• PROLOG

3.1K 174 5
                                    

Sudah baca ceritaku yang lain sebelumnya?

Aku menulis cerita
“Ustadz Haruskah Aku Melamarmu

Jika berkenan,  boleh mampir dan membacanya. Semoga mendapatkan hikmah dan pelajaran yang ku tulis disana.

.
.
.

Selamat Membaca

***

Pria itu berdiri tegap,  memegang microfon dengan tegap sementara teman di kiri dan kanannya terus memutar-mutar pena dengan tangan mereka.

“Apa zina yang haram mau difasilitasi, poligami yang halal didiskriminasi? Mau dibawa ke mana negeri yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa ini?” pria yang diketahui bernama Shaleh dari dadanya itu tetap pada pendiriannya.

"Ada satu ayat yang sering diajukan untuk menjadi landasan argumen berpoligami, yaitu Surah An-Nisa ayat 3, "Kawinilah wanita yang kamu senangi dua, tiga atau empat". Namun ayat tersebut juga mengandung syarat, yaitu bersikap adil. Sehingga pemahaman sementara ialah, silahkan berpoligami asal adil." Dia melanjutkan.

"Interupsi!" Lawan dihadapan mengacungkan tangan pertanda bahwa mereka ingin menyanggah apa yang disampaikan barusan.

"Baiklah, anda akan mengatakan bahwa anda mampu adil dalam berpoligami. Tetapi, sayangnya, kriteria adil yang anda gunakan hanyalah sebatas materi. Anda lupa ada kriteria adil yang non material, yaitu keadilan dalam masalah hati. Pertanyaannya: Mampukah anda adil dalam hal yang non material itu?" Pria dengan tubuh tak kalah tegap dari Shaleh pun angkat bicara.

"Alquran dalam Surat yang sama, yaitu An-Nisa ayat 129 mengatakan, "Dan kamu sekali-sekali tidak akan dapat berlaku adil diantara isteri-isterimu." Dengan ayat ini, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa: Sesungguhnya Islam menolak secara halus adanya poligami dalam rumah tangga, tetapi kita tidak menyadarinya."  Dia berbicara dengan penuh emosi sehingga memukulkan tangannya pada meja menyalurkan rasa tidak setujunya akan poligami.

Seluruh penonton bertepuk tangan menyaksikan hal tersebut. Melihat bagaimana hebatnya anak SMP  yang sudah mampu berpikir logis dan menganalisa hal yang menjadi tabu di kalangan masyarakat.

Seorang gadis mengulum senyumannya sehingga menimbulkan lesung di wajahnya. Kedua matanya nyaris menghilang kala menerbitkan ekspresi wajah itu.

"MaasyaaAllah," ucapnya lalu menengadahkan tangan keatas, berbisik pada telapak tangan. Entah apa yang dia pinta hingga akhirnya gadis itu mengusap tangan ke wajahnya. Dia memang sedang berdoa.

Perlombaan debat tersebut akhirnya dimenangkan oleh tim kontra. Tiga orang laki laki yang memenangkan pertandingan itu pun berdiri di depan panggung untuk menerima hadiah dan sertifikat.

Kala mereka sudah selesai, gadis dengan lesung pipi di sebelah kiri itu menghampiri pembicara utama yang sejak tadi dia perhatikan. Dengan langkah pasti, dengan keberanian yang dia kumpulkan akhirnya dia sampai disana. Membawa sebuah coklat ditangan kanannya.

"Selamat untuk kemenangannya," katanya seraya memberikan coklat batang yang masih utuh.

Dua lelaki yang berada di samping saling menatap, mereka berdehem ketika menyaksikan hal yang tak biasa itu.

"Ane pamit," izin Geri, salah satu dari mereka.

"Ane juga." Dan Hamid pun ikut meninggalkan mereka, mencari tempat yang lumayan jauh namun masih bisa melihat apa yang terjadi antara dua insan yang saling kaku tersebut.

"Terima kasih," jawab Rahmat. "Untuk saya?" tanyanya karena gadis itu masih setia mengulurkan coklat tersebut.

"Iya ... selamat atas kemenangannya!" Dia sekali lagi mengucapkan.

Lelaki itu memindahkan pena yang tadinya digenggam  di tangan kanannya ke kiri, lalu meraih coklat  tersebut dan sekali lagi mengucapkan terima kasih. Namun belum sempat dia mengatakan, gadis itu sudah berlari.

"Tunggu!" panggilnya ikut mengejar sang gadis hingga akhirnya mereka berhenti dan saling menatap. Spontan saja keduanya saling mengalihkan pandangan.

"Saya Rahmat. Kamu?" tanya lelaki itu. Dia hanya ingin tahu siapa nama gerangan yang sudah berbuat baik padanya itu.

"Winda." Gadis itu tersenyum kecil kemudian berkata, "Rahmat ... izinkan aku menyebut namamu dalam doaku. Terima kasih." Dia  berlari meninggalkan Rahmat yang terkejut dengan perkataan barusan.

Rahmat menatap kepergian gadis yang kini berhasil masuk ke dalam sebuah mobil hingga mobil itu hilang dari pandangan.

"Dia masih anak-anak, namun sudah punya keberanian." Rahmat dibuat geleng-geleng kepala dengan tingkah gadis itu.  "Kamu meminta izin padaku? Bahkan kamu sendiri tidak tahu bagaimana aku sebenarnya."

***

Alhamdulillah 🌝🌝

Cerita baru, nih!!

Gimana sama prolog nya?
Udah penasaran belum?🙄

Kasih bintang dong!
Biar  Semangat update nya😂

Di publikasikan pertama kali pada 21 Desember 2021

Kembali di publikasikan pada 17 September 2024

Ku Lupakan Kamu dengan BismillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang