12. Bom (?)

211 28 17
                                        


"Cel, aku mau ngomong sama kamu boleh?"

"Ngomong aja." jawabnya acuh.

"Berdua aja." ucapnya sambil melirik ke arah Adisti seakan mengusir lewat tatapan.

"Nggak bisa. Mulai sekarang, Adisti partner gue."

"Maksud kamu?" tanyanya kaget.

"Mulai sekarang, kita udah nggak jadi partner lagi. Sori, Sudirman. Karena partner gue sekarang, Adisti. Berkelompok di dalamnya cuma dua orang itu lebih enak, kan, Dis? Jadi lebih konsen gitu belajarnya." ucap Celinesse sambil senyum sumringah.

"Nggak bisa, Celinesse." kata Sudirman dengan suara dingin.

"Kenapa? Lo nggak malu sekelompok sama cewek, lemah banget si!" cibir Adisti.

"Justru itu, kita saling mengisi kekurangan. Masalah? Gue nggak masalah sama sekali, Dis." jawabnya sedikit meremehkan.

"Finishnya, Sudirman. Gue udah nggak mau partneran lagi sama Lo. Dan Lo boleh cari pengganti gue. Silakan."

"Nggak bisa, Celinesse. Aku cuma mau sama kamu doang."

"Kita baru awal, Sudirman. Lagian kita belum belajar bareng ketika setelah dateng, Adisti."

"Pengrusak, Lo!" kata Sudirman sambil menatap Adisti tajam. "Cel, ikut aku sebentar yuk." ajaknya memaksa karena sambil menarik pergelangan tangan Celinesse.

Tentu Celinesse meronta minta di lepaskan juga Adisti yang mencoba menepis namun kalah kuat dengan tenaga Sudirman.

"Sudirman, Lo gila, ya?!" teriak Adisti.

Namun, karena perpustakaan masih sepi jadi kurang sekali mahasiswa yang melihat mereka.

"Sudirman, lepas!" Celinesse meronta.

"Ikut aku dulu, sebentar, Cel!"

"Lepas!"

"Aku udah nggak sabar lagi, Cel. Dari cowok kamu yang brengsek itu, aku rela bantu kamu, pengin nya buat kalian putus, oke, aku akui aku kalah. Tapi, sekarang giliran Adisti, nggak rela aku kalo karena dia, aku dan kamu pisah kayak gini." ucapnya frustasi.

"Sudirman, jangan kayak gini, sakit!" pekik Celinesse.

Adisti dengan cepat pergi meninggalkan keduanya. Celinesse yang melihat itu hanya terkejut, mengapa Adisti tega meninggalkan nya. Kini, Sudirman melihat tajam wajah Celinesse yang masih melihat kepergian Adisti.

"Liat, dia khianati kepercayaan kamu, kan. Sekarang kamu lebih percaya dia atau aku? Jawab, Celinesse?!" teriaknya kejam.

Tubuh Celinesse bergetar karena kali ini Sudirman telah menyentuh pipi nya. Bibirnya menyentuh pipi Celinesse yang terus memberontak, menggelengkan ke kanan lalu ke kiri.

Dengan tanpa di ketahui keduanya. Seseorang datang lalu mendorong Sudirman sampai jatuh tak sampai disitu, ia melayangkan pukulan sekali tebas di wajah Sudirman sampai lawan itu tak sadarkan diri.

Seseorang itu. Halenta. Berani menyentuh miliknya sama saja mencari mati. Selesai dengan pukulan mautnya, ia berbalik kemudian tersenyum ke arah Celinesse yang sudah bergetar dan kedua matanya sudah berkaca-kaca. Adisti pun langsung memeluk Celinesse.

"Sori, Nesse. Gue cari Bang Halenta. Gue nggak bermaksud ninggalin Lo. Sori." ucap Adisti bersungguh sambil memeluk dengan cepat Celinesse memeluk Adisti.

Halenta yang memang tak suka jika miliknya di sentuh tak terkecuali Adisti yang notabene nya perempuan, Halenta lebih gila dari apa yang kita bayangkan. Ia menarik Celinesse lalu mendekapnya. Di dalam pelukan Celinesse meronta.

HALENTA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang