Bioskop

323 38 23
                                    

Happy reading!

Tulisan miring: Flashback.
••••

Dengan langkah yang tergesa-gesa, Gibran berlarian di area koridor yang sudah terlihat sepi itu. Dirinya langsung bergegas mencari Alesha usai dari perpustakaan tadi. Entahlah, mungkin dirinya sudah mempertimbangkan akan ikut latihan atau menemani Alesha menonton. Ia tak ingin mengecewakan para anggotanya, tetapi ia juga tak mau mengecewakan gadisnya.

Gibran tau Alesha gadis dewasa yang pasti faham dengan kondisinya sakarang. Tetapi Gibran juga tida tega jika harus membiarkan Alesha pergi sendirian ke bioskop. Rasa posesif nya semakin tinggi kala dirinya tidak ada di samping Alesha.

Selalu fikiran negatif yang selalu menghantuinya. Entahlah dia yang terlalu posesif atau memang ada firasat buruk?

Ah sudahlah. Gibran memang posesif. Bilang saja dia cowok lebay.

Gibran menumpukan kedua telapak tangannya di atas lutut. Mendongak ke arah gadis yang sekarang sudah tepat berada di hadapannya dengan menatapnya bingung.

"Gibran? Kemana aja lo, gue nyariin." Alesha merangkul Gibran untuk duduk di kursi panjang karena merasa tidak tega dengan kondisi Gibran yang kelelehan.

"Kaya di kejar maling aja lo. Ini minum dulu," Alesha memberikan botol minum miliknya kepada Gibran― Gibran tidak menolak dan langsung meneguknya hingga tandas.

Alesha menggelengkan kepalanya. Menerima juluran tangan Gibran yang kembali memberikan botol minumnya. "Astaghfirullah.., Rakus banget ini anak." Gumam Alesha.

"Sa?" Gibran memanggil Alesha. Seketika Alesha mendongak serius ke arah Gibran, raut wajahnya yang menunjukkan bahwa dirinya seolah bertanya 'kenapa?'

Gibran menghela nafas. "Janji jangan ngambek." ucap Gibran semakin membuat Alesha mengerutkan keningnya. Bilang saja belum toh, ya.

"Apaan?"

"Sore ini kayaknya engga bisa ke bioskop. Gue ada latihan buat lomba nanti, jadwal juga udah mepet banget. Kapan-kapan aja gimana?" Kata Gibran berusaha untuk membuat gadisnya itu luluh. Tetapi kemungkinan itu sangat kecil. Dan benar saja dugaannya sekarang, raut wajah Alesha langsung berubah suram seketika ketika Gibran mengatakan hal itu.

"Latihannya engga bisa di tunda?" Alesha mendengus kecewa. Padahal dirinya ingin sekali menonton film itu. Ya, walaupun kartun tetapi jika nontonnya bareng Gibran pasti seru.

Gibran menggelengkan kepalanya. Membuat Alesha membuang pandangan ke arah lain. Menatap lorong koridor sepi dengan tatapan kosong.

"Sa?"

Alesha tidak menyahut. Tetap mengabaikan Gibran yang berusaha untuk membuat gadisnya itu mengerti. Sifat Alesha memang seperti itu, kadang dewasa dan kadang juga dirinya manja. Saat ini mungkin sedang masuk fase manja.

"Kalo dipanggil orang nyaut." Sindir Gibran membuat Alesha terpaksa menoleh.

"Apa?" Ucapnya sedikit ketus.

Gibran tertawa kecil. "Lucu." Ucap Gibran dalam hatinya. Gibran sangat menyukai gadisnya itu kesal, tetapi tetap saja rasanya tidak tega.

"Kenapa ketawa. Engga ada yang lucu," sinis Alesha. Gibran menangkupkan bibir, jadi telunjuk dan jempol nya ia gunakan untuk mencubit gemas dagu Alesha, kemudian merangkul pundak adiknya itu untuk bersandar di bahunya.

"Lo. Cantik." goda Gibran.

Tidak ada sahutan dari Alesha. Gadis itu hanya terdiam dengan posisi bersandar di pundak Gibran. Tidak merasa baper sama sekali karena Gibran sudah terbiasa mengatakan godaan mautnya itu untuk membuat Alesha luluh dan menurut.

GIBRAN ALGHAFRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang