28. Cinema

134 10 4
                                    


"Aku udah serahin kucing aku sama Kak Lena. Sekarang kamu puas?" tanya Celinesse jengah.

"Seperti yang kamu katakan. Mari." kata Halenta merentangkan kedua tangannya.

"Apa?" tanyanya bingung.

"Kita buat anak. Siapa tau nanti dikasih dua." jawabnya dengan santai sedangkan Celinesse menatapnya horor.

"Ini masih pagi, jangan bercanda."

"Justru itu, istriku. Olahraga di pagi hari itu sangat menyehatkan." katanya sambil tersenyum nakal.

Celinesse perlahan berjalan ke arah dapur untuk mengambil wajan. Halenta yang setia mengikuti istrinya itu kemanapun hanya berdiri di belakang dengan memeluk pinggang istrinya. Karena hal itu membuat Celinesse gugup, ia bahkan tak tahu sekarang harus berbuat apa. Akhirnya Celinesse ingin membuat kue.

"Kamu serius, Sayang? Kamu mau aku buat kue sekarang?" tanyanya sambil tertawa ringan. "Dengan senang hati, asalkan setelah ini kamu ikut aku ke kamar untuk buat anak."

Saat itu juga Halenta mengaduh sakit sambil tertawa nakal karena pinggangnya di cubit oleh Celinesse.

"Sayang, mau berkemah bareng aku atau mau ke hotel?"

"Kemah, hayuk." Celinesse menjawab dengan santai yang malah membuat Halenta merenggut tak suka dengan jawabannya.

"Aku nggak izinin, aku nggak mau kamu kecapekan. Yaudah mending kita ke hotel aja."

Celinesse melirik, "Orang ini selalu berbicara seenaknya."

Halenta tersenyum tampan di depan wajah istrinya, "Yes, i am. Keberatan, Cantik?"

Celinesse mencubit perut Halenta yang malah dibalas dengan pipi nya yang digigit oleh suaminya. Ia sampai berteriak kaget.

Akhirnya, keduanya pun berkegiatan yang di inginkan Halenta tadi.

**

Siang ini Halenta menggenggam jemari sang istri tanpa niat melepaskannya sedikitpun. Ia seakan tak ingin istrinya beranjak beberapa senti pun dengan tubuhnya. Melihat sekeliling yang menatap ke arah keduanya, Celinesse mulai tak nyaman. Ia mencoba untuk menggoyangkan telapak tangannya yang di genggam seraya menyadarkan suaminya yang sepertinya sangat mabuk terhadapnya.

"Kak, natap aku bisa biasa aja nggak?" tanya Celinesse dengan wajah lugu nya yang malah membuat Halenta yang tak ingat jika sedang berada di tempat umum, dia malah mengecup bibir istrinya dengan kilat.

Celinesse mematung sedangkan Halenta malah terus tersenyum riang sangat tampan hingga beberapa perempuan yang melihat mulai berbisik kagum dan hampir berteriak.

'Gila, gila, gila, itu cowok nya anjir nge kiss cewek nya. Ah, gue mleyot!'

'Sial, bucin parah cowok nya. Gue mau satu kek gitu!'

'Berjilbab kok pacaran. Aneh-aneh aja anak muda jaman sekarang.'

'Dah nikah belum si, itu. Kok ciuman di tempat umum. Ya, kan kalo ada yang iri bisa pingsan di tempat.'

'Astaga, laki nya mau nggak ya sama gue?, gue tikung ah!'

Beberapa orang yang berbisik tentang keduanya tak membuat Halenta menyerah bahkan ia tidak peduli sama sekali. Keduanya mulai berjalan masuk ke dalam gedung bioskop. Di dalam ternyata sepi dan tak ada siapapun kecuali keduanya.

"Kak, kok sepi ya?"

Halenta hanya tersenyum tak berniat menjawab dan langsung duduk. Ia melihat Celinesse yang masih termenung melihat sekitar. Lalu ia di kejutkan oleh tarikan Halenta yang membuat dirinya terjatuh di atas tubuh Halenta.

Halenta tersenyum menang saat ia memajukan wajahnya kemudian langsung mengecup bibir sang istri. Celinesse pun memukul bahu sang suami sambil membenarkan duduknya.

"Aku sengaja ngelakuin ini. Karena aku cuma mau berduaan sama kamu. Anggap aja ini kencan. Yaa, walaupun aku sebenernya mau bulan madu terus setiap hari nya sama kamu."

Celinesse menggelengkan kepala tidak mengerti mengapa ia bisa memiliki suami mesum seperti ini.

"Aku tau apa yang ada di kepala cantik kamu, istriku." Halenta mendekatkan wajahnya ke telinga istrinya. "Semua lelaki mesum, Sayang. Tapi memang cuma aku yang nggak semesum para lelaki di luar sana." bisik nya dengan suara deep nya.

"Atau kamu yang lebih mesum daripada lelaki di luar sana." sembur Celinesse langsung merenggut.

Halenta hanya tertawa renyah hingga ia tak bisa menghentikan tawanya.

"Kamu lucu banget si, Sayang. Gemes jadinya!"

Dekapan Halenta pun di dapat Celinesse. Amat kencang. Sampai membuat ia teriak kecil karena itu cukup menyakitkan.

"Maaf, Sayang. Aku kelewatan."

Namun, bukannya menonton, Halenta lebih memilih menggoda Celinesse dengan menciumi nya tanpa ampun. Jangan tanyakan bagaimana Celinesse, ia bahkan sudah lelah dengan suami mesumnya itu.

Beberapa menit kemudian, Celinesse sudah tak tahan lagi. Ia hanya ingin menikmati film yang ia tonton saat ini. Namun, suaminya itu telah menganggu nya dari 45 menit yang lalu. Menciumi nya, menyentuhnya, bahkan saat ini suaminya itu masih terus menggoda nya.

"Kak, aku cuma mau tonton film ini dengan tenang dan damai. Kamu bisa nggak udahan. Ini udah hampir satu jam kamu nggak mau lepasin aku." kesalnya sambil cemberut.

Yang ditanya tiba-tiba berhenti lalu menatap istrinya yang sudah kesal setengah mati.

"Enggak bisa. Maaf ya. Kamu sambil nonton kan juga bisa." jawabnya santai lalu melanjutkan kesenangan nya tadi.

"Aku nggak akan kasih kamu jatah lagi."

Setelah memberanikan diri, Celinesse nampak santai. Namun, tidak dengan Halenta.

"Kamu apa-apaan si, enggak ya. Jangan  ngomong kayak gitu lagi. Aku nggak suka." kesalnya sambil memeluk istrinya.

Celinesse pun berubah takut karena ucapan suaminya tadi yang cukup tegas.

"Iya, maaf. Tapi kamu bisa kan nurutin aku. Aku beneran mau nonton film ini. Kamu bisa kan duduk dengan tenang sambil nonton film di depan sana."

"Okeh, aku berhenti. Tapi kamu harus cium aku dulu."

"Lagi?"

"Daritadi itu aku terus yang cium kamu. Kamu mana ada cium aku." rengeknya sambil memeluk manja.

"Astaghfirulloh, Kak~"

Celinesse yang tak habis pikir pun terdiam saking lelahnya dengan tingkah manja suaminya.

Tak menunggu lama. Celinesse memegang kedua bahu suaminya dan keduanya saling menatap.

"Janji ya, setelah aku cium kamu diem. Yang anteng kenapa si, Kak jadi suamiku tuh."

Halenta mengangguk, tanda setuju sambil tersenyum sangat mempesona ke arah Celinesse.

Akhirnya, Celinesse pun mengecup bibir Halenta perlahan. Hanya menyamakan bibirnya saja setelah itu selesai. Celinesse tersenyum sedangkan Halenta diam mematung atas apa yang ia dapati barusan.













Bibirnya cuma nempel doang. Kira-kira Halenta puas ato nagih lagi di next partnya? Hhee~

Hai, i'm comeback~ maapin aku hiatus beberapa bulan ini. Ada yg masih inget ndak ya 👀 😁

HALENTA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang