Berbeda

173 11 2
                                    

Kondisi Alesha tiba-tiba drop parah hingga akhirnya dokter menyarankan agar Alesha di Infus. Orangtua mereka tentu saja khawatir karena mereka belum saja pulang padahal hari mulai gelap.

Mama Dania dan Papa Rehan sudah mengetahui keadaan Alesha dan langsung datang menjemput mereka di sekolah menggunakan mobil pribadi mereka. Mama Dania sampai menangis, sampai di sekolah pun wanita setengah baya itu langsung memeluk erat anak perempuan satu-satunya itu. Sedangkan Alesha hanya bisa tersenyum tipis dan saat ini wajahnya benar-benar pucat.

Mereka baru sampai ke rumah pada pukul 20:00 malam. Menunggu agar keadaan Alesha sedikit membaik hingga akhirnya diperbolehkan pulang untuk istirahat.

Setelah sampai, Gibran dengan cekatan segera menggendong tubuh Alesha untuk segera di bawa ke dalam rumah dan beristirahat di kamar. Karena kondisi di luar sangatlah dingin, dapat beresiko tinggi dengan keadaan Alesha yang kurang sehat.

Melihat anak laki-lakinya yang begitu cekatan, Papa Rehan tersenyum. Setelahnya ia segera memasukan mobilnya ke dalam garasi dan ikut bergabung memasuki rumah mereka.

Gibran langsung membaringkan tubuh Alesha setelah sampai di kamarnya. Tak lupa Gibran pakaikan selimut untuk adiknya itu agar ia tidak merasa kedinginan.

Tak lama. Mama Dania datang membawa sebuah nampan berisikan bubur dan te h hangat untuk Alesha. Gibran yang menyadari kehadiran Mamanya itu segera menyambutnya, mengambil alih nampan yang dibawanya.

"Alesha masih tidur Ma. Biar Gibran aja nanti yang bangunin Alesha, ya? Mama Istirahat aja."

Mama Dania menghela nafas. "Harusnya Mama yang bilang itu ke kamu Gibran,"

Gibran tersenyum. "Mama engga usah khawatir ya. Habis ini Gibran langsung istirahat ko,"

"Yasudah kalau begitu. Mama mau siapin air hangat dulu buat Papa mandi. Jangan lupa kamu juga makan ya, buburnya ada di dapur." ucap Mama Dania sebelum keluar dari kamar Alesha dan kembali menyisakan kedua insan itu.

Setelahnya Gibran tak langsung membangunkan Alesha. Ia meletakan nampan itu di meja, lalu duduk di pinggir kasur Alesha.

Mengamati wajah gadisnya yang terlelap.
Wajah yang masih terlihat pucat kebiruan.

Gibran menggenggam tangan Alesha dan mengelusnya lembut. Menyalurkan kekuatan yang ia sendiri pun tak tahu akankah hal itu perpengaruh.

Tetapi, satu yang ada di hati Gibran. Ingin sekali terucap namun nyatanya sulit.

Hingga akhirnya ia menunduk. Entah sejak kapan air mata tergumpal di pelupuk matanya hingga tak sengaja menetes mengenai tangan Alesha.

Ringisan tiba-tiba terdengar. Secepat kilat Gibran menghapus air matanya.

"Dingin..."

"shh..."

"Ale.. kenapa hm?" Gibran mengusap-usap tangan Alesha. Mata Alesha belum terbuka sempurna, dia mengigau.

"Dingin shh.."

"Gue matiin AC nya ya?"

Alesha menggeleng. Pelipisnya berkeringat.

GIBRAN ALGHAFRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang