CHAPTER 25
CONCEAL, DON'T FEEL
Pesta yang diadakan kenalan Ben mulai mencapai puncaknya. Para undangan yang menghadiri pesta rumahan itu kian memenuhi setiap sudut rumah bergaya minimalis dengan dua lantai yang cukup luas itu. Karena tidak memiliki dinding yang menyekat beberapa ruangan, para tamu dapat lebih bebas untuk bergerak.Bagian tengah ruangan dijadikan sebagai lantai dansa. Di tengah keremangan cahaya dan suara musik yang memekakkan telinga, sebagian tamu tampak asyik menggerakkan tubuh mengikuti irama dance pop yang dilantangkan melalui speaker. Di area dapur tersedia berbagai kudapan seperti mini tart, fudgy brownies, bitterballen, hingga pudding pelangi. Di dalam cooler box tersimpan bermacam jenis minuman mulai dari beer, soda, hingga air mineral dalam botol kecil. Sebuah dispenser kaca berisi cocktail juga tersedia di sana.
Ben tampak sedang mengobrol di tengah pekaknya suara musik dengan Emmy. Di tangan kanannya terdapat sebotol beer dingin. Laki-laki yang mengenakan kaus putih di balik floral shirt biru yang dipadukan celana chino pendek putih itu beberapa kali disapa oleh beberapa orang yang menghadiri pesta. Namun Ben hanya menanggapi mereka sekenanya.
Ada Emmy yang harus dia temani. Meski perempuan berambut pendek yang mengenakan crop top dengan kerah halter serta rok lipit yang jatuh di atas pahanya itu beberapa kali menyuruh Ben untuk membaur, dia tidak tega meninggalkan Emmy yang masih berjalan dengan terpincang-pincang itu sendirian di tengah keramaian.
"Seriusan deh, Ben. Lo kalau mau gabung sama yang lainnya juga nggak apa," kata Emmy.
"Terus lo? Kalau lo sampai lecet karena gue tinggal, gue bisa kena damprat Kara. Atau tunangan lo," balas Ben.
Emmy memutar kedua bola matanya. "Gue bisa jaga diri sendiri kali. Lo nggak perlu jadi pengawal pribadi gue. Lo lupa kalau gue pernah ikut ekskul Taekwondo waktu kelas sepuluh?"
"Meh. Ekskul Taekwondo yang cuma sehari lo ikutin karena nggak kuat disuruh lari keliling lapangan sepuluh kali di hari pertama lo gabung?" ledek Ben yang disambut pukulan Emmy di bahunya. Tapi bukannya mengaduh, laki-laki itu justru tergelak karena reaksi teman lamanya itu.
"Ngeselin!" rutuk Emmy.
"Sampai sekarang gue nggak ngerti." Ben mengambil jeda untuk meneguk bir saat tawanya telah mereda. "Apa sih motivasi lo buat gabung ekskul yang cuma bertahan sehari itu?"
Emmy mengangkat singkat kedua bahunya. "Iseng aja," sahutnya kemudian. "Lagian dulu kan kita wajib pilih salah satu ekskul buat diikuti. Karena sama sekali nggak ada yang menarik buat gue, ya gue cap cip cup aja."
"Gila memang lo ya," komentar Ben seraya menempelkan botol bir dinginnya pada kening Emmy. "Tapi kemudian lo gabung sama anak-anak Social Movement kan?"
Mengingat hal itu, perempuan berambut pendek itu mengangguk bersemangat. "Karena ada Kara lah!" ujarnya dengan satu cengiran di wajahnya.
"Modus!"
Sesuai namanya, Social Movement adalah ekstrakurikuler di SMA mereka yang fokus melakukan berbagai gerakan sosial seperti menggalang dana untuk membantu korban bencana, menyerukan untuk mengurangi pemakaian plastik sekali pakai, melakukan gerakan bersih-bersih massal pada lokasi berbeda tiap tiga minggu sekali, dan lain sebagainya. Emmy tahu bahwa Kara yang saat itu mulai sering berinteraksi dengannya menjadi bagian dari ekstrakurikuler itu. Maka dari itulah Emmy memutuskan untuk turut bergabung menjadi anggota Social Movement setelah kapok mengikuti kelas Taekwondo-nya agar dia dapat lebih sering berhubungan dengan Kara.
Ben sudah akan meneguk birnya kembali saat dia merasakan sentuhan di lengan kanannya. Sentuhan itu terasa begitu ringan dan menelusur pelan dari lengan kanan, punggung, hingga lengan kirinya. Membuat sesuatu dalam dirinya berdesir karena hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WRAPPED AROUND YOUR FINGER
RomanceDelilah pernah dipertemukan dengan seorang malaikat saat usianya sepuluh tahun. Pertemuan yang hanya berlangsung kurang dari tiga puluh menit itu terpatri erat dalam benaknya selama bertahun-tahun. Bagaimana bisa dia melupakan orang yang pernah meng...