Salah apa?

373 35 8
                                    

44.

Tambahkan komentar di setiap paragraf yaa!!🤩

Komentar dan vote mu, semangat kuu❤️

-


Ricard memilih berjalan ke arah brankar, sedangkan kedua bodyguard itu menunggu di luar. Ricard berjalan perlahan, malihat itu sang suster pun menggeser tubuhnya agar Ricard bisa lebih dekat dengan brankar itu. Suster sudah mengetahui kalau Ricard adalah seorang anak dari wanita itu. Ia pun memilih berpamitan setelahnya.

Hening cukup lama. Mereka hanya menatap satu sama lain tanpa adanya ucapan yang terlontar. Tatapan rindu terpatri jelas di manik mata hitam cowok itu, sedangkan wanita itu hanya menatap datar sekaligus raut bingung.

Ricard tak tahan lagi. Dia benar-benar rindu dengan sosok wanita di hadapannya ini.

Ricard langsung memeluk erat wanita itu.

Tenang, hangat, dan nyaman. Itulah yang dirasakan oleh Ricard. Dia merindukannya. Ya, sungguh. Ricard tidak bisa lagi menyembunyikan tangisnya, dia menangis sejadi-jadinya pada pelukan wanita setengah baya itu yang masih bingung.

"Mamy." Lirih Ricard dengan suara bergetar bersamaaan dengan lelehan air mata yang turun mengenai pipinya. Demi tuhan, dia tidak mau lagi kehilangan Mamanya.

"S-siapa?" Ujar wanita itu bersuara serak. Ricard tersenyum. Dia bahagia dapat kembali mendengar suara wanita hebat itu.

Ricard melerai pelukan mereka. Dia masih menatap wajah indah itu dengan perasaan hangat.

"Aku engga marah, Mi. Aku engga marah Mamy engga ngenalin aku sekarang ini. Karena Ricard tau kalau mamy baru saja terbangun dari mimpi indah, Mamy selama bertahun-tahun,"

Ricard berkata seperti itu membuat dahi perempuan itu berkerut bertambah bingung.

Ricard tersenyum lebar.

"Aku anak laki-laki satu-satunya punya, Mamy." Ujar Ricard.

Perempuan itu menunduk. Dia terdiam sambil melihat jari-jarinya, seolah sedang berfikir sesuatu. Cukup lama Ricard menunggu hingga akhirnya wanita itu kembali mendongak, masih dengan wajah datar.

"R.... Ricard, Anak laki-laki kesayangan saya?"

Binar di mata Ricard langsung terlihat. Dia kembali menghambur ke pelukan sang ibu. Benar, Mamy-nya masih ingat!

Dengan ragu Veidya membalas pelukan anaknya itu. Entah kenapa caira bening langsung lolos dadi pelupuk matanya. Seketika dia merasa telah kembali menemukan sosok yang hilang ini, seperti ada aliran kuat di antara mereka berdua. Veidya, juga merindukan anak laki-lakinya.

"Ricard rindu, Mamy.."

"M-mamy juga."

"Ini beneran Ricard? Darah daging saya?" Ricard melerai pelukan. Tangan Veidya mengangkupi kedua pipi Ricard. Masih tidak percaya dengan sosok dihapannya ini. Dia benar putranya. Dan dia sudah tumbuh menjadi anak yang sudah dewasa.

"Ini beneran Ricard?"

Ricard terkekeh mendengar itu. Dia merasa lucu dengan tingkah sang ibu.

"Yes, Mamy. I'm the most handsome boy,"

"Hahaha. You're always confident, honey.

Ricard tersenyum melihat senyuman dan tawa itu. Dia masih tak percaya dengan takdir ini. Tapi ia sangat bersyukur karena Tuhan masih memberinya kesempatan untuk bertemu sang ibu.

GIBRAN ALGHAFRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang