Ketemu calon mertua

474 36 26
                                    

Hai hai haii!!

Huhu ga nyangka udah 20 Chapter!

Thanks you so much! Udah nemenin sampe saat ini. Buat kalian pembaca baru, salam kenal!✌️✌️

°°°

Suasana kelas 12 Ipa 2 seperti biasa terdengar sangat berisik, entah apa yang mereka semua lakukan sehingga membuat kelas seperti pasar seperti ini.

"Berisik!"

Satu kata itu sembuat kelas yang tadinya ruiuh dan berisik itu seketika hening dan menatap takut kepada cowok menghentikan aktivitas mereka. menelan salivanya susah payah saat mata cowok itu benar-benar menatap mereka tajam dan tidak main-main.

"Bisa diem ga? Kaya binatang lo semua." Setelah mengatakan itu, laki-laki itu beranjak sambil menggebrak meja. Berjalan menuju pintu, tatapan laki-laki itu terus tergilir pada semua manusia di kelas itu yang sudah terdiam membisu.

Fadzi berjalan di kolidor setelah meninggalkan kelas yang rusuh itu. Cowok itu sangat tidak suka keributan, jika keributan terjadi disitulah mulut pedasnya beraksi dan dapat membungkam semua orang.

Dentingan suara ponsel membuat Fadzi segera meronggah saku celana untuk mengecek ponselnya.

Gib
Pagi batu

Sorry. Hari ini gua ga masuk dan enggak bisa ikut Sertijab. Gue sakit, kepala gue bocos. Tolong sampein ke Pak Ferio. Thanks batu.

Me: Rasain.

Gib
Ih bego!

Fadzi menyinggung senyuman tipis, kemudian menaruh kembali ponselnya pada saku.

Saat hendak melangkahkan kakinya kembali, tiba-tiba saja bahunya di tepuk kencang oleh seseorang.

Melirik tajam tanpa sepatah kata.

"Pagi Fadzi!" Rara, Gadis itu sangat antusias pagi ini, entah karena apa.

"Gausah nyengir. Mirip kambing."

Astaghfirullah mulutnya.

Rara mencubit leher Fadzi kencang, legannya ia tumpu kan pada bahu Fadzi, keduanya sedang berjalan.

"Mulut lo!" Kesal Rara.

"Baytheway. Gibran mana? Lo liat ga?"

"WOI BUDEK YAA!" Rara berteriak kencang tepat di telinga Fadzi. Pasalnya ia kelewat kesal karena Fadzi mengabaikannya.

"Dia geger otak."

"Anjir yang bener batu!" Geram Rara.

Fadzi tetap melangkah santai tanpa menghiraukan Rara yang menggerutu kesal kerenanya. Rara terus mengoceh hingga tak sadar kini mereka sedang di tangah-tengah lapangan.

"Diem." Satu kata yang di lontarkan cowok itu mampu membuat Rara terdiam dan menghela nafas. Tak lama matanya menemukan sosok yang pas untuk dirinya tanya.

"Alesha! Sini!" Pekik Rara kencang sambil melambaikan tangannya.

Gadis yang merasa namanya di panggil lantas langsung menghampirinya.

"Iih cantik banget ketos kita ini!" Rara merentangkan tangannya, memeluk erat Alesha, kemudian melerainya kembali.

Alesha hanya tersenyum malu. "Ada apa manggil gue Kak?"

GIBRAN ALGHAFRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang