Pencet bintang boleh lah, ya?
Jagan lupa coment disetiap paragraf, typo? Kome aja.
Happy reading!
°°°
Brakkk!
"Astaghfirullah! Den. Kalo dikasih hukuman ya jalanin atuh jangan di tendang begitu embernya, kan jadi banjir jadinya." ucap Mang Jajang yang kebetulan melewati area toilet laki laki itu menceramahi Gibran karena menendang ember hingga air kotor bekas pel an itu berserakan.
Gibran menggaruk tekuknya gugup menampilkan deretan gigi rapinya itu kepada Mang Jajang yang menatapnya heran. "Eh.., iya Mang maaf. Nanti Gibran beresin." Mang Jajang mengangguk, kemudian melenggang pergi meninggalkan Gibran yang masih berkutat dengan hukumannya.
Saat Gibran kembali ke kelas tadi ternyata pelajaran sudah selesai, Pak Astono merasa sedikit kesal. Dan sebagai hukumannya Gibran dan Ricard diperintahkan membersihkan toilet laki laki. Iya, Ricard juga turut di hukum karena lama sekali menyusul Gibran, tentu Pak Astono mengira kalau mereka berdua sengaja menghindar dari pelajaran PPKn.
Ricard keluar dari salah satu toilet laki laki dengan pel-pelan dan ember yang di bawanya. Jangan lupakan pengapit hidung yang selalu ia gunakan. Ricard tersenyum lebar ke arah Gibran, kemudian menaruh pel pelan itu pada tempatnya.
Melepas apitan hidungnya mulai merebut oksigen di sekitarnya. "Bau banget tai manusia ini, Ya Tuhan." Ricard menghela nafas panjang, sungguh ia paling tidak bisa menahan nafas di penjaranya tai ini.
"Dih. Emang Lo bukan manusia?" Gibran menatap jijik ke arah Ricard yang sok itu.
Ricard yang sedang memakai sepatunya itu mendongak. "Manusia lah! Lo kira gue alien selama ini? Tai gue mah beda, wangi! Semerbak wangi mawar!"
Gibran menelempeng kencang kepala Ricard. "Melati aja sekalin!" Ujarnya, langkah Gibran mendekat pada salah satu toilet laki laki yang belum sempat di bersihkannya karena di dalam toilet itu ada seseorang yang sedang membuang harta karun alias tai.
Ricard yang selesai memasang sepatunya kembali langsung menepuk pundak Gibran." Gue balik ya bro! Silahkan kerjakan hukumanmu. Noh apitan idungnya gue taro di wastafel, siapa tau butuh." Ucapnya sebelum pergi dari sana.
Gibran melirik apitan hidung milik Ricard yang tergeletak di wastafel. Lalu kembali mendongak ke arah depan yang terlihat jelas pintu toilet.
Laki laki berbadan gumpal itu baru saja keluar dari salah satu pintu toilet, dengan tangan yang masih merapikan celananya yang melorot.
"Udah Bob buang emasnya?" tanya Gibran basa basi, ia ingin mempercepat pekerjaan nya namun manusia kingkong ini malah menjeda nya dengan alasan pengen buang hajat.
Laki laki bernametag Boby Ariawan itu mengangguk sembari menggaruk telinganya. "Udah kok. Kalo mau gali emasnya lagi korek aja wc nya."
"Heh! Sialan lo!" Sentak Gibran, dan detik ini itu juga Boby langsung melarikan diri karena takut jika kena sembur Gibran.
Gibran menghela nafas. Menatap bergantian pada pel pelan dan ember yang dibawanya, bersiap membantai dunia per WC an saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
GIBRAN ALGHAFRI
Teen FictionGibran, Seorang pria bernama 'Gibran, dengan nama panjang Alghafri. Sosok Kaka laki-laki yang sangat menyayangi adiknya, selalu ada untuk adiknya, over protective, dan tidak mudah membiarkan pria mana pun bisa dengan mudah menyantuhnya. Kedekatan me...