14. Indah dan Nita

4.9K 229 1
                                    

Sedangkan di kediaman Indah dirinya dan juga Nita sedang duduk berhadapan di ruang tamu dengan dua cangkir teh hangat di hadapan mereka.

Setelah pulang dari rumah anak dan menantunya Nita bergegas untuk pergi ke rumah besannya, "Ada apa sih Nit?" Tanya Indah yang tidak mengerti sama sekali dengan tingkah sahabatnya ini.

Karena sejak tadi Nita tidak berbicara apapun, dirinya hanya diam menatap ke bawah sesekali menatap Indah yang juga menatapnya. "Aku minta maaf." Itulah kata pertama yang terucap di bibir Nita.

Indah nampak menyerngitkan dahinya bingung, "Minta maaf untuk apa? emangnya kamu salah apa?" Tanya Indah dengan cepat.

Bukannya menjawab Nita langsung mendongakkan kepalanya dengan mata yang sudah berkaca-kaca siap meluncurkan air matanya. "Kok kamu nangis?" Tanya Indah bingung.

"Aku udah buat kesalahan besar, dengan meminta Erland nikahin Clara." Indah semakin tidak mengerti arah pembicaraan Nita.

"Maksudnya gimana sih Nit, yang jelas dong kalau ngomong." Kata Indah yang sudah sangat penasaran dengan apa yang dimaksud oleh Nita sahabatnya.

Dengan air mata yang berlinang di pipi Nita menjelaskan bagaimana kehidupan rumah tangga anak dan juga menantunya. Indah menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

"Jadi selama ini Clara masih berhubungan dengan kekasihnya?" Tanya Indah dengan suara gugupnya. Nita hanya menganggukkan kepalanya pelan.

Wanita paruh baya itu tidak mampu untuk menatap mata sahabatnya, dia begitu malu dengan perbuatan anak perempuannya.

"Aku minta maaf, kalau tidak lebih baik kita ceraikan saja mereka. Jika mereka terus bersama mungkin Erland akan semakin tersakiti oleh perlakuan dari Clara." Kata Nita sambil menghembuskan nafasnya pelan.

"Kamu bilang apa ceraikan mereka?" Tanya Indah menatap lekat wajah Nita yang tertunduk. Indah tersenyum tipis melihat Nita yang tidak berani menatap dirinya.

"Aku tidak menyalahkan Clara jika dirinya masih berhubungan dengan sang kekasih, karena laki-laki yang dicintai oleh Clara itu bukan Erland tapi kekasihnya." Sambung Indah dengan suara nya yang tenang.

"Mungkin dia hanya butuh waktu untuk menerima perubahan dalam hidupnya, menerima suatu hal yang seharusnya belum ia terima saat ini yaitu menjadi seorang istri. Apalagi mereka menikah tanpa cinta." Nita semakin memejamkan matanya dengan erat mendengar ucapan yang terlontar dari bibir Indah.

"Tolong jangan pisahkan mereka berdua, aku yakin hubungan diantara mereka berdua akan baik-baik saja. Pasti mereka akan mengerti bagaimana cara yang tepat untuk menghargai pasangan masing-masing, biarkan mereka belajar terlebih dahulu mereka baru saja menaiki satu anak tangga kehidupan rumah tangga." Nita langsung mendongakkan kepalanya menatap Indah dengan lekat-lekat.

Nita sangat tidak percaya dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Indah sahabat dan juga besannya, Nita tidak habis pikir dengan Indah kenapa Indah bisa dengan berlapang dada menerima Clara sebagai menantunya yang jelas-jelas sudah menghianati suaminya sendiri.

"Biarkan terlebih dahulu mereka belajar apa artinya hidup bersama, sampai waktunya salah satu dari mereka atau pun mereka berdua menginginkan perpisahan itu." Nita langsung berdiri dari duduknya dan langsung memeluk Indah dengan sangat erat.

Nita kembali meneteskan air matanya di pundak Indah, "Aku minta maaf." Hanya kata maaf lah yang mampu terucap terus-menerus dari bibir Nita untuk Indah.

"Tidak perlu minta maaf, tidak ada yang salah diantara kita semua. Hanya waktu yang belum menentukan jalan yang terbaik untuk kedua putra-putri kita." Jawab Indah mengelus punggung Nita.

"Apa Erland tidak memberitahukan dirimu kalau selama ini Clara punya kekasih atau hal lainnya?" Indah menggelengkan kepalanya pelan. Memang selama 1 bulan lebih ini dia tidak menerima satupun kabar mengenai anak dan menantunya.

Yang ia tahu hanyalah Erland dan juga Clara hidup bahagia bersama dalam rumah tangga mereka. Namun hal itu sirna disaat Nita mengatakan semuanya.

Ada rasa sakit di hati Indah mengetahui putranya sudah dikhianati, tapi Indah mencoba untuk tidak egois. Dia juga harus memberikan waktu kepada menantunya untuk menerima semua hal yang baru dalam kehidupannya.

"Kamu seharusnya juga tidak perlu memarahi Clara sampai segitunya." Kata Indah setelah pelukannya terlepas dari Nita.

"Dia seorang gadis yang aku kira dia baru-baru saja mengenal cinta, jadi wajar jika dirinya sangat mencintai kekasihnya itu." Sambung Indah mengusap tangan Nita.

"Biarkan mereka terlebih dahulu, biar mereka sama-sama mengintropeksi diri mereka masing-masing." Nita hanya mampu mengangguk-anggukan kepalanya pelan.

"Bagaimana dengan Faisal, apa dia juga menerima semua ini?" Hal yang ditakutkan oleh Nita adalah Faisal. Laki-laki itu tidak akan pernah menerima hal apapun yang berbau tentang penghianatan.

"Mas Faisal pasti ngerti kok." Jawab Indah tersenyum tulus kearah Nita. "Kamu jangan khawatir aku akan coba menjelaskan kepada Mas Faisal tentang akar dari permasalahan ini semua, dan juga aku akan pastikan bahwa Mas Faisal tidak akan marah sama Clara." Sambung Indah.

Nita sangat percaya dengan ucapan Indah, ucapan Indah selama ini selalu terbukti benar dan akurat. "Indah atas nama Clara aku minta maaf." Indah mengangguk-anggukan kepalanya mengiyakan ucapan Nita.

"Sekarang jangan nangis lagi semuanya udah selesai kan?" Tanya Indah yang kembali mendapat gelengan dari Nita.

"Ada apa lagi?" Tanya Indah menautkan kedua alisnya. Nita berulangkali menghembuskan nafasnya lelah.

"Aku nggak tahu Clara udah putus sama kekasihnya atau belum, sampai saat ini juga Clara belum bertemu dengan Kenzie." Jawab Nita kembali menunduk.

"Tapi aku akan pastikan mereka berdua segera putus." Sambung Nita sambil tersenyum. Setelah itu Nita bergegas pergi dari rumah besannya.

Ia juga tidak langsung pulang ke rumah melainkan pergi ke pemakaman tempat suaminya beristirahat. Nita menatap nanar ke arah gundukan yang bertuliskan nama suaminya.

Kemudian Nita berjongkok dan mengusap batu nisan Ibrahim dengan lembut, "Mas dengan kita berdua minta Clara untuk nikah sama Erland itu salah besar." Nita menatap gundukan tanah suaminya itu dengan kelopak mata yang sudah berair.

"Aku malu sama keluarga Indah mas, mereka terlalu baik buat Clara." Sambung Nita kembali mengusap lembut nisan sang suami.

"Aku juga tidak habis fikir dengan Clara, kenapa dia masih berhubungan dengan Kenzie sedangkan aku sudah minta Clara untuk memutuskan Kenzie dan tidak lagi berhubungan dengan Kenzie"

"Aku sangat berharap Clara bisa berubah, kalau sampai Clara tidak berubah aku terpaksa akan memisahkan mereka berdua"

"Erland menderita karena permintaan kita, laki-laki baik seperti Erland harus mendapatkan seorang wanita seperti Clara anak kita." Meskipun Clara adalah anak kandungnya tapi Nita tidak membenarkan perilaku Clara yang sama sekali tidak mencerminkan seorang istri.

"Bukannya aku nggak sayang sama Clara Mas, tapi yang dilakukan Clara itu nggak bener dia salah besar. Aku merasa gagal menjadi seorang ibu." Kini air mata wanita itu sudah luruh membasahi pipinya.

Suaranya terdengar sangat serak dengan mata yang sembab dan terus mengeluarkan air, dirinya tidak menyeka air mata tersebut dan membiarkan air mata tersebut terus mengalir sampai terjatuh ke makam sang suami.

Setelah menceritakan curahan hatinya Nita memutuskan untuk segera pulang ke rumahnya.

ISTRIKU MAHASISWAKU (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang