Apa maksudnya?

289 24 2
                                    


Votmennya jangan lupa yaaa🔥
Bintangmu sangat berarti bagi saya!

Typo? Perbaiki di komentar ya!


41.

"Kemana anak itu?"

Suara wanita yang terdengar begitu angkuh pun menyadarkan sepasang suami istri yang sedang duduk di sofa. Sedari tadi mereka masih menunggu kehadiran anak-anak mereka yang tak kunjung pulang.

Dania dengan sedikit bekas lelehan di pipinya pun memutar tubuhnya. Begitu juga dengan Rehan yang tak melepas rangkulannya pada pundak sang istri.

"Memang ya. Anak itu selalu saja bikin masalah. Tidak bisa di atur, pulang malam sampai tak ingat waktu, tidak pernah terlihat kalem seperti Bianca." Cerca Nenek Rumi yang baru saja mendudukan dirinya pada sofa sebelah. Nada bicaranya terdengar angkuh dan sangat menyayat.

Terdengar helaan nafas berat yang meluncur pada pernafasan Dania. "Alesha tidak seperti itu Bu. Pasti ada hal lain yang membuat dirinya berkendala saat pulang," jelas Dania. Dania pasti mengenal betul sifat anak perempuan satu-satunya itu.

Nenek Rumi memalingkan wajahnya. "Selalu saja bela anakmu itu,"

"Bukan masalah seperti itu Bu. Saya ibunya, pasti kenal betul dengan sifat anaknya. Ibu jangan suka membanding-bandingkan putri saya seperti itu." Kata Dania terdengar begitu lemah lembut. Sebenarnya ia tidak terima kalau anaknya dibanding-bandingkan seperti itu. Namun karena Rumi adalah Ibu kandungnya, tak mungkin ia berkata kasar dan tidak sopan kepadanya.

"Sudah-sudah ya. Jangan ribut. Bu, Sayang. Udah ya. Mereka pasti udah perjalanan pulang. Kita tinggu aja sampai mereka datang." Lerai Rehan kembali merangkul pundak Istrinya agar sedikit memberi ketenangan.

"Awas saja ya. Kalau kedua cucu saya, Gibran dan Bianca kenapa-napa karena anak itu. Saya engga segan buat hukum dia,"

"Bu! Alesha juga Cucu ibu!" Bentak Dania hilang kendali. Sampai membuat Rumi juga Rehan tersentak karenanya. Tak pernah Rehan melihat istrinya berkata tinggi seperti itu, disisi lain Rehan juga khawatir dengan kesehatan jantung istrinya.

"Berani kamu bentak saya Dania?"

"Bu sudah Bu. Udah ya, Sayang." Ucap Rehan berusaha melerai pertangkaran mereka.

"Kamu ini. Semenjak kelahiran anak itu menjadi sering emosional dan selalu saja bentak Ibu!"

"Maaf kalau selama ini Dania sering bentak Ibu. Tapi Dania mohon Bu, sekali saja Dania ingin lihat. Apakah ibu engga pernah sayang sama Alesha?" Lelehan air mata Dania mulai menderas.

Rumi tidak menjawab. Melainkan memalingkan wajah kembali. Sedangkan Rehan hanya bisa mengelus-elus punggung istrinya agar istrinya sedikit tenang.

"Kenapa ibu engga pernah sayang sama Alesha? Alesha juga butuh kasih sayang dari seorang Nenek.... Apakah Ibu engga pernah mikirin itu?"

"Saya sudah punya Gibran dan Bianca. Lalu? Untuk apa saya memerlukan anak itu?"

"Ibu... Ibu kenapa? Apa yang salah dengan Alesha? Apa dia pernah berbuat salah? Kalau begitu Dania minta maaf kalau dia pernah berbuat salah." Lirih Dania.

"Saya tidak pernah menginginkan kehadiran dia, DANIA! Apa itu belum cukup jelas?!" Bentak Nenek Rumi berdiri. Lelehan air mata di pipi Dania pun kembali membasahi.

"Kenapa Ibu....?"

"Karena dia bukan bagian dari kita Dania! BUKAN!" Tubuh nenek Rumi bergetar, ia hampir menangis tapi perempuan tua itu langsung bergegas pergi ke kamarnya dan langsung membanting pintu kamarnya.

GIBRAN ALGHAFRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang