"Pak." Panggil Clara dengan suara pelannya. Sedangkan Erland yang baru saja selesai berdoa langsung menoleh kebelakang dan mendapati sang istri yang menyodorkan tangannya.
Erland yang tidak mengerti hanya menatap Clara dengan alis yang tertaut. "Salim pak." Sambung Clara, tangannya bergerak dengan cepat mengambil tangan Erland untuk ia cium.
Erland merasakan pasokan oksigen didalam kamarnya berkurang membuat ia susah bernafas, dan juga detak jantungnya yang sangat cepat.
"Makasih ya pak." Ucapan Clara membuat alis Erland tertaut. "Untuk apa?" Tanya Erland yang menatap lekat wajah sang istri.
"Untuk semuanya, bapak udah baik sama saya. Bapak juga nggak bilang sama orang tua bapak tentang sikap dan perilaku saya." Jawab Clara dengan senyum tulus dibibirnya.
"Nanti kamu kuliah naik apa, mobil kamu kan masih rusak?" Tanya Erland yang mengalihkan pembicaraan antara dirinya dan juga sang istri.
"Gampang kok pak nanti saya bisa naik ojek atau enggak taksi online." Jawab Clara sambil tersenyum.
"Mau bareng nggak." Tawar Erland. Clara terdiam sejenak mendengar tawaran Erland kemudian dengan spontan gadis itu mengangguk mengiyakan tawaran dari sang suami.
"Tapi nanti turunin didepan aja ya pak." Kata Clara yang mendapat anggukan cepat dari Erland. Kemudian gadis itu pergi menemui mama dan mama mertuanya yang sedang memasak di dapur bersama dengan bik Siti.
"Pagi semua!" Sapa Clara dengan senyum mengembang di bibirnya. "Pagi sayang." Jawab Indah dan juga Nita secara bersamaan.
"Oh ya suami kamu mana dia udah bangun belum?" Tanya Indah menatap sang menantu. "Udah kok mah, Mas Erland udah bangun dari tadi." Kedua wanita paruh baya itu tersenyum mendengar panggilan Clara untuk sang suami.
"Ya udah kalau gitu kamu siapin baju buat suami kamu, kan dia harus ke kampus kan." Sambung Nita dengan cepat.
"Tapi Clara mau bantuin Mama masak." Jawab Clara. Nita tersenyum kemudian menggeleng kecil.
"Masa cuma buat sarapan aja sampai berempat." Sambung Indah. Akhirnya dengan terpaksa Clara kembali ke kamarnya dan ia tidak mendapati sang suami yang berada di dalam kamarnya.
Ceklek.
Clara langsung menoleh kearah kamar mandi saat mendengar suara pintu terbuka, wajah Clara menjadi memanas yang melihat Erland yang bertelanjang dada. Laki-laki itu hanya menggunakan handuk sebatas pinggang ke bawah.
"Maaf pak." Kata Clara yang langsung menundukkan kepalanya. "Kamu ngapain disini?" Tanya Erland yang menatap Clara dengan canggung.
"Tadinya mau bantuin Mama masak tapi kata Mama suruh ambilin baju untuk bapak." Jawab Clara dengan tatapan yang masih tertunduk.
"Tidak perlu, saya bisa ambil sendiri sekarang kamu mandi nanti telat." Tolak Erland, setelah mengatakan itu ia segera membuka pintu walk-in closet.
"Saya hanya takut rasa perhatian dan perilaku mu yang membuat saya semakin jatuh cinta." Gumam Erland didalam hatinya.
"Saya takut rasa cinta saya semakin dalam. Dan saya tidak akan rela disaat waktu perpisahan kita." Sambung Erland kembali.
Kemudian laki-laki itu segera mengambil pakaiannya untuk pergi ke kampus, setelah memakai pakaiannya di dalam ia segera keluar.
Erland sama sekali tidak memandang Clara yang masih berdiri di samping kamar mandi. "Kenapa aku lupa bawa baju sih?" Tanya Clara di dalam hatinya.
Clara terus memandang Erland yang sedang duduk di sofa sambil memakai sepatunya, kemudian dengan cepat Clara masuk ke walk-in closet untuk mengambil pakaiannya untuk kekampus hari ini.
Tidak membutuhkan waktu lama Clara sudah keluar dari kamar mandi dengan baju yang ia ambil di walk in closet. Clara hanya memoles wajahnya dengan riasan tipis.
Setelah itu mengambil tas yang sudah ia siapkan untuk pergi ke kampus hari ini, "Ayo kita turun." Kata Erland yang masih duduk di sofa.
Sejak tadi laki-laki itu memang menunggu sang istri selesai bersiap, "Iya pak." Jawab Clara dengan cepat. Pasangan suami istri itu kemudian menuruni anak tangga dengan berdampingan.
Dua orang wanita paruh baya yang melihat pasangan suami istri itu tersenyum cerah di bibirnya, "Wah pengantin baru." Goda Indah pada anak dan juga menantunya.
"Kalian berangkat bareng?" Tanya Nita yang mendapat anggukan dari Erland. "Ya sudah sekarang kalian sarapan dulu." Sambung Nita.
Setelah Erland duduk Clara segera mengambil kan sarapan untuk sang suami. Mereka berempat melakukan sarapan dengan tenang tanpa adanya pembicaraan satu kali pun.
"Kita berangkat dulu mah." Kata Erland yang berdiri dari duduknya. Kemudian laki-laki itu menyalami kedua wanita paruh baya yang menyandang status sebagai mama dan mama mertuanya.
"Iya kalian hati-hati." Jawab Indah sambil tersenyum. Kemudian Clara juga ikut berdiri dan menyalami mama dan juga mama mertuanya.
"Seneng deh lihat mereka berdua, mereka berdua terlihat sangat saling menyayangi bukan." Kata Indah yang menatap anak dan menantunya yang berjalan menjauh.
"Aku harap ini semua bukan sandiwara mereka." Jawab Nita dengan tatapan yang sedih. "Iya aku harap itu semua bukanlah sandiwara." Sambung Indah sambil tersenyum.
"Apa kamu percaya jika Clara akan menjadi istri yang baik untuk Erland?" Tanya Nita menatap Indah dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Bagaimana aku bisa percaya jika kamu saja tidak percaya kepada putrimu sendiri." Jawab Indah cepat. Nita menghela nafasnya panjang.
"Tapi aku tidak yakin dengan Clara." Indah tersenyum kemudian mengelus pundak sang sahabat dengan lembut memberikan semangat kepada Nita.
"Biarkan mereka menjalani kehidupan rumah tangga mereka sendiri, jangan pernah ikut campur terlalu dalam diantara hubungan mereka." Gumam Indah didalam hatinya.
"Sudahlah lebih baik kita pergi saja hari ini, aku sangat bosan di rumah ini." Kata Indah, Nita langsung mendongakkan kepalanya kemudian mengangguk pelan.
Sedangkan pasangan suami-istri yang berada di dalam mobil hanya diam tanpa membicarakan apapun. Sesekali Clara melirik sang suami yang sedang fokus pada kemudinya.
"Kenapa canggung sekali." Kata Clara di dalam hatinya. Kemudian gadis itu memandang ke arah jendela dan mendapati seseorang yang sangat ia kenal.
"Kenzie." Gumam Clara secara spontan. Dan hal itu terdengar jelas oleh Erland, membuat laki-laki itu menoleh ke arah sang istri.
"Sepertinya di hatimu tidak akan pernah ada nama suamimu." Kata Erland didalam hatinya. Sedangkan Clara ia terus menatap Kenzie yang berdiri di pinggir jalan sambil menggendong tas yang biasa ia kenakan saat masuk kuliah.
"Dia sedang apa disitu, kemana mobilnya." Gumam Clara didalam hatinya. Di hati Clara masih tersimpan sedikit rasa cinta untuk sang mantan kekasih.
Clara langsung menoleh ke samping saat Erland memberhentikan mobilnya, sedangkan Erland ia hanya fokus kedepan menatap jalanan yang cukup padat.
"Pak kenapa berhenti?" Tanya Clara yang tidak menyadari jika di depan lampu berubah menjadi warna merah.
"Lampu merah." Jawab Erland dengan singkat. Setelah itu Clara kembali terdiam menatap kaca depan mobil.
Setelah beberapa saat menunggu lampu berubah menjadi kuning kemudian menjadi hijau, dan dengan cepat Erland melajukan kembali mobilnya membelah jalanan untuk sampai tepat pada waktunya di kampus tempat ia mengajar.
"Makasih ya pak." Kata Clara saat sudah turun dari mobil Erland. Seperti permintaan Clara tadi pagi Erland menurunkan gadis itu sedikit jauh dari kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRIKU MAHASISWAKU (Selesai✓)
Roman d'amourBagaimana jadinya jika seorang dosen harus menikah dengan mahasiswa nya sendiri, itulah yang dialami oleh Erland yang harus menikahi Clara yang berstatus sebagai mahasiswa nya sendiri. Erland terpaksa menerima pernikahan dengan mahasiswa nya karena...