8. Curiga

258 32 12
                                        


Sebenarnya Adisti tidak tahu menahu soal seseorang yang telah menelpon barusan. Tetapi saat seseorang yang menelpon tadi bilang agar memberitahu dirinya soal Sudirman ia dengan cepat tanggap akan membantunya. Why?

"Sori, Nesse tadi ada yang telpon Lo."

"Eh, siapa," tanya Celinesse yang baru saja duduk.

"Suara cowok. Cowok Lo ya?"

"Ah, iya." jawab Celinesse sekenanya. "Um, thank's. Oiya dia bilang apa?"

"Nggak ada bilang apa-apa si, cuman nanyain kamu aja."

"Hm, gitu." respon Celinesse lalu mulai memakan mie ayam kesukaan nya.

"Oiya, Nesse. Tadi, Lo sama Sudirman kenapa?" tanya Adisti sambil menyeruput minuman es nya.

"Ah, enggak ada apa-apa, si,"

"Serius, mungkin gue bisa bantu,"

"Um, gini, Dis. Menurut Lo, Lo mending di selingkuhin atau selingkuh?"

Adisti mendadak terbatuk karena terkejut dengan pertanyaan Celinesse. "Kalo gue pribadi, lebih baik di selingkuhin. Cuman, gue juga bakal selingkuh kalo lelaki yang lagi sama gue nggak mau gue pertahankan lagi."

Celinesse mengangguk sambil bergumam pelan, "bisa dicoba,"

"Ya, kenapa, Nesse?"

"Oh, enggak. Ah tadi gue sama Sudirman lagi berantem aja gegara tugas kelompok kekurangan orang untungnya Lo mau masuk grup kita, hhee."

"Thank you udah terima gue masuk grup kalian. Eh tapi kok kita nggak ajak Sudirman kesini?"

Di kelas Politik.

"Hent, mau kemana?"

"Keluar bentar,"

"Hent, kita kan mau siapin berkas buat sidang nanti,"

"Ndra, gua ditinggal juga nggak apa-apa." jelas Halenta terus berjalan membuat Indra sedikit geram.

"Nggak apa-apa gimana, Brengsek. Kalo Lo nggak ada, kita bisa ulang matkul, sialan!"

Halenta tak mendengarkan kekesalan serta umpatan kasar dari Indra ia terus berjalan menjauhi Indra yang sudah kesal setengah mati.

Di Koridor.

"Kak Halenta?" Halenta hanya mengangguk. "Tadi Celinesse cuma tanya tentang mau di selingkuhin atau selingkuh."

"Jawaban?" tanya Halenta singkat dan dingin.

"Saya cuma bilang, di selingkuhin. Tapi kalo selingkuh, saya bakal selingkuh kalo pasangan saya udah nggak mau saya pertahankan lagi, Kak." setelah itu, Halenta benar-benar meninggalkan Adisti yang kebingungan namun sedikit terpesona olehnya.

**

Malam Sabtu ini sesudah Celinesse selesai sholat isya' tiba-tiba terdengar suara bel rumahnya. Mama nya masih berada di kantor sedangkan ia sendiri di rumahnya. Mama nya selalu berpesan agar tak membolehkan menerima tamu saat sudah memasuki waktu Maghrib. Ah, iya, kecuali 'someone'. Iya bahkan sampai lupa jika tidak, mungkin ia sudah mengusirnya.

Jelas sekali bahwa ia melihat mobil Halenta terparkir.

Saat membuka pintu, "Sayang, kamu kemana aja. Aku cariin kamu tadi di kampus. Kenapa kamu nggak balas chat dan angkat telpon dari aku. Kamu mau cari gara-gara hm?" tanya Halenta sambil memeluk Celinesse erat.

Hingga Celinesse tak tahan dengan bobot tubuh Halenta yang memeluknya erat dan terjatuhlah mereka di sofa. Celinesse dengan cepat meronta minta dilepaskan namun Halenta makin erat. Kencang. Seperti ingin menghukumnya.

"Kak, aku nggak bisa napas," ujarnya sudah tertatih.

Dengan cepat Halenta mengendurkan pelukannya namun masih tetap memeluk dan menimpa tubuh Celinesse.

"Kak, lepasin," Celinesse terus meronta.

"Kita sebentar lagi akan menikah. Janji sama aku kamu jangan macam-macam. Setelah kamu jawab, aku bakal lepasin kamu." ancam Halenta namun terdengar memohon.

"Aku nggak pernah macam-macam, Kak."

"Janji dulu dan bilang siapa pemilik kamu!"

"Iya, aku milik kak Halenta."

"Janji nya mana," protesnya.

"Aku janji. Aku milik kak Halenta." Setelah itu Halenta mulai menjauhkan tubuhnya dan membuat Celinesse mengambil napas bahkan ia sampai terbatuk. "Lo mau bunuh gue?!"

"Jangan ngomong kasar! Aku nggak pernah ngajarin kamu, ya!"

Celinesse terdiam. Ia sedikit takut karena di rumah ini hanya ada mereka berdua. Apalagi di tatap intens seperti itu membuat Celinesse rasanya ingin berlari. Semakin dewasa Halenta semakin membuatnya takut hingga tubuhnya bahkan tambah tinggi dan besar.

"Sudirman ganggu kamu lagi?"

Celinesse kaget mendengar Halenta menanyakannya. Ia segera berjalan pelan ingin melarikan diri namun Halenta dengan cepat merengkuhnya sehingga membuat mereka berjalan sambil berpelukan.

Sesampainya mereka di dapur. Halenta membantu Celinesse mengaduk teh hangat. Telapak tangan kanan Halenta menutupi seluruh telapak tangan Celinesse, ia sangat canggung dan juga risih.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku. Jawab, Cenesku." bisik nya dengan suara dalam membuat Celinesse tersentak.

"Um, bentar, Kak." sambil mencoba melepaskan diri.

"Jangan dilepas." perintahnya pelan.

Celinesse meneguk ludah kasar sambil mencoba mengambil es batu yang sudah berada di tempat berbentuk kotak. Namun sebelum ia mengambil tangan Halenta menarik telapak tangan kirinya lalu di dekap oleh tangan Halenta.

"Aku nggak ngizinin kamu minum es. Teh hangat udah cukup, okay."

"Kak," protesnya.

Halenta dengan cepat membalikkan tubuh Celinesse, ketika sudah menghadapnya, ia mendekap erat tubuh Celinesse lalu berbicara tepat di depan wajah Celinesse nya.

"Kamu protes artinya cium,"

"No, Kak. Enggak." respon Celinesse kelabakan sambil menggeliat.

Halenta melihat Celinesse tak bisa diam bahkan kepalanya ikut bergerak dengan gerakan ke kanan dan ke kiri. Ia melihat gadisnya sangat begitu menggemaskan. Ia bahkan amat senang saat menggoda gadisnya jika sedang berdua seperti ini. Sampai ia takut akan ke khilafan.

"Sayang, menurut kamu, nikah dulu atau kawin dulu?"

"HAH?!"















































BANG HALENTA NANYA, "SAYANG, MENURUT KAMU, NIKAH DULU ATAU KAWIN DULU (?)"

OKEH, ADA YANG BISA BANTU CELINESSE JAWAB 🥲

MALEM SAYANGKU~ SORI, HURUFNYA GEDE SEMUA, SAKING KAGETNYA SAMA PERTANYAAN BANG HENTA 🙂

Jan lupa vote and comment nya, sayang kalian~ 🥰

HALENTA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang