"Sayang, maaf," mohonnya.Celinesse sedari tadi menghentakkan pelukan dari Halenta namun tak berhasil ternyata sia-sia melawan sesuatu yang tak tertanding. Ia menyerah. Ia terdiam sambil membawa segelas teh hangat yang baru saja ia buat ah bersama Halenta juga.
"Menyerah?" tanyanya seperti meremehkan.
"Mau kakak tu apa, si. Aku selalu ngalah, apa kakak nggak pernah liat aku sekali untuk coba ngalah buat aku, walaupun cuma sekali. Aku juga mau di ngertiin, Kak." jelas Celinesse. Ah, sudah lama Celinesse tak menyuarakan isi hatinya. "Sebenernya, kak Halenta itu siapa?" tanya Celinesse sambil terus melihat ke arah Halenta yang juga sedang menatapnya.
Halenta melepas pelukannya. Dan itu malah membuat Celinesse takut karena biasanya Halenta menjauhkan diri darinya karena mau menghukumnya. Menghukumnya yang terlalu amat membuat ia merasa terancam.
"Aku, Halenta Gema Angkasa milik dari seorang Celinesse Hannafatiha. Masih belum cukup kamu kenal aku sampe sini? Aku bakal nunjukin kamu suatu hari nanti. Kamu bisa bersabar sedikit lagi?" ungkapnya dengan suara yang cukup dingin dan datar.
'Enggak. Enggak akan!' batin Celinesse menjerit.
Celinesse justru meringis karena melihat sisi ini dari Halenta sungguh membuat ia takut setengah mati.
"Aku pulang. Sudah malam jangan tidur terlalu larut." Ia melihat jam tangannya. "Sebentar lagi juga mama kamu bakal pulang. Kiss me." suruh nya santai sedangkan dia sudah memasang wajah sambil menutup mata di depan wajah Celinesse.
Sedangkan Celinesse masih terdiam, berdiri kaku di tempat sampai membuat Halenta membuka kedua matanya. Tanpa menghitung Halenta menempelkan bibir tebalnya ke arah pipi kanan milik Celinesse dengan gemas dan dalam.
"Aku nggak akan berbuat lebih, cuma sampe gemas aja. Nggak apa-apa, kan, Sayang." ujarnya sambil tersenyum nakal lalu ucap salam dan berlalu dari hadapan Celinesse.
Sedangkan Celinesse masih tak percaya 'cuma gemas', katanya. Kata 'cuma' itu dari Halenta berbeda, ia seakan akan memakan pipi kanan milik Celinesse tadi.
**
Di kelas ilmu komunikasi.
"Nesse, kamu udah makan?" tanya seorang pemuda yang tiba-tiba datang dan langsung duduk di samping Celinesse bahkan ia sengaja mendekatkan kursinya ke dekat kursi milik Celinesse.
Dengan cepat Celinesse menjawab, "Udah. Sudirman, um, gimana kalo kita kayak biasa aja. Balik lagi kayak waktu awal kita ketemu."
"Maksud kamu apa, Nesse? Kan sekarang kita juga kayak biasanya, kan. Apa bedanya?" ucap Sudirman sambil tersenyum penuh arti.
"O-okay."
Saat Celinesse terdiam tiba-tiba saja Sudirman menarik kacamata minusnya. Dan itu cukup membuat Celinesse terkejut. "Eh?"
"Sebentar, aku mau liat kamu kayak gini, sebentar." ucap Sudirman sambil terus menatap Celinesse.
"Sudirman, tugas gue belum kelar. Semalem, gue diharuskan tidur karena,"
"Dia. Kenapa harus gitu? Bilang aja masih ada tugas yang belum kelar." nada suaranya mulai terdengar kesal.
"Sini," Celinesse sambil merebut kacamata nya kembali.
"Aku bantu." kata Sudirman tiba-tiba langsung merebut buku tugasnya.
Celinesse tidak bisa merebut karena Sudirman sudah mengerjakan tugasnya. Tak sampai disitu, Sudirman menyuruh Celinesse melihat buku tugas yang sedang ia catat agar Celinesse paham apa yang sudah Sudirman kerjakan.
"Ya, lagian Lo bantu segala. Kan gue bilang bentaran lagi juga bakal kelar." kesal Celinesse pelan yang malah membuat Sudirman gemas.
Sudirman mengacak-acak puncak kepala Celinesse dengan gemas. "Berisik ih, yaudah yuk ke kantin, belum sarapan, kan?" tanyanya lembut.
Celinesse pun mengangguk. Memang ia sengaja pergi pagi agar tak bertemu dengan Halenta. Karena pastinya jika bertemu ia akan disuruh sarapan terlebih dahulu sedangkan tugasnya akan di kumpulkan pagi ini juga. Maka dari itu ia ke kantin sambil mendatangi meja dosennya untuk menaruh tugas tersebut.
Di kantin.
"Mau pesen apa tuan putriku?"
"Apaan si, Sudirman, heuu." keluh Celinesse.
Itu malah membuat Sudirman menekan kedua pipi Celinesse bagai squishy saking amat gemas.
Tanpa di sangka Halenta datang langsung meninju Sudirman hingga tersungkur.
"Halenta." Halenta menengok ke arah Celinesse. "Kamu apa-apaan, si. Jangan kasar, ya." sentak Celinesse lalu membantu Sudirman tetapi ia tertarik hingga membentur tubuh depan Halenta. Ia meringis.
"Kamu panggil aku apa, tadi?" tanyanya dingin tepat di depan wajah Celinesse.
"Halenta." kesal Celinesse pelan, ia sudah sangat membenci Halenta hingga saat ini pun, masih.
"Kamu ngebela dia?, hm?!" ucapnya dengan nada amat dingin.
"Masalah Lo apa? Cukup ya, Halenta! Jangan main kasar jadi orang."
"Makasih buat keterpaksaan kamu selama ini. Kamu pikir aku bakal mundur? Kamu pikir aku bakal lepasin kamu? Enggak, Cenes, nggak akan pernah! Karena ada kamu, masih hidup 'dia'." jelas Halenta tajam lalu menarik Celinesse dan meninggalkan Sudirman yang dibantu oleh beberapa teman jurusannya.
Beruntung, pagi ini belum terlalu banyak mahasiswa yang datang ke kantin. Jika tidak, mungkin akan lebih ramai dari yang tadi, bahkan Halenta telah di kenal oleh adik tingkat nya bahwa ia adalah kating terdingin dan tak tersentuh. Bahkan perempuan yang menyukai Halenta hanya bisa diam-diam karena takut jika berlawanan dengan Halenta.
Di atap kampus. Halenta menendang pintu atap sampai tertutup hingga pintu itu terlihat koyak. Celinesse tak dapat pungkiri bahwa ia akan ketakutan seperti ini. Melihat Halenta seperti ini membuatnya takut jika Halenta akan berbuat lebih. Tetapi selama ini ia bersama Halenta tak pernah mencari gara-gara sampai seperti ini. Toh, dia juga tidak tahu mengapa kejadian tadi itu akan menjadi seperti ini.
Celinesse menunduk dalam. Ia mendengar hembusan napas kasar dari Halenta. Seperti menahan.
"Sayang, tadi kamu bicara kasar, lagi?, Hm." Celinesse tak mampu menjawab. "Sayang, aku udah nggak sabar lagi untuk menikah sama kamu. Aku mau mendidik kamu agar nggak berkata kasar apalagi sama aku, calon suami kamu. Inget, Sayang, kita udah bertunangan. Aku selalu pake cincin tunangan kita sedangkan kamu," Halenta menarik tangan kanan dan kiri Celinesse tetapi tak melihat adanya cincin. "Kamu nggak pernah pake cincin tunangan kita. Mau kamu apalagi, Cenes? Apa dua minggu terlalu lama buat kamu. Aku bisa mempercepat lagi kalo aku mau. Aku udah kasih kamu waktu karena mau lihat reaksi kamu. Dan ternyata, kamu itu memang kamu, masih sama kayak waktu pertama kali kita bertemu."
Celinesse masih terus menunduk dan mendengarkan.
"Jangan salah sangka, terserah kamu mau melakukan apa sebelum kita menikah. Tapi kamu harus inget, setelah kita nikah,
kamu bakal tau nanti." bisiknya dengan suara serak.
Keduanya saling menatap. Celinesse amat terkejut mendengar penuturan Halenta. Mengapa terdengar sangat menakutkan.
Tuhan, apa yang harus Celinesse lakukan mulai sekarang (?)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/283541966-288-k391631.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HALENTA (Completed)
Romance^Blurb^ [16+] Halenta. Adalah seorang cowok dingin yang sangat manis. Akan bersatu dengan air yang mengalir penuh rahasia kehangatan adalah. Celinesse. #31 August 2021