2. Well

557 60 6
                                    

Bagi Celinesse saat ia berada di sekolah menengah pertama adalah hal yang mengingatkan dia tentang mimpi buruk. Dimana ia selama itu, sampai ia lulus pun tak henti-hentinya diteror oleh para fans fanatik dari seseorang yang tak bertanggung jawab. Seseorang itu sudah lebih dulu lulus ketimbang dirinya dan dia harus mendapatkan teror ala-ala anak SMP. Dimulai dari dia disenggol hingga di labrak habis-habisan. Sedangkan teman dekatnya, Anys, ia selalu berada di dekat Celinesse, membantunya. Dan itu adalah masa dimana Celinesse ingin melupakan.

Setahun kemudian. Di SMAN 1, Bandung. Celinesse dan Anys di satu sekolah lagi. Keduanya mungkin sudah berjodoh karena diterima di sekolah menengah atas yang sama. Tetapi keduanya ternyata beda kelas. Hal itu membuat Celinesse maupun Anys sangat menyayangkan.

Di lorong sekolah lantai atas. Keduanya sedang menonton anak kelas sebelas IPS 1  bertanding sepak bola dengan kelas sepuluh IPS 2. Keduanya menikmati jam-jam kosong karena para guru sedang rapat hingga jam pulang sekolah nanti. Indahnya dunia~ Anys sedari tadi sedang menyeruput es jeruk hingga membuat Celinesse jengah. Kata Celinesse suara seruput Anys itu sangat berisik membuatnya tak fokus menonton pertandingan sepak bola di lapangan bawah.

"Beneran gue tinggal nih, Nys." kesal Celinesse.

"Kenapa, si?" tanya Anys dengan gaya sok manjanya.

"Kelakuan Lo. Ya Tuhan." jengah Celinesse.

"I'm sorry, Beib." candanya sambil terkekeh.

Celinesse hanya memutarkan kedua bola matanya dengan malas.

"Celinesse gue pengin cerita. Ini serius." ucap Anys dengan nada serius.

Celinesse tertawa kecil kenapa tiba-tiba Anys wajahnya jadi datar seperti itu.

"Nggak pantes banget, si, muka Lo kek gitu." tawa Celinesse masih pecah.

"Celinesse, gue serius."

"O-okey."

"Kak Halenta."

"Gue nggak mau denger tentang dia. Lo nggak tau apa yang udah dia lakuin sama kita di SMP, hah?!" kesal Celinesse tertahan.

"Celinesse, gue paham apa yang Lo rasain. Dan waktu setahun kemarin itu buat diri Lo bukan diri Lo yang sebenarnya. Tapi gue bersyukur Lo masih bisa menguasai mereka dengan otak pintar Lo. Gue salut sama Lo, Celinesse. Tapi gue pengin Lo tau hal ini. Kak Halenta, ternyata satu sekolahan sama kita disini. Dan dia juga yang merekomendasikan orang tua Lo agar Lo masuk di sekolah ini."

"Jangan asal ya, kalo ngomong. Anys, Lo itu sahabat gue. Darimana Lo tau tentang hal ini?"

"Sorry, Celinesse. Gue nggak bisa terus-terusan bohongin Lo."

"Maksud, Lo?"

"Selama Lo diteror, kak Halenta yang bantuin Lo, bukan gue."

Celinesse terdiam mendengar pengakuan sahabatnya itu.

"Gue juga selalu lindungi Lo, Nesse. Tapi kak Halenta juga. Lo paham, kan, maksud gue."

Keduanya saling terdiam.

"Celinesse, kak Halenta beneran sayang sama Lo, gue sendiri adalah orang yang liat ke seriusan nya dia ke elo."

"Jadi selama setahun kemarin gue dibohongin sama kalian berdua? Jawab, Nys."

"Bukan ngebohongin, yang bener itu ngelindungin elo tanpa sepengetahuan Lo."

"Tapi gue juga beneran nggak mau sama dia."

"Tapi dia maunya sama Lo."

Finish. Keduanya berhenti berdebat. Sampai tepuk tangan dan suara sorak sorai pun terdengar dari lapangan bawah mengisyaratkan bahwa kelas sepuluh IPS 2 yang memenangi pertandingan sepak bola tadi.

HALENTA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang