1. Aduh

996 70 16
                                        


Halenta tumbuh menjadi remaja lelaki yang sangat tampan. Kini ia telah memasuki sekolah menengah pertama kelas akhir. Disana ia menjadi cowok populer sekaligus osis bagian ekskul. Banyak sekali pengagum rahasia maupun terang-terangan yang mengungkapkan isi hatinya bahwa mereka menyukai Halenta. Contohnya seperti saat ini,

“Kak Halenta, aku suka sama kakak. Kakak mau, kan, nerima aku. Please.” mohon seorang gadis yang diketahui adalah adik kelasnya beda setingkat.

Halenta hanya melengos lalu meninggalkan adik kelasnya itu.

Di kantin.

“Parah banget, si, masa gue ditolak sama kak halenta. Lagi. Udah tiga kali gue nembak tapi nggak diterima-terima. Ya Tuhan.” ungkap Anys menangis sambil meronta-ronta.

“Mending lo nggak usah deh sama cowok macem batu es kek dia. Lagian lo tuh suka sama dia diliat dari apanya, si, mukanya aja dingin gitu ngalahin dinginnya freezer di rumah gue.” kata temannya yang sudah malas mendengar Anys menangis lebay seperti sekarang.

“Celinesse, lo sebenernya tau nggak, si, Kak Halenta?” tanya Anys mulai berhenti menangis.

Celinesse seperti menimang apakah dia pernah melihat Halenta atau belum, sepertinya sudah tetapi, “Tau, kok. Kan lo sering cerita, masa ya gue nggak tau, halenta-halenta lo, itu.” 

“Ya ampun, Celinesse.” erangnya memohon agar Celinesse diam saja jika tidak tau yang mana orangnya.

Lalu Celinesse menunjuk siswa satu-persatu yang ada di dalam kantin, “Yang itu, kan, Halenta-halenta lo, itu?”

“Bukan, Celinesse.”

Hingga sampai pemuda tampan yang sekarang sudah berdiri di hadapan Celinesse.

“Yang ini bukan? Kayaknya bukan juga, deh.” Celinesse membuang napas kasar hingga, “lo kenapa, Nys?” tanya Celinesse belum sadar karena sedaritadi Anys menganga melihat seseorang yang ada di hadapannya. “kenapa, lo suka sama cowok ini?”

Karena tak dijawab oleh Anys, Celinesse melihat cowok tinggi, putih, serta alis tebal dan bulu mata yang tebal dan lentik serta bibir yang merah darah, cukup seksi. Oh, Celinesse kenal, cowok yang berdiri di hadapannya ini adalah kakak kelasnya karena ia tahu bahwa ia adalah osis disekolahnya.

“Bang, kayaknya temen saya suka deh sama abang, tuh liat, air liurnya sampe mau netes.” ucap Celinesse sambil tertawa jahil untuk Anys.

Pemuda itu masih terus melihat ke arah Celinesse yang masih tertawa karena melihat Anys yang terlihat seperti kedapatan mencopet.

“Lo kenapa, si, tegang banget. Calm, Nys.” katanya dengan masih menertawai.

Lelaki itu mengulurkan tangan kanannya dan membuat Celinesse melihat tangan yang terulur itu.

“Anys, dia mau ngajak gue kenalan, tenang aja, nanti gue comblangin lo sama dia. Ok.” Celinesse tersenyum manis ke arah kakak kelasnya itu, “Celinesse Hannafatiha.”

“Halenta Gema Angkasa, salam kenal Celinesse.” setelah mengatakan itu Halenta membuat seluruh siswa/siswi yang ada di kantin terkejut bukan main karena mendengar penuturan cowok populer itu. “Celinessse Hannafatiha, she is Mine.” setelah mengatakan itu Halenta pergi tak terbantahkan semua lelaki di sekolah itu tak ada yang berani mendekati Celinesse lagi. Jika tak ingin mencari gara-gara dengan Halenta.

Celinesse masih terdiam tak mampu berkata, Anys yang sedaritadi diam langsung menyerobot temannya itu. “tadi itu kak Halenta, Celinesse. Kakak kelas yang gua tembak tadi. Dan sekarang lo yang milik dia.” kata Anys.

“Nys, gue nggak mau, buat lo aja.” gumamnya syok.

“Maunya gitu, Celinesse. Gimanapun juga lo temen gue, gue dukung.”

“Tapi gue nggak mau.”

“Celinesse, percaya sama gue, kak Halenta itu idaman semua cewek. Banyak banget yang mau sama dia. Lo tau miss Irene, kan, sama bu Ririn, mereka aja genit banget sama kak Halenta.”

“Tapi gue tetep nggak mau dan inget, gue bukan mereka, cewek-cewek yang lo sebutin tadi.” tegasnya sambil berdiri dari duduknya, kini banyak siswa/siswi yang memandanginya.

“Mau kemana lo?”

“Kelas. Liat, mereka natap gue sampe segitunya karena kejadian tadi.” ucap Celinesse sambil jalan dengan Anys yang berjalan disampingnya.

“Lo hati-hati aja sama fans fanatiknya kak Halenta.”

“Sumpah, gue kesel banget ya dengernya. Pulang sekolah temenin gue ngomong hal penting sama dia.”

“Ngomong hal penting apa?”

“Gue mau bilang kalo yang suka sama dia itu, elo, bukan gue.”

Sepulang sekolah. Anys memberitahu bahwa Halenta biasa berangkat menggunakan motor sport besarnya dan saat ini pasti Halenta sudah diparkiran.

Di parkiran.

Celinesse melihat Halenta sedang berdiri di samping motornya sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

“Lo kasih tau dia kalo kita mau labrak dia?” tanya Celinesse dengan mulut menganga karena jika melihat posisi Halenta saat ini ia seperti sedang menunggu seseorang.

“Enggak. Kan, daritadi juga gue sama lo terus.” jawab Anys sama bingungnya lalu keduanya mendekati Halenta yang berdiri tenang sedaritadi.

Tepat Celinesse berdiri di depan Halenta dengan masih jarak sedikit jauh, Halenta membalikan badannya dan menatap lurus ke arah Celinesse berdiri.

“Bang, sebelumnya gue nggak tau kalo ternyata lo yang namanya Halenta. Gue mau kasih tau kalo Anys, temen gue ini yang suka sama lo bukan gue. Dan, buat di kantin tadi, lo gue maafin karena udah menciptakan hal buruk buat gue. Lo harus tau, kalo lo itu bukan tipe gue. Lanjutin deh, lo sama Anys, gue pulang.”

Celinesse tidak tahu ia sedang berhadapan dengan siapa sekarang. Karena tanpa diduga sebelum Celinesse berjalan seperti melarikan diri dengan cepat tangan kirinya ditangkap oleh Halenta dan dengan sangat kencang sehingga membuat keduanya saling berhadapan dengan jarak kurang lebih lima centi. Dengan tubuh Celinesse yang hanya sebatas dagu membuat Celinesse yang mendongak menatap Halenta dengan terkejut.

Halenta tersenyum. Sangat manis. Membuat Anys yang menyaksikan terpana melihatnya.

“Melarikan diri? Nggak semudah itu Celinesse.” suaranya cukup serak membuat Celinesse menelan ludahnya dengan susah payah. “Pertama, aku memang mau kamu, Celinesse. Kedua, buat yang dikantin tadi, aku nggak akan minta maaf karena aku nggak salah. Ketiga, aku nggak suka sama temen kamu. Keempat, jangan deketin lelaki selain aku dan ayah kamu. Terakhir,” Halenta membuat Celinesse menunduk takut tak kuasa melihat Halenta yang sekarang berusaha mengendus secuil rambut Celinesse yang berantakan. “aku milik kamu, Celinesse.”


















Mindahin doang hhee
Besok lagi
Insyaa Alloh~ ehhe~
Moga nyaman sama babang Henta 🤭
Luv yuuuu 💕

HALENTA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang