22. Celinesse milik Halenta

242 21 11
                                    


Hempasan kasar dari tangan Halenta membuat Inles harus mengaduh kesakitan. Karena, dari jarak sedekat itu bahkan hampir menempel membuat Halenta mudah mendorong Inles yang hampir saja terjengkang ke belakang.

"Cowok sialan!" teriaknya.

"Gua nggak ada waktu buat cewek kayak lu. Pergi! Lu cuma kerikil yang bisa kapan aja gua injek, paham?!"

Inles terkejut mendengar suara kencang milik Halenta sampai membuat ruangan taekwondo ini bergema. Ia memang salah telah memilih Halenta, ternyata, Halenta tak kenal siapa yang harus dia habisi. Bahkan wanita sekalipun. Namun, tak mudah untuk Inles melupakan bagaimana waktu Halenta hampir menciumnya. Ya, hampir. Tetapi, dengan cara licik, Inles mencoba untuk memfoto dirinya dan Halenta seakan keduanya benar-benar melakukan hal tersebut. Hal itu bahkan memang disengaja oleh nya.

Keluar dari ruangan, dengan dada yang besar dan menantang, lalu baju kurang bahannya itu sedikit berantakan, membuat beberapa anak mahasiswa melihatnya sampai mengeluarkan air liur. Ia sengaja melakukan itu agar membuat Halenta menjadi miliknya. Ia akan membuat semua orang melihat bahwa ia dan Halenta baru saja sedang melakukan sesuatu yang intim. Ya, sampai Inles mengetahui siapa istri dari seorang Halenta.

Ia berjalan menyusuri koridor kampus dan bertemu dengan salah satu teman yang ternyata kenal dengan istri dari seorang Halenta.

"Namanya siapa kalo gue boleh tau?"

"Oh, Celinesse,"

"Dia sekarang ada dimana?"

"Kebetulan, kelas dia lagi ada studytour. Yang tadi bus terparkir di depan, itu bus kelas mereka."

"Oh, kira-kira mereka pulang kapan?"

"Kayaknya dua hari lagi mereka balik. Oh, ya, emang kenapa Lo tanyain Celinesse?"

"Nggak ada. Cuma mau tau aja siapa istri dari Halenta. Cantik, nggak?"

Vika, yang ditanya hanya terdiam. Ia menelusuri Inles dari bawah sampai atas. Tatapan nya seperti menilai.

"Ya, gue bisa tebak, Celinesse tuh cewek biasa-biasa aja kali ya. Emang cuma gue doang yang seksi di kampus ini." katanya menyombongkan diri.

"Lo salah besar, Les. Buat gue, Celinesse lebih baik dari pada Lo."

Setelah mengucapkan itu, Vika pergi tanpa permisi. Ya, lebih tepatnya pergi meninggalkan Inles yang menatapnya tak percaya lalu ia menatap Vika tajam sambil meremaskan kedua tangannya kesal.

"Awas aja, Lo, Celinesse! Secantik apa, si, Lo?! Bitch!" kesalnya.

Keesokan harinya dengan menjadi sosok Inles yang baik seakan membutuhkan Celinesse akhirnya mendapatkan nomor Celinesse. Namun tidak semudah yang dibayangkan. Ya, Inles bahkan mencoba menurunkan harga dirinya untuk memohon kepada Lia yang pernah bertugas kelompok bersama Celinesse.

"Buat apa? Gue nggak bisa kasih nomor Celinesse ke sembarang orang."

"Tapi gue beneran ada perlu sama dia. Please, gue boleh minta nomor Celinesse, kan. Gue mohon, ini penting banget."

Karena Lia sudah lelah dengan sikap dan tingkah laku dari Inles yang sampai seharian ini membuntutinya. Akhirnya ia menyerah dan memberikan nomor ponsel milik Celinesse.

Inles pun mencoba menghubungi nomor Celinesse hampir 5 kali namun tetap saja tidak di angkat.

"Sombong banget nih jalang. Lagi nge lonte ya, Lo sampe sok-sokan nggak angkat telpon gue!" maki nya.

Tak lama ia berceloteh dering ponselnya pun berbunyi tanda panggilan telpon masuk.

"Celinesse, anj! Gue udah capek-capek ya telpon Lo daritadi dan Lo baru-sial keburu mati!" dumelnya tak keburu mengangkat telpon yang sudah tak berdering.

HALENTA (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang