Gak enak badan

392 28 1
                                    


46.

Buat warga gamon yang lupa sama alurnya, pasti lupa ya hhe?

Baca ulang part sebelumnya ya!

Happy reading gayss!

****

Lapangan SMA Panglima bangsa telah terdekor sedemikian rupa. Hari ini adalah hari H pertandingan basket yang akan di adakan di SMA panglima bangsa sendiri dengan tamu dari SMA Gemilang tiga. Tentunya sudah banyak persiapan yang telah dilakukan baik oleh para tim pemain basket yang akan mewakili. Tentunya juga para Osis yang dengan suka rela dan kerja kerasnya untuk menyusun acara agar berjalan dengan baik.

Pagi sekali seluruh anggota Osis sudah terlihat sibuk dengan tugasnya masing-masing. Padahal pagi ini baru menunjukan pukul stengah 7 pagi tetapi mereka sudah datang ke sekolah dengan semangat, bahkan pekerjaan mereka sudah hampir selesai. Mereka memulainya sejak jam 6 pagi.

Alesha yang tak kalah sibuk. Ia sudah beberapa kali berbolak-balik hanya untuk mengecak setiap peralatan agar semuanya siap tanpa ada kekurangan. Mulai dari peralatan olahraga yang menjadi barang utama yang harus di siapkan.

"Sa! Mending lo sarapan dulu sana!" teriak Bima yang sedang sibuk mengecek (salon) di ujung sana.

Alesha datang ke sekolah sangat awal. Bayangkan saja, pukul 5 pagi ia sudah bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Bahkan untuk sarapan pun ia tidak sempat. Ia mengatakan kepada Papanya― Rehan, kalau dia akan makan di kantin saja. Ya, Alesha dihantar oleh Papanya bukan Gibran. Gibran juga tidak mengetahui kalau ia berangkat sangat awal hari ini.

"Nanti aja, Bim! Tanggung ini!" teriak Alesha lagi membalasnya. Karena jarak antara keduanya lumayan jauh.

Tak ada sahutan lagi dari Bima, Alesha memutuskan untuk pergi ke toilet. Perkerjaannya sudah selesai dan ia ingin mempersiapkan dirinya agar fress dan rapih lagi. Ia yakin bahwa penampilannya lusuh lagi karena cukup berkeringat pagi ini. Jadi ia akan memperbaiki penampilannya.

Selesai mencuci wajahnya. Alesha sedikit memoleskan skincare pada wajahnya, juga sedikit memoleskan sedikit bedak bayi pada wajahnya.

Bibirnya terlihat pucat karena tidak memakai olesan lipstik ataupun liptin pada bibirnya. Ia lupa membawanya karena terlalu terburu-buru.

Suara mikrofon dari arah luar membuat lamunannya buyar. Ia langsung bergegas untuk merapikan alat pribadinya lalu kembali bergegas ke lapangan.

Ternyata tamu undangan mereka dari sekolah Gemilang tiga sudah sampai. Waktu juga sudah menunjukkan pukul setengah 8, dan sebentar lagi acara akan dimulai.

Alesha menaiki podium untuk menjadi kordinator sambil memantau berjalannya acara. Ditemani dengan teman-teman Osisnya yang lain yang juga bertugas di atas podium.

Alesha melihat segerombolan para pemain basket itu berjalan di tengah lapangan dengan beriringan. Satu orang yang membuat mata Alesha tertuju padanya. Entah, saat kontak mata dengan si cowok tinggi bergestur atletis itu dadanya langsung berdetak dengan kencang. Mata tajam itu seolah menatap penuh arti padanya, dan firasat Alesha mengatakan hal tersebut bukanlah hal baik.

Alesha langsung memutuskan kontak mata itu lalu fokus ke arah lain.

Suara pak Ferio kembali membuyarkan lamunannya. Acara hampir dimulai dan ia langsung fokus pada acaranya.

GIBRAN ALGHAFRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang