HAPPY READING!!Pipiw!!
Deru suara kendaraan yang menghiasi jalan raya yang terlihat ramai. Awan sudah mulai gelap. Gibran mengendarai motornya amat pelan karena gadisnya itu sedang tertidur pulas di atas bahunya, takut jika ada apa-apa dengan gadisnya, ia lebih baik mengurangi kecepatan motornya.Gibran merasakan hembusan nafas teratur Alesha mengenai curuk lehernya. Laki-laki itu sedikit menegang, kemudian tangan kirinya meraih tangan Alesha, lalu melingkarkannya pada perutnya.
Gibran mengendarai motornya dengan kecepatan standar. Sesekali menikmati ramainya jalan raya yang belum terlalu padat oleh kendaraan. Melirik gadisnya yang sedikit menggeliat, gadis itu malah mempererat pelukannya pada Gibran, Sehingga Gibran tersenyum tipis.
Rintik hujan perlahan turun. sedikit membasahi punggung tangan Gibran. Gibran menoleh kala merasakan gadis itu menggeliat dan melonggarkan pelukannya. ternyata gadisnya terbangun.
"Tidur aja gapapa. nanti gue bangunin pas sampe rumah,"
Alesha mengangguk samar.
Detik selanjutnya, hujan turun tanpa aba-aba hingga membuat kedua insan itu sedikit terperanjat karena terkejut.
Hujan semakin deras, baju yang dikenakan keduanya semakin basah. Gibran mengegas motornya sedikit cepat agar lebih cepat sampai. Namun sepertinya hujan semakin deras, hingga ia langsung memikirkan gadisnya. takut jika gadisnya itu merasa kedinginan.
Gibran menghentikan motornya pada salah satu halte yang terlihat ada beberapa orang saja. berniat untuk meneduh sampai hujan sedikit reda. jika terus di trobos, baju mereka akan lebih basah.
"Disini dulu ya, sampe hujannya reda," kata Gibran sedikit meninggikan suaranya, karena hujan sangat deras.
Alesha mengangguk mengiyakan. Keduanya sudah meneduhkan dirinya pada suatu halte pinggiran jalan raya. terlihat banyaknya kendaraan yang berlalu lalang saja menerobos derasnya hujan.
Gibran menoleh melihat Alesha yang sedikit kedinginan. laki-laki itu melepas jaket kulit hitamnya, lalu memakaikannya kepada Alesha.
Alesha mendongak, mendorong kembali jaket yang hendak Gibran pakaikan. "Gak usah, lo aja yang pake, lo juga butuh," Kata Alesha.
Gibran menggeleng. "Enggak, lo yang lebih butuh," Pasalnya Alesha hanya menggunakan seragam sekolah saja, biasanya ia selalu membawa jaket kulit hitam sama seperti Gibran, tapi entah kelupaan atau apa, gadis itu tidak membawanya.
"Enggak." Bantah Alesha. Alesha menipiskan bibirnya, merasakan semakin dinginnya udara malam hari.
Gibran kembali menangkupkan jaketnya pada punggung Alesha, tidak menghiraukan gerutuan gadis itu.
"Pake," kata Gibran sedikit memaksa.
Alesha hanya pasrah.
Sudah hampir 15 menit, hujan masih saja belum reda. Kini tinggal hanya ada Gibran dan Alesha di halte itu. Entah hujan sepertinya tidak mau reda.
Gibran menoleh kepada Alesha yang semakin kedinginan, gadis itu semakin mempererat jaket yang ia pakai.
Gibran menjulurkan tangannya, membawa gadis itu untuk bersandar pada dadanya. Berharap gadis itu sedikit merasa hangat.
Alesha mendongak, kala dirinya telah bersandar pada dada bidang Gibran. melihat wajah tanpam Gibran dari bawah sana, terutama jakunnya yang bergerak naik turun.
Alesha tidak memberontak. ia malah menikmati atmosfer yang berhasil menghangatkan dirinya.
Gibran mengulas senyum, kala Gadisnya telah memejamkan matanya. Alesha tertidur dengan tenang di atas dada bidangnya. Syukurlah.
***
Gibran menuruni motornya dengan hati-hati. Bahunya masih menopang kepala Gadisnya yang tertidur, ia sangat telaten menahan tubuh mungil gadis itu. Setelahnya ia menggendong gadis itu ala bridal style. Gadis itu masih tertidur pulas, tidak terusik sedikitpun.
Gibran membuka pintu utama yang belum terkunci dengan hati-hati. Setelah pintu utamanya terbuka, dihadapannya sudah menanti kedua orangtuanya yang bersekap dada. Raut wajahnya begitu dingin tak bisa di artikan.
"Gib....!" Ucapan Dania terpotong, saat Gibran meletakan jari telunjuknya di ujung bibir tebalnya. Seketika Dania terdiam mengerti.
"Jangan berisik. Bentar dulu kalo mau marahin Gibran," Gibran melangkahkan kaki nya menaiki satu persatu anak tangga, yang menghubungkan ruang tamu dengan kamar Alesha dan dirinya yang bersebelahan di lantai dua.
Gibran membuka knop pintu kamar Alesha dengan hati-hati, takut jika gadisnya akan terjatuh, dari atas gendongannya.
Gibran menyelimuti tubuh Alesha sampai sebatas dada. Wajah gadis itu terlihat tenang kala tertidur, matanya tetap terlihat cantik walau terpejam, disebabkan bulu mata Alesha yang sangat lentik.
Gibran mengulas senyum. Mengacak hijab yang masih tersemat pada kepalanya. menunduk, setelahnya laki-laki itu mencium singkat kening Alesha.
"Mau bangunin lo buat mandi. tapi, gue gak tega bangunin lo. biarin aja lah, lo, bau juga," Gumam Gibran disusul dengan kekehan.
Gibran berbalik. Membuka knop pintu untuk keluar, lalu menutup pintu kamar Alesha kembali.
Kakinya meuruni satu persatu anak tangga. Saat telah berada pada ruang tamu, laki-laki itu mendudukan bokongnya pada sofa dengan santai. mendongak menatap kedua orangtuanya yang menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.
"Kemana aja kamu Gibran. sudah malam begini baru pulang, sampe Alesha ketiduran gitu. kasihan dia," Kata Dania menasehati. Nadanya bicaranya memang selalu lembut, namun jangan pernah abaikan dia jika sudah benar-benar emosi.
"Sama anak gantengnya ini? Gak kasian juga?" Tanya Gibran menunjuk dirinya sendiri dengan harap.
"Gak." Jawab Dania dan Rehan serempak. Gibran yang mendengar itu sedikit tersentak, setelahnya kembali berwajah melas.
"Berasa anak tiri," Gumam Gibran. tidak dapat didengar oleh orangtuanya.
"Habis darimana Gibran, bukannya tadi Mama nanya?" Rehan menatap anak sulungnya itu sedikit tajam.
"Ya. Habis dari sekolah, terus ke supermarket, terus kee..., Kemana-mana hati ku senang." Gibran langsung beranjak dari duduknya. Dania menatap Gibran tajam. bisa-bisanya anak itu bercanda.
"Badan Gibran bau. mau mandi dulu ya," Gibran melangkahkan kakinya menaiki tangga.
"Intinya Gibran habis buat Cewek Gibran Bahagia," Pekiknya saat laki-laki itu sudah pada lantai atas.
Rehan dan Dania saling menatap. menautkan keningnya bingung. "Cewek?" Gumam keduanya.
Hallo. Broth!!
꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡
-🫀-
Revisi: Selasa, 15 Februari 2022.
Sayang kamu.
T
bc.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN ALGHAFRI
Teen FictionGibran, Seorang pria bernama 'Gibran, dengan nama panjang Alghafri. Sosok Kaka laki-laki yang sangat menyayangi adiknya, selalu ada untuk adiknya, over protective, dan tidak mudah membiarkan pria mana pun bisa dengan mudah menyantuhnya. Kedekatan me...