Kebahagiaan?

333 35 18
                                    

Jangan lupa follow sebelum membaca!

Follow Ig ini ya❤️

@alsa.nv
@wp_by_acaaa

••••🧚🧚••••


Cahaya mentari pagi hari yang indah untuk dinikmati kini telah terbit, kicauan burung yang terdengar saling bersahutan pun tak sedikit membuat dua remaja yang masih memejamkan matanya terganggu.

Gadis itu menggeliat kecil. Perlahan ia membuka matanya, menyesuaikan cahaya yang memasuki pupil matanya.

Terdiam sejenak saat penglihatannya sudah terlihat jelas. Ia mendongak ke arah samping saat menyadari sesuatu, tangannya di ganggam oleh seseorang.

Alesha mendongak dengan posisi masih berbaring di kasur empuk nya. Tak sedikitpun terkejut saat melihat pemandangan di hadapannya sekarang. Gibran, cowok itu tertidur dengan teduduk di lantai denga kepala yang tertidur di tepian ranjang, bahkan tangannya tak melepaskan genggama keduanya.

Alesha berdecak kecil. Memang sudah terbiasa Gibran melakukan ini, disaat-saat Alesha demam, ataupun sakit lainnya.

Meringis pelan. Tangan Alesha terangkat mengambil kain yang menempel di keningnya, kain yang sudah mengering itu masih di genggamannya sekarang.

Menatap wajah Gibran yang masih terlelap, lalu kembali pada kain yang masih di genggamnya.

"Thanks," ucapnya kecil. Menaruh kain itu pada nakas dekat baskom kecil, ia kembali beralih pada Gibran yang masih saja belum terbangun.

Alesha menghela nafas pelan. Menjulurkan tangannya mengusap lembut Surai hitam Gibran. "Semuanya pasti akan baik-baik aja, kan, kalo ada lo?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Alesha menatap kosong ke depan. Ia teringat kejadian semalam yang hampir membuat dirinya hambis manjadi mangsa cowok brengsek itu.

Alesha tidak habis fikir dengan Algar yang kembali menemuinya, ada maksud apa sebenarnya hingga ia kembali ke kehidupan Alesha.

Tak mau berlarut larut dalam pemikiran yang tidak baik. Alesha segera beranjak, tak lupa ia melepaskan genggamannya yang masih di genggam erat oleh Gibran dengan perlahan.

Dengan gerakan pelan Alesha mulai melangkahkan kakinya memasuki kamar mandi. Meninggalkan Gibran yang masih saja belum terbangun.

Alesha menghidupkan keran air. Ia ingin segera membersihkan tubuhnya untuk berangkat ke sekolah. Jadwal hari Sabtu memang tidak ada mapel, tetapi jadwal Osis nya lah yang membuat jadwalnya sepadat jalanan Jakarta.

Usai mandi tadi Alesha sudah tak menemukan keberadaan Gibran di kamarnya. Baskom kecil dan juga kain itu pun sudah tak ada di nakas, mungkin saja Gibran telah keluar dari kamarnya sejak ia mandi.

Alesha menyaut tas ranselnya cepat, ia langsung keluar kamar untuk sarapan pagi.

Berjalan pelan menuruni tangga. Menyipitkan matanya kala melihat seseorang yang tidak begitu asing baginya, tetapi baru pagi ini ia melihat orang itu.

"Pagi." Sapa Alesha dengan sopan. Ia segera duduk di kursi tempat seperti biasanya ia makan.

"Pagi sayang. Kamu udah engga demam lagi kan?" Tanya Dania dengan lembut, tentu Alesha mengangguk dan tersenyum.

"Em.., Ma? Itu siapa?" Tanya Alesha pada Dania yang sibuk menata nasi pada piring Rehan. Dania menoleh ke arah ruang tengah yang disana ada seorang perempuan tua yang sedang membaca majalah.

GIBRAN ALGHAFRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang