29. Minta maaf

5.3K 214 0
                                    

Cup.

Satu kecupan mendarat tepat dikening Clara, Erland langsung pergi dari kamarnya menuju kesuatu tempat. Yang bisa menenangkan fikirannya.

Clara merasa jantungnya seakan mau lompat dari tempatnya. "Kenapa aku jadi deg-degan gini sih." Gumam Clara sambil membuka matanya secara perlahan.

Clara langsung terduduk dari tidurnya kemudian menatap pantulan dirinya sendiri di cermin meja riasnya. Lagi-lagi ia meringis kecil saat melihat tanda merah yang masih terlihat jelas di lehernya.

Clara kembali merebahkan tubuhnya, kemudian memejamkan matanya sejenak. "Ayo Clara bersikap lah biasa saja didepannya." Gumam Clara.

_Apartemen.

"Aduh lo kenapa sih, gue lagi kerja masak lo suruh gue kesini sih." Gerutu Iqbal yang menatap Erland.

"Muka lo kenapa? Ada masalah?" Tanya Iqbal yang mendapat anggukan cepat dari Erland.

"Gue udah melanggar surat perjanjian antara gue sama istri gue!" Iqbal langsung membulatkan matanya tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh sahabatnya.

"Surat perjanjian apa?" Pekik Iqbal dengan sedikit keras, sangat beruntung karena apartemen milik Erland kedap akan suara.

"Pernikahan ini bakal berakhir 7 bulan lagi setelah Clara lurus dari kuliahnya, dan saat itu juga kita buat surat perjanjian yang disetujui oleh masing-masing pihak. Tapi Dengan bodohnya gue melanggar surat perjanjian itu yang membuat Clara sangat kecewa." Jawab Erland sambil menghembuskan nafasnya pelan.

Iqbal yang mendengarnya sungguh tidak percaya, ternyata perjanjian pernikahan itu tidak hanya di film dan juga di novel melainkan di kehidupan nyata yang dialami oleh sahabatnya.

"Kenapa kalian bikin surat perjanjian segala sih?" Erland hanya terdiam mendengar pertanyaan sang sahabat. Sebenarnya surat perjanjian itu bukan kemauan dirinya melainkan kemauan istrinya.

"Lo jangan takut, lo itu suaminya secara agama maupun secara negara. Kalau emang lo salah lo harus minta maaf sama dia." Sambung Iqbal. Erland sedikit tidak menyetujui ucapan dari sahabatnya, jika tidak ada surat perjanjian itu maka dia sah-sah saja menyentuh istrinya.

Tapi ini dalam keadaan berbeda ia sudah menandatangani surat perjanjian itu bersama sang istri, "Gue takut bal, gue takut kalau dia ninggalin gue secepatnya. Apalagi mama yang sangat sayang sama Clara, gue takut mama kecewa sama gue." Jawab Erland.

Iqbal menghembuskan nafasnya pelan kemudian menatap sang sahabat yang menundukkan kepalanya, "Lo harus bisa ngadepin masalah yang lo buat sendiri, seorang laki-laki sejati akan mengakui dan meminta maaf atas kesalahannya." Setelah berbincang-bincang beberapa saat dengan Iqbal akhirnya Erland memilih untuk menenangkan dirinya sejenak di apartemen miliknya.

Sedangkan Iqbal ia sudah pergi kembali ke kantor nya karena ada meeting bersama dengan Nia dan karyawan-karyawan lainnya.

"Saya beneran minta maaf" Gumam Erland pelan. Erland terus saja menggumamkan kata maaf dan juga menyebut nama sang istri.

Akhirnya Erland tertidur dalam posisi terduduk di sofa ruang tamunya, kemudian tidak beberapa lama kemudian ia kembali terbangun karena merasa lapar.

Kemudian ia membuka ponsel untuk melihat jam, dan ternyata sekarang sudah menunjukkan pukul 12 siang. Itu artinya sudah sangat lama ia tertidur dalam posisi terduduk.

Setelah membasuh wajahnya Erland keluar dari apartemen untuk membeli makan siang di luar, setelah selesai membeli makanan dan juga beberapa minuman ia segera kembali ke apartemennya lagi.

Apartemen inilah yang menjadi saksi dan teman untuk Erland di saat sedang sedih ataupun sedang menenangkan dirinya. Erland langsung membuka makanan dan juga minuman yang ia beli kemudian memakannya dengan lesuh.

"Aku belum sholat dhuhur." Gumam Erland yang menyadari jika dirinya belum sholat dhuhur. Setelah menyelesaikan makan siangnya ia masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan mengambil wudhu untuk segera sholat.

"Ya Allah, aku mohon ampuni dosa-dosaku yang sudah ku perbuat pada istriku, aku melakukan itu karena emosi yang sesaat yang timbul di hatiku." Gumam Erland sambil mengadakan kedua tangannya ke atas.

Setelah selesai sholat dan berdoa Erland memutuskan untuk kembali ke rumah dan segera meminta maaf kepada sang istri atas kesalahannya.

"Bik Clara mana?" Tanya Erland yang sudah sampai rumah. Bahkan ia tidak mendapati sang istri berada di lantai bawah yang ada hanyalah asisten rumah tangga yang membersihkan rumah ini setiap hari.

"Masih dikamar mas, sejak pagi mbak Clara belum turun dia juga belum sarapan." Erland yang mendengarnya hanya menghela nafasnya pelan, kemudian berjalan secara perlahan menuju meja makan yang sudah banyak makanan tertata rapi di atasnya.

Dengan cekatan Erland mengambil nasi dan beberapa lauk kemudian menuangkan air ke dalam gelas, kemudian membawa makanan itu ke atas untuk diberikan kepada sang istri.

Tok.

Tok.

Tok.

"Clara." Panggil Erland dengan pelan. Namun tidak ada sahutan atau pun jawaban dari gadis itu. Membuat Erland khawatir dan dengan cepat membuka pintu kamarnya.

Erland bisa bernafas lega saat melihat sang istri yang duduk bersandar di atas ranjang sambil menatap keluar jendela, "Ini saya bawakan makanan, kata bik Siti dari pagi kamu belum makan." Kata Erland berjalan mendekat.

Kemudian Erland meletakkan nampan tersebut di samping sang istri di atas nakas, Erland menatap mata sayu milik sang istri yang terlihat sangat sembab.

"Sekarang makanlah." Sambung Erland kembali. Namun sama sekali tidak ada reaksi dari Clara membuat Erland kembali menghembuskan nafasnya kasar.

"Soal tadi malam saya minta maaf, saya terlalu dibutakan oleh emosi." Kata Erland yang mendudukkan tubuhnya dibawah sang istri.

"Saya tahu saya salah, saya sudah melanggar surat perjanjian itu. Kamu boleh menghukum saya apa saja yang kamu suka yang membuat hatimu puas." Tatapan Erland terus menatap wajah sang istri yang menatap lurus.

Sedangkan Clara gadis itu tidak bergeming sama sekali, sama sekali tidak ada pergerakan yang ditimbulkan oleh Clara. Hal itu membuat Erland semakin merasa bersalah kepada gadis dihadapannya.

"Saya tahu mungkin permintaan maaf saya tidak akan mampu mengobati rasa sakit hati kamu, memang sepertinya saya tidak pantas untuk dimaafkan"

"Saya keluar dulu, cepatlah makan mumpung masih hangat. Setelah itu istirahat saja." Akhirnya Erland berdiri dari duduknya kemudian melangkah menjauh dari ranjang sang istri.

Sebelum Erland benar-benar membuka pintu ia terlebih dahulu menoleh ke belakang untuk menatap sang istri yang masih sama, tidak ada pergerakan dari gadis itu yang kembali membuat Erland menghembuskan nafasnya kasar.

"Ini semua salahku." Gumam Erland dengan pelan. Namun tetap saja Clara masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

Clara langsung menoleh ke arah pintu saat mendengar pintu tertutup, ia kembali menitikan air matanya yang sejak tadi ia tahan dari pelupuk matanya.

Kemudian Clara melirik makanan yang dibawakan oleh sang suami, tidak ada niatan satu kalipun untuk ia kembali melempar makanan itu seperti waktu itu yang membuat kaki sang suami sampai terluka.

"Saya sedang mencoba untuk menjadi istri yang baik, tapi kenapa bapak harus menghancurkan itu." Gumam Clara dengan sangat pelan.

Kemudian Clara kembali menatap jendela dengan daun yang bergoyang-goyang di luar sana karena tertiup oleh angin, ada sebuah burung yang hinggap di ranting itu membuat Clara tersenyum kecil saat mendengar burung itu mengeluarkan suaranya.

ISTRIKU MAHASISWAKU (Selesai✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang