengambil makanan di dapur.

Dilihatnya banyak makanan yang sudah tersaji di atas meja, "Seperti nya ini sudah dingin." Gumam Erland saat melihat makanan itu.

Kemudian Erland mengambil 1 buah panci untuk memanaskan sup ayam yang berada di dalam mangkuk, setelah selesai memanaskan sup ayam tersebut Erland segera menuangkan kembali ke dalam mangkuk yang lebih kecil.

Erland berjalan membawa nampan yang berisi satu piring nasi, satu mangkok sup ayam dan satu gelas air putih untuk sang istri. Erland menggunakan tangan kirinya untuk membuka kamar sang istri.

"Ini makananya." Kata Erland yang berjalan mendekati Clara. Namun Gadis itu enggan untuk melihat ataupun memandang Erland yang mendekatinya.

"Cepatlah makan setelah itu minum obat." Sambung Erland kembali. Setelah mengatakan itu Erland ingin meletakkan nampan tersebut di pangkuan Clara, namun gadis itu dengan cepat menepis nampan tersebut yang menyebabkan nampan tersebut jatuh ke lantai dan mengenai kaki Erland.

"Akhh!!" Pekik Erland saat melihat pecahan gelas mengenai kakinya. Tidak beberapa lama setelah pecahan gelas itu menancap di kakinya darah keluar dengan cepat dari kaki Erland.

Sedangkan Clara gadis itu hanya memandang kaki Erland sebentar kemudian mengalihkan pandangannya ke arah lain, bukannya meminta maaf Clara malah acuh terhadap sang suami yang sedang terluka.

Erland memandang wajah Clara sebentar sebelum akhirnya ia mencoba berjalan, tidak ada kebencian sedikitpun di hati Erland terhadap Clara dan apa yang dilakukan Clara selama ini.

Akhirnya dengan tertatih-tatih Erland berjalan meninggalkan kamar sang istri menuju ke ruang tengah. "Auh!" Ringis Erland pelan saat merasakan perih dan nyeri dikakinya.

Kemudian Erland membersihkan luka di kakinya menggunakan kapas, barulah setelah itu ia memberikan obat terhadap lukanya dan membalut luka tersebut menggunakan perban.

Lama Erland terdiam memandang kakinya yang berbalut dengan perban, Erland memutuskan untuk mengambil alat pembersih di dapur untuk membersihkan kekacauan di dalam kamar Clara.

Baru saja berdiri ia kembali merasakan nyeri di kakinya. "Sepertinya akan sulit berjalan." Gumam Erland dengan sangat pelan.

Akhirnya Erland meminta bik Siti untuk kembali ke rumahnya dan meminta tolong untuk membersihkan kekacauan yang telah dia buat. Sekitar 15 menit kemudian bik Siti sudah datang dengan tergopoh-gopoh.

"Mas kenapa?" Pekik bik Siti saat melihat ada bercak darah yang berceceran di lantai di samping kaki Erland.

"Tidak bik, sekarang bibik tolong bersihkan kekacauan yang ada didalam kamar Clara." Kata Erland yang mendapat anggukan cepat dari bik Siti.

Bik Siti segera ke dapur untuk mengambil peralatan kebersihan kemudian menuju ke kamar Clara. Awalnya bik Siti ragu untuk masuk ke dalam kamar. Namun akhirnya bik Siti mengetuk pintu kamar Clara beberapa kali.

Tok.

Tok.

Tok.

"Mbak ini bibik, bibik mau bersihin kamar diminta sama mas Erland." Kata Bik Siti sedikit keras.

"Iya." Jawab Clara dari dalam. Bik Siti segera membuka kamar milik Clara kemudian matanya dikejutkan dengan beberapa bercak darah di lantai kamar gadis itu.

Bik Siti kembali dikejutkan dengan pecahan piring, pecahan gelas, pecahan mangkuk yang berserakan di samping ranjang milik Clara. Bik Siti juga melihat kalau ada lagi bercak darah di samping ranjang tersebut.

"Permisi ya mbak." Kata Bik Siti pelan. Namun tidak ada jawaban sedikitpun dari Clara. Bik Siti langsung membersihkan kekacauan itu sesekali ia melirik Clara yang menatap dirinya.

"Maaf mbak ini kenapa bisa sampai jatuh semua ya?" Tanya bik Siti dengan takut. Clara menghela nafasnya pelan mendengar pertanyaan dari bik Siti.

"Bibik kalau udah keluar!!" Bik Siti dan Clara langsung menoleh ke arah pintu yang masih sama seperti semula yaitu masih tertutup.

Namun mereka berdua dapat mendengar suara Erland yang sedikit keras dari luar kamar, bik Siti segera berpamitan kepada Clara dan segera keluar dari kamar itu.

Bik Siti sudah pulang 15 menit yang lalu dan sekarang Erland masih sama duduk di ruang tengah sambil menyandarkan kepalanya yang sedikit pusing. Erland berfikir bahwa dengan kakinya yang terluka ia akan kesulitan untuk menaiki anak tangga.

Jadi ia memutuskan akan tidur di ruang tengah saja, sedangkan Clara ia kembali menatap lantai yang tadinya sangat berserakan dengan makanan dan juga darah milik Erland.

"Apa lukanya parah, sampai banyak darah?" Gumam Clara dengan pelan. Clara saat ini sedang memikirkan Erland dan juga luka di kaki Erland karena ulah dirinya.

Mungkin Jika dia tidak menolak makanan itu makanan itu tidak akan jatuh dan belingnya mengenai kaki Erland. Berulangkali Clara menghembuskan nafasnya pelan, ada rasa bersalah di dalam hatinya saat mengingat Erland yang berjalan dengan tertatih-tatih keluar dari kamarnya.

Clara memilih untuk membaringkan tubuhnya di atas ranjang kemudian menarik selimutnya dengan cepat. Dan mulai memejamkan matanya untuk mengarungi mimpi indahnya malam ini.

_Pukul 01.00

Erland terbangun dari tidurnya. Ia merasakan ingin buang air kecil jadi dengan perlahan ia bangkit dari tidurnya kemudian menuju ke kamar mandi bawah di samping dapur.

Setelah selesai dari kamar mandi Erland ingin kembali tidur di ruang tengah namun tatapannya fokus pada pintu kamar milik Clara. "Apa dia sudah tidur?" Tanya Erland di dalam hatinya.

Kemudian Erland berjalan menuju kamar gadis itu dan membuka pintunya secara perlahan. Erland dapat melihat Clara yang tidur menghadap pintu dengan sangat nyenyak.

Erlan hanya mampu memandangi wajah cantik sang istri dari jauh, setelah beberapa saat mengagumi kecantikan sang istri ia memilih untuk kembali ke ruang tengah dan melanjutkan tidurnya.

Pukul jam 4.30 pagi Erland terbangun karena mendengar suara azan subuh. Kemudian laki-laki itu bergegas menaiki anak tangga untuk membersihkan diri dan segera melaksanakan sholat subuh seorang diri.

Di dalam kamar mandi Erland sedikit meringis saat lukanya terkena cipratan air. Setelah bersusah payah supaya kakinya tidak terkena air, Erland keluar dari kamar mandinya dengan handuk yang melilit di pinggangnya.

Dengan cepat Erland mengambil baju di dalam lemari kemudian mengambil sarung dan sajadah. Kemudian segera melaksanakan sholat subuh dengan khusyuk.

Sedangkan pukul 4.50 bik Siti sudah datang ke rumah Erland untuk memasak sarapan dan juga bersih-bersih. Pertama-tama bik Siti memasak nasi putih kemudian dilanjut dengan lauk pauknya.

Pukul 6 pagi bik Siti sudah selesai dengan acara memasaknya. Makanannya pun sudah tertata rapi di atas meja makan.

ISTRIKU MAHASISWAKU (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang